Yeay! Semua karakter utama kembali lagi di sini! By the way, Vio dan Vino mungkin dikit yah, soalnya kmrn udh banyak XD Vote!! Comment!!
'''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''
Acara hari itu sangat ramai. Dari Nita, Robert, Ria, Jeremiah, Maria, Rian, Rea dan tunangannya, Angelo (bukan Mikha yaa!).
"Hai ma!" sapa Ria sambil memeluk Nita. "Hai, pa!" kali ini Ria memeluk Robert. Jeremiah hanya menjabat tangan Robert dan memeluk Nita. "Cucu mama mana?" tanya Nita. Ria langsung tersenyum. "Itu Vina lagi main sama Frey," kata Ria sambil menunjuk ke arah dua gadis itu.
Dua. Vina dan Freya. Freya adalah anak pertama dari Rian dan Maria. Anak kedua mereka bernama Evander, masih berumur 3 tahun. Sesuai namanya, Freya merupakan anak kecil berumur 8 tahun berparas cantik yang bisa memikat hati siapa saja yang lewat dihadapannya. Gadis cilik itu sangat cantik.
Nita berjalan mendekati Vina dan Freya. Meskipun sudah berumur awal 60an, Nita sama sekali tidak letih. Ia lebih suka menghabiskan waktunya dengan keempat cucunya. "Vina, mana janji kamu?" tanya Nita. Vina langsung menoleh dan menatap bingung. "Janji apa?" tanya Vina.
"Itu loh, janji bawa pasangan kamu," kata Nita. Mata Vina langsung membulat, kemudian ia nyengir. "Bentar ya oma," kata Vina sambil berusaha menjauh dari kerumunan kecil itu. Vina mengeluarkan handphonenya dan mulai mengetik sms, lalu mengirimkan pesan itu.
Lo pada kemana?
Send! Baru Vina mau melangkahkan kakinya kembali ke taman belakang rumah yang besar itu, tiba-tiba pintu rumahnya berbunyi. Karena Vina merupakan satu-satunya orang yang paling dekat dengan pintu, Vina harus membukanya.
Vina membuka pintu dan mendapati Vino dan Vio berdiri di ambang pintu. Bisa dilihat Vio tampil sangat cantik sekali. Dress dan sepatu yang waktu itu dibeli Vino, sangat cocok di kulitnya. Rambutnya sudah di buat model fishtail dengan yarn extension berwarna pink muda yang mirip dengan dressnya.
Vio terlihat, cantik.
Setelah menilai sebentar, Vina sekarang melirik pakaiannya. Pakaian santai. Jauh dari dress yang dipakai Vio. Vina hanya memakai sweater panjang dan besar yang bisa dipakai untuk menjadi dress berwarna biru garis putih, legging hitam, serta sepatu converse chuck taylor all-star dual strap HI, sepatu berwarna putih, hitam, dan emas, limited edition! Rambut panjangnya hanya dibuat menjadi messy bun. Semuanya membuat Vina menjadi terlihat, tomboy?
"Vin?" panggil Vino, membuyarkan lamunan Vina. "Eh, iya. Selamat datang! Ayo masuk aja, Vi! Gak usah sungkan," kata Vina sambil tersenyum ria. Buat apa dia cemburu dengan penampilan cantik Vio? This is Vina, okay? Not Vio.
Suara-suara berisik mulai terdengar taman belakang. Vina langsung ke taman belakang dan bergabung dengan keluarga mereka sambil menunggu siapa yang datang.
Vina duduk di ayunan sambil meminum tehnya. Duduk diam, sendiri. Tiba-tiba bel pintu rumah itu berbunyi. Vina hendak berdiri hingga tepukan dibahunya menghentikan dirinya. "Oma yang buka," kata Vino. Vina hanya mengangguk lesu dan kembali duduk di ayunan dan mulai mengayunkan benda itu.
Nita membuka pintu rumahnya dan mendapati dua orang pria muda sedang berdiri di hadapannya. "Selamat siang, tante," sapa Demion ramah. Nita membalas senyum Demion. "Panggil oma aja. Mau cari siapa yah?" tanya Nita. "Mau cari Vina, oma. Vinanya ada?" tanya Vian.
