Five - Secret

4.7K 199 5
                                    

"Vio, kamu mau gak jadi pacar aku?" tanya Vino sambil berlutut dan memegang bunga. 

"NOO!!!"

"Kenapa lagi?" tanya Vino frustasi. Sudah satu jam Vino berada di kamar Vina, belajar untuk menembak Vio. Rencananya, Sabtu minggu ini, Vino akan menembak Vio. *cie (?)*

"Lo harus menyatakannya dengan penuh cinta! Jangan dengan muka flat lo yang pengen gue gampar itu!" oceh Vina. "Kan ini gue ngomongnya sama lo! Bukan sama Vio," jawab Vino sambil tiduran di lantai. "Ya tetep aja," jawab Vina.

"Udah lah! Cape gue latihan sama lo! Bukannya bener, malah tambah ancur. Nanti gue minta Aldo bantuin aja lah!" kata Vino masih dengan posisi yang sama. Aldo adalah salah satu teman Vino yang playboy. Mungkin Vino bisa dapet beberapa saran?

"Yang tadi ngetok-ngetok kamar gue minta jadi peraga siapa? Gue lagi enak-enak baca buku juga!" dumel Vina. Memang. Satu jam yang lalu Vina masih membaca novelnya. Sayangnya, dia diganggu oleh ketukan. No. Gedoran tepatnya. 

"What ever. I give up," kata Vino sambil bangkit berdiri dan keluar dari kamar Vina. "Vino!" panggil Vina sebelum Vino keluar. Vino menengok. "Good luck," ucap Vina lalu ia tersenyum. Vino membalas dengan senyuman dan menutup pintu kamar Vina.

***

Disinilah Vino berada sekarang. Di taman komplek, jam 6 sore, malam Minggu. Biasanya, taman komplek penuh dengan orang-orang pacaran atau sekedar sahabat. Kali ini beda. Taman komplek benar-benar sepi. Mau tau kenapa? Di usir semua sama Vino dkk.. (?)

Gak sih, gak diusir gitu juga. Tapi tetep aja di suruh pergi sama Vino.

Vino sudah duduk di salah satu kursi kayu yang panjang. Kali ini ia mengenakan kemeja biru langit, celana jeans panjang, dan sepatu converse andalannya. Semua saran dari Vina, kecuali sepatu. Ya masa Vino disuruh pakai sepatu Jeremiah? Mana mau lah dia!

Vino duduk sambil memegang satu buket bunga lily putih. Kenapa lily putih? Katanya biar unik. Mawar merah udah biasa!

Trap... Trap...

Sayup-sayup terdengar suara orang berjalan dari arah belakang Vino. Vino tidak berani menoleh. Stay cool. Gadis yang berjalan di belakang Vino itupun duduk di kursi yang sama. Vino yang dari tadi menutup matanya, mulai menyiapkan mental dan membukanya.

"Sela- ah elo! Ngapain di sini lagi?" tanya Vino geregetan. Di kira mah Vio yang dateng, ini malah Vina. "Gue cuman mau kasih tau lo sesuatu doang sih! Woles aja!" jawab Vino. "Cepetan," suru Vino. 

"Setelah tadi gue sama yang lain berunding, tempat ini kurang cocok dan romantis. Lagian banyak orang pada mau malming disini. Ini kan tempat umum. Lo cari tempat yang lebih privacy dikit lah!" kata Vina. Vino mulai berpikir. Nah! Dapet!

"Terlanjur. Nanti aja kalau dia udah dateng, abis itu udah ke terima, baru gue ajak dia kesana," jawab Vino. "Ya udah. Good luck yah!" balas Vina lalu berlari meninggalkan Vino yang menunggu dengan sabar. 

Trap... Trap...

Suara orang berjalan terdengar lagi. Vino berharap kalau ini Vio sungguhan. Seseorang menepuk bahu Vino. Itu udah pasti Vio. 

"Eh, hai, Vio! Eng, ini buat kamu," kata Vino sambil memberikan bunga lily itu. Vio menerimanya. "Thank you," ucapnya tanpa suara. "You're welcome," balas Vino. 

Satu kata. AWKWARD.

"Eh, ayo duduk," ajak Vino. Vio tersenyum lalu duduk. Vio mengeluarkan iPhonenya lalu mengetik sesuatu.

'Ada apa?'

"Ada yang mau aku omongin," kata Vino. Vio mengangguk. It's time, beibeh!

"Aku tau, kita baru kenal. Aku juga tau kalau kamu gak tau asal usul aku. Aku tau ini masih terlalu awal. Tapi aku cuman mau kamu tau satu hal. Dari pertama kali aku ngeliat kamu, aku udah jatuh cinta," kali ini Vino sudah berlutut dihadapan Vio.

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang