Zhes, Vio, dan Demion sekarang sedang berada di taman komplek, menikmati sore hari yang indah~ Vino membisikkan sesuatu di telinga Vina. "Vin, please.. Lo pura-pura tinggalin gue sama Vio. Kencan colongan," bisiknya. Vina hanya memutar bola matanya lalu menurut.
"Eh, Dem, lo mau gue tunjukin sesuatu gak? Deket sini ada yang keren loh!" ajak Vina. Demion terlihat bingung. "Udah ayo!" paksa Vina sambil menarik Demion. Demion hanya menurut dan mengikuti Vina.
"Apaan sih?" tanya Demion saat mereka sudah berjalan jauh. Vina menghentikan langkahnya. "Vino mau kencol," jawab Vina. "Kencol?" bukannya ngerti, Demion malah tambah bingung. "Kencan colongan. Udah buruan! Temenin gue makan bakso," ajak Vina.
*
"Vio, mau ikut aku gak?" tanya Vino.
'kemana?'
"Something. Please yah!" pinta Vino. Setelah berpikir, Vio akhirnya mengangguk. Vino menggandeng tangan Vio lalu langsung menarik gadis itu. Tidak berapa lama kemudian, sampailah mereka disebuah tempat.
Tempat itu tidak bisa dibilang romantis sih. Biasa aja. Vino mengajak Vio ke pinggir komplek itu. Pinggir komplek perumahan Vino dan Vina memang dikelilingi oleh sebuah tembok yang tidak terlalu tinggi.
"Kamu naik duluan. Aku bantu," kata Vino sambil berusaha membantu Vio. Vio menginjakkan kakinya di bahu Vino dan duduk di atas tembok itu. Beberapa saat kemudian, Vino sudah duduk disamping Vio.
"Kalau disini, sunsetnya bagus," ucap Vino sambil tersenyum. "Kalau aku lagi ada masalah sama orang tua atau sama siapapun, biasanya aku suka pergi kesini. Sendiri. Aku suka liat matahari terbenam dari sini," sambungnya. Vio mengetik sesuatu lalu memberikannya kepada Vino.
'Kenapa kamu kasih tau aku tempat ini?'
"Aku juga gak tau. Tiba-tiba aja gitu ada ide buat ngajak kamu ke sini," kata Vino sambil tersenyum. Vio hanya membalas senyum Vino lalu mengangguk. Vio memperhatikan matahari itu seakan ada sesuatu yang ganjil. Ia memperhatikannya sangat detil.
Vino tanpa sadar tersenyum sendiri saat melihat Vio yang dengan penuh perhatian melihat ke arah matahari. Vino mendekatkan wajahnya lalu mencium pipi Vio kilat. KILAT. Bener-bener kilat. Tapi semua kecepatan itu tetap saja tidak bisa menghilangkan warna merah di pipi Vio.
"Sorry," kata Vino tiba-tiba. Vio hanya mendiamkannya. Matanya masih tertuju pada matahari berwarna oranye itu. Keheningan melanda. Vino merasa sangat bersalah. "Kamu marah yah?" tanya Vino. Vio diam, tapi gerakannya mematikan.
Vio menyenderkan kepalanya di bahu Vino. Tau perasaan Vino sekarang? Gugup, takut, bahagia. Semuanya jadi satu. Vio mengangkat kepalanya lagi. Perasaan kecewa langsung menyelimuti Vino.
'Udah mau gelap. Aku harus pulang'
"Mau aku antar?" tanya Vino. Vio berusaha berbicara. "Vina?" tanyanya tanpa suara. "Dia ada Demion. Ada yang bisa lindungin dia," jawab Vino sambil tersenyum. Vio memandang Vino dengan tatapan bingung. Seorang nerdy kayak Demion bisa ngelindungin Vina?
"Banyak rahasia di balik senyum seseorang, Vio," ucap Vino seakan bisa membaca pikiran Vio. Vio mengerti lalu ia menulis sesuatu di iPhonenya.
'Eccedentesiast. Senyum palsu'
"Ya. Eccedentesiast," baca Vino lalu membantu Vio turun.
*
"Bang! Baksonya dua yah!" ucap Vina pada abang tukang bakso itu. "Siap neng!!" jawab abang yang bernama Somat. Vina dan Demion duduk berdampingan di kursi kayu dekat abang Somat. Demion mulai memainkan perannya sebagai cowok nerdy lagi, bukan cool seperti tadi.
"Eng, Na. Aku gak nyaman," kata Demion. "Udah, biasain! Gue gak mau tau. Pas tampil nanti, lo harus kayak gini. HARUS! Biar gak malu-maluin gue," jawab Vina sambil melirik Demion dari atas sampai bawah lagi. "Mungkin lo bisa dapet cewek juga," sambung Vina tepat saat bang Somat dateng.
"Silakan dinikmati," kata bang Somat sambil memberi dua mangkuk itu. "Makasih ya bang!" balas Vina. "Cowo baru neng?" tanya bang Somat sambil mencuci piring. "Bukan, bang! Temen doang," jawab Vina sambil memakan baksonya.