"Ada kok! Ayo masuk! Anggap rumah sendiri aja. Maaf kalau kecil," kata Nita sambil mempersilakan Vian dan Demion memasuki rumahnya. Kecil dari mana? Ini mah udah kayak istana! batin Demion dalam hati.
Vian dan Demion berjalan saling mendahului, berebut Vina. "Game on," gumam Vian sambil tersenyum licik. Vina memang sudah bercerita pada Demion kalau Vian adalah teman masa kecilnya. Maka dari itu Demion tidak akan tinggal diam.
Mereka berdua mencari sosok Vina yang unik dan gampang dikenali karena rambutnya. Demion yang pertama kali menemukan Vina. Vina masih duduk di ayunan sambil menghisap tehnya dan memandang ke arah kolam, memunggungi mereka.
"Hai, Vina," sapa Demion. "Hai Vina!" sapa Vian. Vina langsung menoleh. "Eh, kalian udah dateng?" tanya Vina. Sesaat kemudian, dia sudah merutuki dirinya. Kalau mereka belom dateng, gimana caranya mereka disini?
"Eh, ayo ngumpul! Sini gue kenalin," kata Vina sambil membawa mereka berdua. Tidak. Menyeret tepatnya. "Oma, opa, dan semuanya. Kenalin, ini Demion," kata Vina sambil menunjuk Demion. "Dan ini Vian," kata Vina sambil menunjuk Vian.
"Sore," kata Demion dan Vian berbarengan. "Vina, sini," panggil Nita. Vina langsung mendekati omanya itu. "Ada apa?" tanya Vina. "Kan oma cuman nyuruh bawa satu. Kenapa kamu bawa dua?" tanya Nita. Vina hanya nyengir kuda.
"Vina gak tau mau milih yang mana, oma! Jadi Vina bawa aja dua-duanya," kata Vina. "Kamu ini. Pilih satu! Jangan plin plan!" kata Nita lalu pergi meninggalkan Vina. Vina masih diam di tempat. Ya. Dia harus tegas.
Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Matahari sudah menampakkan warna jingganya. Para pria sudah duduk di luar, sedangkan para perempuan bekerja di dapur. Maria masih harus menjaga Evan, jadi hanya Nita, Ria, Vina, dan Rea yang memasak. Freya hanya membantu sedikit.
"Jadi, kamu gimana sama Vio?" tanya Rian pada Vino. Vino hanya tersenyum. "Gak tau nih! Vino pernah nembak, tapi di tolak. Kalau nembak lagi, nanti di tolak lagi. Harga diri!" kata Vino. Rian, Robert, dan Jeremiah hanya tertawa.
"Kalau kalian gimana? Udah ada rencana nembak Vina?" tanya Jeremiah, kali ini kepada Demion dan Vian. "Eh, belom ada sih om. Masih nunggu waktu," kata Demion. "Udah, om. Mungkin minggu depan saya bakalan nembak Vina," kata Vian. Semua mata langsung tertuju padanya.
"Yang bener?" tanya Robert. Vian mengangguk lagi. Rahang Demion sudah mengeras. Tangannya terkepal. Sial. Dia kalah satu langkah. Di sisi lain, Vino terlihat kaget dengan pendengarannya. Ini tidak boleh terjadi. Tidak boleh!
"Wah. Bagus dong," jawab Jeremiah. "Eh, ayo masuk ke dalam! Makanan udah siap!" teriak Rea. Mereka semua bangkit berdiri dan langsung memasuki rumah itu.
Robert menempati tempat duduk di paling ujung, sebagai yang tertua, sedangkan Nita duduk di samping kanannya. Di seberang Nita, Ria dan Jeremiah duduk berdampingan. Di samping kiri Jeremiah, sudah ada Vino dan Vio. Di seberang Vio dan Vino, Rea dan Angelo sudah duduk. Di samping mereka ada Demion, Vina, dan Vian dengan Vina diapit di tengah. Rian, Maria, dan Freya serta Evan sudah duduk dihadapan mereka.
"Mari makan!" kata Robert mempersilakan.
