"Permisi, gue mau duduk. Permisi," Vina terus mendorong gadis-gadis yang mengerumuni mejanya. Emang ada apaan sih?
"Selamat pa-woah! Lo siapa?" tanya Vina bingung. Di kursinya, duduk seorang pria entah siapa namanya. Anak baru. Dua kata itu langsung melintas di pikirannya.
"Stop! Lo siapa?" tanya Vina pada orang baru itu. Semua gadis-gadis langsung mengecilkan suaranya. Anak baru itu dengan gagahnya berdiri dihadapan Vina membuat teriakan gadis-gadis itu menjadi-jadi. Well, Vina kalah tinggi. Gak asik ah (?)
"Nama gue, Dervian. Panggil Vian atau Dervi aja," kata pria itu sambil mengulurkan tangannya. Vina hanya menjabatnya lalu melepas secepat yang ia bisa. "Ngapain lo duduk disini?" tanya Vina lagi. "Tadi katanya gue boleh duduk dimana aja. Ya uda gue duduk disini. Tempatnya strategis," kata Vian.
"Well, lo emang boleh duduk dimana aja, asal kosong. Ini kursi punya gue. Jadi, gue mohon dengan sangat, please, pindah," kata Vina. Vian mendekatkan wajahnya ke wajah Vina hingga wajah mereka hanya berjarak 10cm.
"Apa keuntungan yang bakal gue dape kalau gue mau pindah?" tanya Vian sambil tersenyum penuh kemenangan. Vina membalas senyuman Vian. "Nothing," jawab Vina. "Well, lebih baik gue yang putusin," kata Vian. Vian perlahan memajukan wajahnya, tapi gerakannya terhenti saat seseorang menepuk bahunya.
"Sorry. Tapi lo bisa gak jangan gangguin cewek itu?" tanya Demion. Vian langsung menengok. Vina tersenyum melihat penampilan Demion. Tidak ada lagi cowok culun dihadapannya, melainkan cowok keren yang cukup berandal.
Rambutnya yang dulu klimis culun gitu, sekarang sudah spike seperti Adam Levine. Warnyanya juga sudah berbeda. Dari hitam, sekarang menjadi cokelat tua. Kacamata tebalnya sudah tidak dipakai lagi. Demion berubah.
"Sorry, tapi lo siapanya dia yah?" tanya Vian sambil mengelap pundaknya yang habis dipegang Demion. "Gue sahabatnya. Jadi tinggalin dia sekarang juga," jawab Demion sambil tersenyum. "Fine. Tapi liat aja. Sebentar lagi, cewek itu bakal jatuh hati sama gue," kata Vian lalu meninggalkan Demion dan duduk dikursi kosong lainnya.
"Thanks," kata Vina saat mereka berdua sudah duduk. "You're welcome," jawab Demion. "Penampilan lo keren banget sumpah," kata Vina. "Gue memutuskan untuk menjadi diri gue yang lama. Cape jadi cowok culun gitu," kata Demion sambil tertawa.
"Eh, gue mau ngomong," kata Vina. "Ngomong aja," jawab Demion. "Gak disini. Istirahat, di taman belakang," kata Vina. "Oke," jawab Demion. Tepat saat itu, guru mereka sudah masuk.
"Awi," panggil Vian. Awi menengok. "Napa?" jawabnya. "Itu cewek yang duduk ditengah baris kedua dari depan namanya siapa sih?" tanya Vian penasaran. "Oh, dia. Queen of school kita, Zhevina. Biasa dipanggil Vina," terang Awi. "Thanks yah, Wi," kata Vian.
Siap-siap lo, Vina. Lo bakal jatuh ke dalam pesona gue
***
KRINGGGGG!!!!!!!!!
Bel istirahat berbunyi. Vina langsung keluar. Demion segera menyusul Vina yang sudah berjalan menuju taman belakang. Vina sengaja memilih taman belakang, ya karena sepi. Anak-anak sini kalau istirahat, biasanya pada ke kantin.
"Ada apa?" tanya Demion. Vina duduk di bawah pohon mangga yang rimbun. "Gue udah tau semuanya," kata Vina. Demion duduk disamping Vina. "Gue udah tau kalau lo suka sama gue," sambungnya.
"Lo tau dari mana?" tanya Demion kaget. "Vino. Gue cuman mau negesin aja sama lo. Gue gak percaya ada yang namanya cinta di dunia. Jadi, gue cuman mastiin kalau lo jangan berharap terlalu banyak sama gue," kata Vina.
"Gak apa-apa kok," kata Demion sambil tersenyum. "Tapi gue mau lo tetep jadi sahabat gue. Sahabat terdekat gue, boleh?" tanya Vina. Demion mengangguk lalu merangkul Vina. "Anything," katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast
Teen FictionBagaimana kalau kau mempunyai 4 orang teman yang selalu tertawa bahagia setiap kali kalian bertemu. Pasti asik, bukan? Tapi tidak dengan Zhevino, Zhevina, Demion, dan Violet. Mereka boleh tertawa dihadapan temannya masing-masing. Tapi siapa sangka...