Temen doang. Iya, temen doang.
Mereka berdua makan dalam hening. Gak ada suara. Eh, ada deh. Suara orang makan :D Beberapa saat kemudian, Demion menyelesaikan makanannya. Vina masih sibuk meminumi kuah bakso itu.
"Udah?" tanya Vina. Demion mengangguk. Vina memasukkan tangannya ke dalam kantung celana yang dia pakai.
Sial!
Vina lupa bawa duit! "Dem, lo ada duit gak?" tanya Vina sambil nyengir kuda. Demion mencari uang di kantongnya. Seketika wajahnya langsung pucat. "Gak ada," jawab Demion. Vina melirik bang Somat yang masih asik mencuci piring.
"Hitungan ketiga," ucap Vina.
"Satu,"
"Dua,"
"TIGAAAA!!!!"
Vina menarik tangan Demion untuk berlari dari tukang bakso bang Somat. "Eh, neng! Bayar dulu! Aduh! Kalo gini mah abang bisa bangkrut! Neng! NENG!" bang Somat berteriak-teriak panik. Vina hanya tertawa.
Mereka berdua berhenti saat sudah hampir sampai di depan rumah Vina. Vina ngos-ngosan. Demion hanya bersender di depan pintu pagar entah punya siapa. "That was so fun," kata Vina masih dengan posisinya. Jongkok di pinggir jalan. Demion hanya tersenyum.
"Let's do it again!" ucap Vina tiba-tiba. "No! Gak boleh. Itu gak baik," jawab Demion sebelum Vina melakukan hal yang gila. "Fine," jawab Vina malas. "Gue pulang duluan yah. Bye!" jawab Vina lalu berjalan ke rumahnya. "Sampai jumpa," jawab Demion sambil tersenyum.
Vina memasuki kamar Vino, mengecek kondisi Vino yang baru jalan sama cewek. "Vino! Loh, lo kenapa?" tanya Vina saat melihat Vino yang memandang kearahnya sambil senyum-senyum sendiri.
"Nah! Lo abis di terima yah? CIE VINO YANG BARU DITERIMA SAMA CEWEK!! CONGRATULATION YAH!" teriak Vina. Toa abis. Senyumannya itu langsung hilang saat Vina berteriak seperti itu. Masalahnya cuman satu. Ada Ria dan Jeremiah di rumah. Tungguin aja.
Satu
Dua
Ti........
"Vino! Kamu udah pacaran yah? Ke ruang tamu sini. Sekarang juga!" teriak Jeremiah dari ruang tamu. Vina langsung tertawa terpingkal-pingkal. Vino melewati Vina dan menatapnya dengan lirikan tajam. Vina yang masih tertawa hanya mengikuti Vino dari belakang.
"Duduk kamu," suruh Jeremiah. Vino mengangguk lalu duduk di sofa panjang. Vina duduk manis di sebelahnya. Muka Vino sudah pucat. "Ada yang mau daddy omongin," kata Jeremiah.
"Dad, beneran deh. Vino gak pacaran, dad. Sumpah! Itu si Vina aja yang bacotnya gede banget biar Vino dihukum. Seneng dia kalo Vino dihukum. Please, dad. Daddy harus percaya sama Vino," pinta Vino dengan wajah super duper memelas yang bikin Vina tertawa lagi.
"Kalian udah boleh pacaran," kata Jeremiah. Vino langsung melongo. Vina yang tadi ketawa, sekarang ikut-ikutan melongo hanya karena satu kalimat ajaib itu. "Serius, dad?" tanya Vino dengan muka masih melongo.
"Gak. Daddy bohong. Ya serius lah Vino!" jawab Jeremiah geregetan. "Ah! Thank you daddy! Vina love you so much!!" kata Vina sambil memeluk Jeremiah. "Udah. Sakit," jawab Jeremiah. Vina langsung melepas pelukannya.
"Thanks banget yah, dad," kata Vino sambil tersenyum. "Tapi ada syaratnya," kata Jeremiah. "Kalau kalian sudah punya pacar, kalian harus kenalin ke daddy sama mommy. Harus," kata Jeremiah. "Sip, daddy! We love you!!" kata Vina sambil memeluk Jeremiah dan berlari keatas.
Oke. Pacaran udah boleh. Sekarang persiapan mental buat nembak Violet. AYO SEMANGAT!!
''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''
HAI! Malem lagi updatenya :D biarin. gak peduli.
Buat yang berasa punya lineID 'ehrin' atau Ririn, SALAM KENAL YAH!! XD
Free follow!! Yang minta followback, just ask! Gue gak gigit sumpah -_____-
Have a nice day!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast
Teen FictionBagaimana kalau kau mempunyai 4 orang teman yang selalu tertawa bahagia setiap kali kalian bertemu. Pasti asik, bukan? Tapi tidak dengan Zhevino, Zhevina, Demion, dan Violet. Mereka boleh tertawa dihadapan temannya masing-masing. Tapi siapa sangka...