***
"Tuh liat. Ini pas Vino pertama kali jalan," kata Ria sambil menunjukkan foto Vino yang baru berjalan. "Mom! Stop it!" kata Vino sambil pura-pura cemberut. Vina hanya tertawa mendengarnya.
"Om, boleh aku ngomong sama Vina sebentar?" tanya Demion. Jeremiah mengangguk. Vina dan Demion pergi ke halaman belakang dan duduk di ayunan. "Vin," panggil Demion. Vina langsung menengok. "Ada apa?" tanya Vina.
Demion menarik nafasnya berat. "Gue gak demen lo deket sama Vian," kata Demion berat. Vina langsung kaget. "Emang kenapa?" tanya Vina. "Dia itu gak cocok sama kamu. Dan denger-denger, dia bakal nembak kamu minggu depan," kata Demion.
"Please, tolak dia," sambung Demion. "Kenapa?" tanya Vina lagi. "Gue juga gak tau. DIa gak pantes buat lo," kata Demion. "Terus menurut lo, siapa yang pantes buat gue?" tanya Vina lirih.
"Seseorang yang jauh lebih baik dari dia," jawab Demion. Vina hanya bisa menunduk. Vina harus pilih yang mana? Perintah Demion, teman sebangkunya yang sekarang menjadi sahabat, atau Vian, cinta pertamanya?
Vina bisa merasakan hujan mulai turun. Masih gerimis kecil. Vina mendongak untuk melihat langit malam yang terlihat mendung. Tidak ada bulan, tidak ada bintang. Perlahan-lahan, hujan sudah mulai deras. Vina sengaja tidak beranjak dari tempat duduknya. Untuk sekali ini saja, ia ingin menikmati hujan di sini.
"Mau masuk?" tanya Demion. Vina menggeleng. "Mau mandi ujan," jawab Vina sambil tersenyum. Terakhir Vina main hujan itu saat kelas 7. Dia pernah dua jam bermain hujan hingga demam tinggi dan masuk rumah sakit. Vina kangen hujan.
Vina melepas ikatan rambutnya, membiarkan rambut hitam-birunya terurai begitu saja. She is the prettiest girl I've ever seen, gumam kedua orang itu dari berbeda tempat.
Vian melihat keakraban Vina dan Demion dari jauh. Hatinya pilu. Hatinya menginginkan Pupu lamanya kembali. Vian bisa melihat Vina mulai memutarkan tubuhnya di bawah rintik hujan, tidak memperdulikan suhu udara saat itu.
Lamunan Vian buyar karena seseorang berlari dari sebelahnya dan memasuki halaman belakang. Vino. Yap! Vina dan Vino sangat menyukai hujan. SANGAT. Hujan itu seperti di timpuk butiran-butiran air secara keras. Menyegarkan.
Sudah 10 menit mereka bermain, sekarang semua orang sedang menonton mereka dari dalam rumah. Vina mulai di serang oleh Vino dan Demion. Satu lawan dua. Tidak adil! Vina segera berlari ke kerumunan orang itu dan menarik Vio.
"EH! Yah basah!" kata Vio saat sudah di tarik. Sudah terlanjur. Mau bagaimana lagi? Vio membuka heelsnya dan melemparnya entah kemana. Demion dan Vino segera menyerang para gadis dengan lumpur.
"Eh! Gak main lumpur! Ah! Awas lo yeh!" kata Vina sambil mengambil serauk lumpur dan mulai melemparkannya. Perang lumpur. Jeremiah mengambil kamera SLRnya dan mulai memotret momen berharga itu.
*
Jam sudah menunjukkan pukul satu pagi. Hampir semua orang di rumah itu sudah tidur. Vio, Demion, dan Vianpun sudah tidur. Did I already told you that they stay over night? Well, they did.
Vina duduk di dapur yang menghadap langsung ke taman belakang sambil meminum susu cokelat panasnya. Vina? Yap! Dia insomnia. Vina hanya memandang dengan tatapan kosong. Raga Vina berada di sana, tapi jiwanya entah pergi kemana.
Vina tersadar dari lamunannya saat dirasa ada seseorang yang menepuk bahunya. Vina langsung menoleh dan mendapati Vino sudah ada di belakanganya sambil membawa susu cokelat panas. Sama sepertinya.
"Insomnia lagi?" tanya Vino sambil duduk di samping Vina. Vina mengangguk. "Lagi ada masalah ya?" tanya Vino. Vina hanya mengangkat bahu. "Gue kira gue bakal tau siapa yang gue demen. Tapi semuanya salah, Vin. Gue gak bisa milih di antara Vian sama Demion," kata Vina sambil menyenderkan kepalanya di bahu Vino. Vino hanya merangkul bahu Vina dengan tangan kanannya.
"Coba sekarang lo tutup mata, habis itu lo liat muka siapa yang pertama kali muncul di pikiran lo," kata Vino. Vina mencobanya. Dua detik kemudian, dia sudah membuka matanya. "Dua-duanya muncul," kata Vina. Vino dapat merasakan bahu Vina melemas. Vino mengelus rambut Vina. Walaupun Vina tampak kuat, tapi dia bisa rapuh juga. Itu tugas seorang kakak untuk membantunya.
"Gimana kalau lo gak ketemu mereka satu-dua bulan?" tanya Vino. Vina langsung menegakkan bahunya. "Maksud lo?" tanya Vina bingung. "Iya. Jadi gak boleh ada sms, ketemuan, telponan, atau apapun itu. Lo harus ngejauhin mereka. Minimal sebulan. Pasti nanti lo bakal tau siapa yang lo kangenin," kata Vino.
"Itu kan cuman buat drama-drama atau novel-novel doang," bantah Vina. "Ya siapa tau bisa dicoba gitu. Pembuktian," kata Vino. Vina menyenderkan kepalanya lagi di bahu Vino. "Ya sudah lah. Kita coba. Satu bulan saja. Oke?" tanya Vina. "Oke deh!" jawab Vino lalu keheningan mulai melanda.
"Nanyi dong," pinta Vina. "Nyanyi apa?" tanya Vino. "Apa aja," jawab Vina. Vino menaruh gelasnya , Vina juga mengikuti. Dengan kepala Vina masih bersandar di bahunya, Vino mulai bernyanyi.You know all the things I've said
You know all the things that we have done
And things I gave to you
There's a chance for me to say
How precious you are in my life
And you know that it's true
To be with you is all that I need
'Cause with you
My life seems brighter and these
are all the things
I wanna say...
I will fly into your arms
And be with you
Till the end of time
Why are you so far away
You know it's very hard for me
To get myself close to you(I will fly -Ten2Five)
Vino dapat merasakan nafas Vina yang mulai teratur. Vino melirik Vina. Vina sudah tertidur. Vino berusaha untuk memindahkan kepala Vina dari bahunya tanpa membuatnya terbangun. Setelah itu, Vino mengangkat Vina dan memindahkannya ke kamar Vina dan Vio. Vino dengan lembut meletakkan Vina dan menyelimutinya.
Pandangannya berhenti sebentar saat melihat Vio yang sedang tertidur. Wajah malaikatnya. "Good night, my princesses," kata Vino lalu perlahan keluar dari kamar mereka dan memasuki kamarnya sendiri.
"Good luck, Vina," gumam Vino sesaat sebelum ia tertidur.
''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''
tralala trilili.. bahagia banget bio bisa lolos *nangis bahagia* *lebay mode on* by the way, this story dedicated to someone who finally vote me *ini inggris jenis apa?* : natashakhouw ! I will fly song is dedicated to you too! TRAKTIR GUE!
bagi saran dong buat yang udah SMA sama kuliah.. mending masuk IPA/IPS? masuk IT/SI? Bagusan mana yah? kelas 10 kalo gak salah udah pembagian ini.. #GALAUMASUKMANA
please bantuin! galau tingkat SMA
THANKSS!
Have a nice day!
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast
Подростковая литератураBagaimana kalau kau mempunyai 4 orang teman yang selalu tertawa bahagia setiap kali kalian bertemu. Pasti asik, bukan? Tapi tidak dengan Zhevino, Zhevina, Demion, dan Violet. Mereka boleh tertawa dihadapan temannya masing-masing. Tapi siapa sangka...