Part 13

1.3K 84 0
                                    

Waktu sudah menunjukkan tengah malam, tapi sedari tadi Prilly belum juga tidur. Malam ini ia merasa sesuatu yang hilang, entah itu apa. Prilly memilih menenangkan pikirannya sejenak, ia memilih untuk bersantai di taman belakang rumahnya. Prilly menghirup udara yang cukup segar dimalam hari. "Pa, aku kangen Papa. Papa apa kabar? Papa, Prilly pengen benget ketemu sama Papa" pekik Prilly dalam hati, ternyata sesuatu yang hilang dari hatinya adalah ia sedang meridukan Papanya yang sudah pergi menghadap Tuhan terlebih dahulu.

Di waktu yang sama, Ali juga tidak dapat tidur dikarenakan ia tidak bisa dengan mudah tidur di tempat asing. Ali memutuskan untuk keluar balkon, melihat pemandangan taman belakang. Posisi kamar yang ditiduri oleh Ali berada di bagian belakang, sehingga balkonnya menghadap taman belakang. Ali pun mengedarkan pandangannya ke bawah, ia terkejut ternyata Prilly sedang berada disana. "Prilly" seru Ali. Prilly yang merasa dipanggil namanya langsung mendongak keatas, kearah balkon kamar Ali. "Ali, lo belum tidur?" Bukannya menjawab, Ali malah menghilang entah kemana. Prilly tak peduli dengan itu, ia memilih untuk merenung sejenak, menundukkan kepalanya. "Ngapain lo malem-malem begini disini?" Tanya Ali tiba-tiba yang ternyata sudah berdiri dihadapannya. "Gue nggak bisa tidur, lo sendiri tadi ngapain di balkon? " Prilly bertanya balik pada Ali.

Sebelum menjawab pertanyaan Prilly, Ali mendudukan tubuhnya dibangku panjang yang diduduki oleh Prilly dan duduk disebelahnya. "Gue nggak bisa tidur kalau di tempat asing". "Jadi menrut lo, rumah gue tempat asing?" Ali mengangguk cepat "gue kan belum pernah tidur di rumah orang, selain sodara gue" ucap Ali santai. Prilly menganggukan kepalanya pertanda ia mengerti maksud Ali. Keheningan pun terjadi, Ali menatap kearah Prilly dilihatnya Prilly sedang termenung, seperti melamunkan sesuatu. "Lo lagi mikirin apa Prill?" Prilly mendongakkan kepalanya menatap langit-langit, menatap bintang yang bersinar. "Gue kangen sama masa kecil gue li, gue kangen sama keluarga gue yang utuh, gue kangen bahagia bareng-bareng sama Mama Papa" air mata Prilly mulai berlinang. "Gue kangen bercandaan bareng Papa, kangen jalan-jalan keliling Jakarta bareng Papa, kangen main-main sama Papa, kangen semuanya tentang Papa. Gue suka ngiri ngeliat anak-anak pada minta uang jajan ke Papanya, suka ngiri kalau ngeliat anak-anak lain lagi dimarahin Papanya. Gue kangen sosok Papa dalam hidup gue" Prilly menangis saat menceritakan kenangannya bersama Papanya, Ali merasa sedih dengan apa yang dialami Prilly, ia sangat bersyukur mempunyai seorang Papa yang meskipun sibuk mau meluangkan waktunya untuk keluarga. Tangan Ali terulur untuk merengkuh bahu Prilly.

"Coba aja ada Papa disini, pasti Mama nggak perlu capek-capek ngurusin perusahaannya Papa, nggak perlu capek-capek kerja, nggak perlu capek-capek pergi ke luar kota buat ngurus bisnisnya dan gak perlu nyuruh lo buat nemenin gue disini. Sekarang Mama udah sibuk sama urusannya, udah nggak punya waktu lagi buat gue, gue kesepian li" jelas Prilly melanjutkan ceritanya. Tanpa sadar Prilly menyenderkan kepalanya di bahu milik Ali. "Bokap lo pergi itu sudah takdir Prill, Tuhan punya rencana lain, kita sebagai manusia nggak bisa buat apa-apa selain ngikutin kehendak Tuhan. Nyokap lo kerja itu demi kebaikan lo juga, kalau nggak kerja mau makan apa kalian nanti? Nyokap lo lagi berjuang buat hidupnya dan hidup lo, tenang aja nyokap lo nggak bakal ngeduain lo sama kerjaannya. Yang perlu lo inget, lo itu nggak sendirian, lo masih punya nyokap, lo ada saudara, ada Verlita juga. Kalau lo ngerasa kesepian, gue bisa kok jadi temen lo buat nemenin lo, kapan lo butuh, tiap lo ngerasa sendiri nggak ada orang lain disamping lo, gue bisa temenin lo" ucap Ali tulus dari hatinya, dari lubuk hatinya paling dalam ia tak mau melihat Prilly bersedih. "Makasih ya li" Prilly menegakkan kepalanya dan menoleh ke kanan, diwaktu yang sama Ali juga menoleh kearah Prilly. Keduanya saling menatap, Prilly merasa tatapan Ali akhir-akhir ini tidak membuatnya takut melainkan menjadi teduh bila ditatap lebih dalam. Sama seperti Prilly, Ali merasa tatapan Prilly menenangkan hati dan pikirannya, mereka berdua saling terbuai akan tatapan masing-masing.

"Hhhmm.. udah malem, tidur gih" ucap Ali menghentikan aksi tatap-tatapan mereka. "Nanti ah, gue masih pengen disini". "Oke 10 menit, habis itu tidur" Ali tak ingin Prilly tidur larut malam, ia tak mau Prilly sakit. Ali memberikan perhatian kepada Prilly, karena ia mendapat mandat dari Mamanya dan tante Vina untuk menjaga Prilly selama tante Vina tidak ada dirumah. Sehingga ia tak ingin Prilly kenapa-napa.

Berawal Dari TatapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang