"Vino!!" kata Vina sambil membuka pintu kamar Vino. "Ya?" tanya Vino tanpa mengalihkan matanya dari handphone. "Liat sini kenapa! Gue punya berita bagus buat lo!" kata Vina. "Ah, paling nilai ulangan fisika lo dapet 100," jawab Vino tidak perduli.
"Bukan, ish! Gue udah pacaran tau!" kata Vina. "Sepik," balas Vino. "Gak percaya? Bahkan mulut gue udah gak pera- yes ketipu!" kata Vina bahagia saat Vino mendadak menengok. "Mulut lo udah gak perawan?" tanya Vino.
"Ya kagak lah dolit! Gue masih jaga semuanya sampe gue nikah kali. Gak kayak lo," kata Vina. "Tapi bagian gue udah pacarannya bener," sambung Vina sebelum Vino membuka mulut. "Sama siapa?" tanya Vino sambil mengembalikan pandangannya ke handphonenya itu.
"Vian," jawab Vina. Seketika Vino langsung menengok.
"Gak mungkin. Pasti lo pacaran sama Demion kan? Ngaku deh!" kata Vino. "Kok lo gak seneng sih kalo gue pacaran sama Vian?" tanya Vina bingung. "Gak mungkin, Vina! Gue itu udah-" seketika Vino menghentikan pembicaraannya secara sepihak.
"Lo udah apa?" tanya Vina. "Gue udah bantuin Demion buat nyiapin semuanya. Iya!" kata Vino terpaksa berbohong. Rahasia terbesarnya tidak mungkin terbongkar. EVER!
"Really? Demion udah nyiapin apa aja?" tanya Vina penasaran. Great. Oke, ini udah terlanjur. "Ya begitu. Danau, meja makan, kursi, makanan, bunga," kata Vino berusaha mengingat mimpinya. "Kasian yah dia?" kata Vina. "Ya kali. Kasian," jawab Vino masih bingung dengan dirinya sendiri.
***
Sudah dua minggu mereka berpacaran. Something different about Vian today. Hari ini entah mengapa Vian terlihat aneh.
"Kamu lagi ada masalah ya?" tanya Vina saat mendapati Vian melamun untuk entah ke berapa kalinya. "Engga kok. Perasaan ku gak enak aja tiba-tiba," kata Vian. Vina hanya mengangguk-angguk pelan.
"Aku balik ke kursi dulu yah," kata Vina. Vian hanya mengangguk lalu Vina meninggalkannya. "Dem," panggil Vina. Demion yang tadi sibuk menengok ke arah Vina. "Apa?" tanya Demion. "Gue berasa ada yang beda sama Vian hari ini," kata Vina.
Walaupun Vina lebih memilih Vian, tapi Demion masih setia jadi sahabatnya. Cinta tidak bisa merusak persahabatan, bukan?
"Ya sabar aja. Mungkin dia lagi ada masalah atau apa. Jangan terlalu maksain dia. Ada saatnya buat dia cerita sendiri ke lo," kata Demion. Vina tersenyum. "Thanks ya! Lo emang sahabat gue yang paling baik!" kata Vina lalu kembali ke bukunya.
Di tengah pelajaran IPS yang ngebosenin setengah mati, Vina mendapat panggilan alam. "Pak, ijin ke toilet!" kata Vina. "Nanti dulu. Nanggung," jawab guru itu. "Pak! Udah kebelet mau pipis ini! Ayolah!" kata Vina memelas. "Ya udah, sana! Gak pake lama," kata guru itu. Vina langsung berlari ke kamar mandi.
Sekarang Vina sudah bisa mendesah lega. Ketika Vina hendak membuka kunci pintu kamar mandinya, lantai yang dipijaknya seketik bergoncang. Vina bisa mendengar keributan-keributan di luar sana. Yang dilakukannya? Diam dan memojokkan diri di dinding kamar mandi itu.
Ingatannya beralih pada masa-masa Vina masih SD. Kejadiannya mirip. Vina baru mau keluar dari toilet, saat gempa itu terjadi. Yang menolongnya hanya Vino, satu-satunya orang yang tahu keberadaannya dimana.
Saat ini Vina hanya bisa berharap, seseorang akan menemukannya, sebelum ia pingsan.
*
Setelah Vina keluar kelas, pelajaran dilanjutkan kembali. Guru IPS itu terus mengajar, hingga getaran kecil terjadi di tanah. Seorang anak langsung berteriak. "Gempa woy! Gempa!"
Seluruh isi kelas langsung berlari-lari keluar kelas. "Keluar satu-satu, jangan rebutan!" kata guru itu. Mereka tidak mengindahkan perkataan guru IPS itu. Tujuan utama hanya satu. Menyelamatkan diri sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast
Teen FictionBagaimana kalau kau mempunyai 4 orang teman yang selalu tertawa bahagia setiap kali kalian bertemu. Pasti asik, bukan? Tapi tidak dengan Zhevino, Zhevina, Demion, dan Violet. Mereka boleh tertawa dihadapan temannya masing-masing. Tapi siapa sangka...