Mereka, Vino, Vina, Vio, dan Demion sedang duduk-duduk di sebuah cafe. Vina dan Vio masing-masing sedang mengandung. Vio 5, sedangkan Vina baru 2 bulan.
"Kebayang gak sih dulu kamu seculun itu?" kata Vina sambil memberikan foto Demion jaman dahulu. Mereka berebutan lihat dan tertawa-tawa.
"Gak. Sumpah, gak kebayang," kata Demion sambil menertawakan dirinya. "Culun-culun tapi six pack!" kata Vino saat tawanya sudah reda.
"Nah, ini kayaknya masih jaman-jaman Vio nulis pake handphone," kata Vino sambil menunjukan sebuah foto Vio yang sedang memainkan handphonenya.
"Itu masa lalu banget kali. Kan sekarang udah ada kalian," kata Vio sambil tersenyum. Mereka melihat-lihat foto lagi.
"Vin!" panggil Vino. Vina yang sedang asik melihat foto itu langsung menengok. "Nih foto lo sama gue sebelum kita pergi dari Paris," kata Vino sambil menyodorkan foto itu. Kalung berbentuk setengah hati masih menempel di lehernya.
"Kalung dari Vian," gumam Vina tidak sadar. "Aku gak suka ya kalo kamu inget-inget Vian lagi," kata Demion tiba-tiba. Vina langsung melayangkan sebuah cubitan ke pinggang Demion. "Biasa aja kali. Ga usah over protective gitu," kata Vina.
"Masa suami sendiri gak boleh cemburu sih sayang," kata Demion sambil mencium pipi Vina. "Tau ah. Di rumah ada undangan pernikahan Vian sama Caca tuh," kata Vina. "Mereka nikah?" tanya Vino kaget. Vina mengangguk.
"Eh, kalian inget sesuatu gak sih?" tanya Vio. Mereka semua menengok. "Apaan?" tanya Vina. "Kalian inget satu kata yang pernah aku kasih? Eccedentesiast? Senyum palsu?" tanya Vio. Semua langsung mengangguk.
"Berasa gak sih sekarang kita udah ngelepas senyum palsu itu? Yang ada cuman senyum bahagia doang," kata Vio sambil tersenyum. "Iya yah. Kita udah ngelepas semua rahasia kita. Kamu sama mama kamu, Demion sama papanya, aku sama Vian," kata Vina.
"Tapi tunggu. Vino belom pernah yah?" seru Demion. "Oh iya! Lo belom!" kata Vina. Vino langsung tertawa.
"Lo inget gak sih pas gue nemuin lo di pesta pernikahan uncle Rian?" tanya Vino. Vina mengangguk. "Lo inget gak yang pas Demion nemuin lo di kamar mandi pas gempa pas SMA?" tanya Vino lagi. Vina mengangguk.
"Lo inget gak gue kaget pas lo bilang lo pacaran sama Vian?" tanya Vino. Vina mengangguk lagi. "Lo inget gak pas gue bilang kalau gue bantuin Demion siapin tempat itu?" tanya Vino. Lagi-lagi Vina mengangguk.
"Sebenernya gue gak pernah bantuin Demion," kata Vino membuat semua orang melotot. "Yang terakhir. Lo inget gak pas gue bilang kalau gue gak terlalu berharap banyak buat ketemu Vio karena gue percaya kalau gue bakal ketemu dia lagi?" tanya Vino. Entah sudah keberapa kali Vina mengangguk mengiyakan.
"Gue percaya, karena gue bisa liat. Lihat lewat mimpi-mimpi gue. Lewat penglihatan gue. Dan sebenernya gue juga udah tau kalau kita bakal nikah sama orang yang disamping kita. Gue juga tau kalau gue bakal ngomong ini ke kalian. Gue juga bakal tau berapa banyak anak yang nanti bakal Vina dan Vio lahirin," kata Vino. Semua menatap Vino cengo.
"Lo bakal punya tiga bayi, Vina. Dua cewek kembar, satu anak cowok. Dan gue sama Vio, bakal punya 2 anak. Satu cowok, satu cewek," kata Vino lagi. "Gimana caranya lo bisa tau?" tanya Demion bingung.
"Karena gue, anak indigo," kata Vino yang langsung membuat tiga orang itu membuka mulut.
"Gue termasuk Prekognision indigo. Jadi gue bisa lihat masa depan, tapi gue gak bisa liat masa lalu orang, walaupun gue cuman bisa lihat beberapa," kata Vino. "Yang kamu sama Caca itu?" tanya Vio. "Yang itu aku gak pernah mimpiin," kata Vino.
"Well well well. Semuanya sudah ngelepas rahasia terbesar kita. Gimana kalau kita ngerayain ini sama-sama. Cheers?" ajak Vina sambil mengangkat gelas jusnya. Mereka tertawa dan mengangkat gelas masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast
Roman pour AdolescentsBagaimana kalau kau mempunyai 4 orang teman yang selalu tertawa bahagia setiap kali kalian bertemu. Pasti asik, bukan? Tapi tidak dengan Zhevino, Zhevina, Demion, dan Violet. Mereka boleh tertawa dihadapan temannya masing-masing. Tapi siapa sangka...