Sixteen - Remember?

3.2K 150 7
                                    

"Boleh nih PJ sama PPnya," goda Vino saat mereka saat ini sedang berkumpul bersama. Vina, Vino, Demion, dan Vio berkumpul entah untuk keberapa kalinya. Kali ini mereka berkumpul di rumah Vino dan Vina, seperti biasa.

"PP pala lo peyang! Gak ada!" omel Vina. "PJ aja deh, PJ," kata Demion. Wajah Vio langsung memerah. "Gak usah blushing gitu kali," kata Vina sambil menyenggol Vio. "Ih! Apaan sih!" kata Vio malu. "Bang Somat yuk! Terakhir makan kapan tuh? Pas lo berdua kencan colongan," kata Demion.

"Masih inget aja lo. Itu pas kita lari-lari gara-gara gak bawa duit kan?" tanya Vina sambil mengingat kejadian waktu itu (Four- Date? and New Rule)

"Lo belom bayar bang Somat?" tanya Vino kaget. Demion dan Vina hanya bisa tersenyum malu. "Udahlah! Ayo makan disana! Sekalian bayar!" kata Demion. "Gue tuker baju dulu lah," kata Vina lalu bangkit berdiri, diikuti Vino. "Gue juga," gumam Vino.

"Feeling gue kejadian waktu itu bakal keulang lagi," kata Vio. Demion hanya bisa tersenyum lalu mengangkat bahu.

Setelah beberapa lama di dalam kamar, mereka berdua keluar. Vino memakai kaos ungu dengan celana 3/4 berwarna putih. Tidak lama kemudian, Vina keluar dengan kaos ungu dan celana pendek putih juga. Vio menatap Demion sambil mengangkat alisnya. Demion hanya bisa tertawa pelan.

"Kan! Lo mah kerjaannya ngikutin gue mulu!" kata Vina. "Gue yang keluar duluan, dolit! Lo yang ikutin gue!" kata Vino. "Gak! Lo yang ikutin gue!" kata Vina. "Udah ah! Deja vu banget.. Waktu itu baju lo berdua juga mirip berapa kali," kata Demion.

"Iya! Udah, langsung pergi aja," kata Vio. Dengan pasrah mereka akhirnya pergi dengan baju kembaran.

"Ini dia nih orangnya! Bayar dulu neng!" kata bang Somat saat melihat mereka berempat datang. "Yeh! Makan dulu, bang! Bakso 4 yah!" pesan Vina. "Dua aja, Vin. Gue sama Vio mau jalan dulu bentar," kata Vino.

"Dua bang!" kata Vina. Bang Somat mengangguk lalu segera membuatkan dua mangkuk bakso untuk Vina dan Demion.

***

"Inget tempat ini?" tanya Vino. Vio mengangguk lalu tersenyum. "Ini tempat pertama kali kamu ngasih tau aku tentang satu kata unik itu," kata Vino setelah mereka berdua sudah duduk di atas pembatas itu. Tempat itu persis di pinggir komplek, dimana Vino pernah melakukan kencan colongan disana.

"Eccedentesiast," gumam Vio. "Iya. Senyum palsu, kan?" tanya Vino. Vio mengangguk lagi. "Kalo diperhatiin, lucu juga yah. Hampir atau bahkan semua orang pernah melakukan eccedentesiast tanpa mereka sadari," kata Vino.

"Mungkin kamu juga lagi pakai. Atau aku," balas Vio. "Mungkin," jawab Vino. "Inget gak sih? Dulu kamu ngomong sama aku pakai handphone," kata Vino sambil tersenyum. Vio malu sendiri. "Karena waktu itu aku belum percaya sama kamu, Vino," kata Vio.

"Kok kita kesannya kayak flashback gitu sih?" tanya Vio bingung. "Sengaja. Biar kamu inget semua momen-momen yang pernah kita lewatin," kata Vino. Vio menyandarkan kepalanya dibahu Vino.

"Sebentar lagi sunset. Biar sama kayak dulu," kata Vio tanpa memandang Vino.

***

"Ahh! Kenyang!" kata Vina dan Demion setelah satu mangkuk bakso itu habis. Vina merogoh kantungnya untuk mencari uang. "Mampus gue! Duit gue ada di celana rumah tadi!" kata Vina. "Yah! Gue juga gak bawa duit lagi!" kata Demion ikut-ikutan panik.

"Jurus andalan. Siap?" tanya Vina. Demion mengangguk mengerti.

"Satu

Dua

TIGAAAAA!" Vina dan Demion langsung berlari meninggalkan bang Somat yang meneriaki mereka itu. Setelah cukup lama berlari, mereka akhirnya berhenti dengan ngos-ngosan.

"Vin," panggil Demion disela-sela nafasnya. "Apa?" jawab Vina. "Gue mau ajak lo ke satu tempat boleh? Gak jauh dari sini kok!" tawar Demion. "Bolehlah! Besok Minggu ini. Sekalian jalan gitu. Malming," kata Vina.

Demion mengambil kunci motornya di dalam rumah Vina dan mulai menyalakan motornya. "Pegangan," kata Demion. "Emang harus?" tanya Vina. "Oke," kata Demion lalu melajukan motornya.

20 km/jam

40 km/jam

60 km/jam

"Lo gila yah?" teriak Vina. "Pegangan makanya," kata Demion. Vina dengan terpaksa memeluk tubuh Demion. Walaupun ini bukan yang pertama kalinya, tapi perut Demion itu AMAZING banget.

Entah berapa lama kemudian, motor itu berhenti. Motor itu berhenti di dekat sebuah taman dengan danau kecil. Di dekat danau itu ada sebuah meja dan dua buah kursi. Harusnya ini romantis, tapi ada yang aneh. Bunga kering ada dimana-mana. 

"Ini..."

"Ini tempat yang udah pernah gue rencanain. Harusnya cantik, tapi bunganya udah keburu kering. Makanannya gue buang," kata Demion sambil duduk di salah satu kursi itu. Vina juga duduk di salah satunya. Persis, seperti yang Vino katakan.

"Hari itu..."

"Hari itu, tepat dua minggu. Perjanjian kita udah putus. Udah selesai. Gue udah sediain semuanya. Gue bikin candle light dinner dan sebagainya. Dan saat gue mau bilang supaya kita ketemuan, lo malah bilang kalau lo udah pacaran sama Vian," potong Demion. 

"Hati gue sakit, Vi. Gue gak tau dari kapan, tapi gue suka sama lo. Mungkin dari awal ketemu. Gue udah pernah bilang lo unik kan? Itu yang gue suka dari lo. gue cuman cinta sama lo, Vi. Sama lo," kata Demion sambil menatap mata Vina dalam.

"Tapi gue gak bisa jawab, Dem. Kalau gue jawab sekarang, percuma. Pasti lo bakal sakit hati," kata Vina.

"Gue gak perduli, Vi. Asal bisa sama lo, gue bahagia," kata Demion. "Kalau lo yakin cinta sama gue, lo harus siap-siap patah hati. Sorry kalau gue ngasih harapan yang lebih ke lo. Tapi mungkin bisa gue pertimbangin. Kalau lo bener-bener cinta sama gue, gue cuman berharap satu doang," kata Vina.

"Apa?" tanya Demion dengan mata berbinar.

"Kalau lo ketemu gue lagi, tembak gue lagi. Gak harus hari itu juga, tapi lo harus nembak gue. Janji?" tanya Vina sambil memberikan jari kelingkingnya. Dengan bingung, Demion menautkan jarinya juga.

"Janji."

******

"Vino, Vina!" panggil Vio. "Eh, keluar dong! Lama ah! Pegel nih!" protes Demion. Mereka berdua mendengar suara pintu dibuka, tapi bukan pintu yang dihadapannya, melainkan milik tetangga.

"Dek! Jangan teriak-teriak dong! Anak saya mau tidur nih!" protes seorang ibu-ibu. Mereka berdua langsung menghampiri ibu-ibu itu.

"Bu, yang punya rumah ini lagi gak ada yah?" tanya Demion. "Oh! Udah pergi kemarin malam. Ibu gak tau kemana. Tengah malem si kembar nitip surat buat Vio sama Demian," kata ibu-ibu itu. "Demion kali bu," koreksi Vio. "Nah! Itu," kata Ibu-ibu tadi.

"Suratnya mana bu?" tanya Demion. "Bentar yeh," tak lama kemudian, ibu-ibu tadi membawa duah buah surat. Yang satu berwarna pink, yang satu berwarna biru.

"Ada yang salah, Vio," kata Demion. "Mereka pergi gak bilang-bilang? Aneh," jawab Vio. Mereka membuka surat itu secara perlahan dan membacanya.

Oh

My

God...

''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''

annyeong!

cie anak kelas 9 yang TOnya tgl 21.. sama gak sih? ngecek doang :D

GOOD LUCK YAH YANG MAU UTS! mungkin gue jg bakal lama update gara-gara uts deh.. *nasip pelajar..*

by the way, thanks for shavira_aileen yang udah dedikasiin ceritanya ke gue padahal gue gak tau ide mana yang lo ambil ckckck.. THANKS YA! LOP U SISTAH!

HAVE A NICE DAY!!

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang