"Wooii bro" sapa Brayen yang sudah duduk manis di samping Ali yang sedang menelungkupkan wajahnya diantara kedua lengannya.
"Hhmmmm.." Ali hanya menjawab dengan deheman, karena ia sangat malas untuk bangun. Ini diakibatkan Prilly membangunkannya setelah ia sholat subuh tadi. Dan sekarang Ali memilih untuk tidur di kelasnya sebelum jam pelajaran dimulai.
"Gue liat akhir-akhir ini lo dateng pagi mulu bro, udah jarang telat" ucap Brayen seraya menyalin catatan dari buku Ali ke buku miliknya.
Meskipun Ali adalah seorang yang nakal, tapi Ali tidak pernah melupakan kewajibannya untuk belajar. Tidak seperti Brayen yang setiap kali guru menerangkan pasti dia tidur di kelas, tak heran jika ia selalu meminjam catatan kepada Ali.
"Disuruh nyokap bangun pagi" ucap Ali setengah berbohong.
Jawaban Ali tidak sepenuhnya berbohong, karena memang mamanya selalu menyuruhnya bangun pagi, tapi Ali menutupi sesuatu dari Brayen karena Ali tak ingin Brayent mengetahui kalau ia selama ini datang pagi karena harus menjemput Prilly.
Brayent hanya ber-oh ria. "Bro ntar malem gue ke rumah lo ya, kita main ps bareng"
"Gue nggak ada di rumah" jawab Ali cepat.
"Terus lo dimana?"
"Gue nginep di rumah nenek lampir" jawab Ali santai masih dengan posisi seperti semula.
"Lo nginep di rumah siapa? Nenek lampir? Siapa tu nenek lampir?" Brayen terkejut mendengar jawaban Ali.
Pasalnya yang ia tau, Ali tidak mempunyai teman dekat kecuali dirinya. Lalu Ali menginap di rumah siapa? Kalau saudara itu tidak mungkin, karena Ali sedikit tertutup dengan saudaranya kecuali keluarga intinya.
Ali seketika bangun dari tidurnya, merasa terganggu dengan pertanyaan-pertanyaan yang di lontarkan Brayent.
"Lo nginep di rumah siapa bro?" Tanya Brayent menyelidik.
"Gue nginep di rumah Pri.." ucapan Ali tiba-tiba terpotong, karena seorang guru memasuki kelasnya. Ali sangat bersyukur terhadap guru tersebut, kalau guru tadi tidak masuk tepat waktu mungkin saja ia sudah keceplosan memberitahu Brayen kalau dia menginap di rumah Prilly.
************************
"Apa jadwal saya hari ini?" Tanya Elang pada Sandra melalui telepon kantor.
"Hhmm.. sebentar pak, saya lihat dulu" Sandra mengapit gagang teleponnya diantara kepala dan lehernya, kemudian ia langsung membuka jadwal Elang yang tersimpan di file laptopnya.
Setelah menunggu akhirnya "untuk hari ini bapak tidak ada jadwal yang penting, hanya ada beberapa data yang harus di tanda tangani" jelas Sandra.
Sejenak keheningan terjadi. "datanya bisa ditanda tangan lusa kok pak" sepertinya Sandra mengetahui apa maksud keheningan yang terjadi. Sandra tau jika bosnya ini sebenarnya ingin keluar, tapi terbebani dengan data yang harus ditanda tangani.
Sebenarnya hanya menandatangani saja tidak perlu waktu yang lama, tapi berbeda dengan Elang. Ia tak mau asal menandatangani sebuah data, ia harus menelitinya terlebih dahulu. Takut-takut jika data itu salah atau palsu.
"Baiklah kalau gitu, saya tanda tangan data-datanya lusa saja"
Elang langsung memutuskan sambungan teleponnya. Siang ini Elang ingin mengajak Regine makan siang, bukan bermaksud apa-apa tapi ia hanya ingin meminta maaf atas apa yang diucapkan Kaia saat makan malam bersama.
ElangPratama: Re, lagi sibuk nggak?
Elang mengirim pesan line kepada Regine. Tak butuh waktu lama, pesan tersebut langsung dibalas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berawal Dari Tatap
FanfictionMaaf cerita ini tidak pakai sinopsis, jadi kalau penasaran langsung baca aja:)