EMPAT

5K 261 0
                                    

JESSICA memarkirkan motornya di lapangan parkir khusus siswa.

Berbeda dengan teman-teman perempuannya yang lebih suka membawa mobil atau diantar sopir, Jessica lebih suka memakai motor sport. Meskipun itu berarti Jessica harus memakai celana dan berganti pakaian di sekolah.

Tapi toh ia menikmatinya.

Motor jauh lebih berguna jika kau hidup di kota seperti Jakarta dimana kemacetan ada di mana-mana.

Jessica hanya nyengir saat melihat Rachel menunggunya di dekat pintu masuk auditorium sekolah.

"Kita terlambat," keluh Rachel.

"Masih ada sepuluh menit, kok." kata Jessica bingung sambil melihat jam tangannya.

"Tapi kau masih harus mengganti celanamu itu. Kita tak akan bisa melihatnya." jelas Rachel.

Jessica memutar matanya. "Apa yang sebenarnya kau lihat dari cassanova sepertinya?"

"Ehm... dia tampan?"

Jessica mendengus. "Dia suka memainkan perasaan gadis, Rach. Awas saja kalau kau benar-benar jatuh cinta padanya."

Rachel tidak menjawab dan hanya menyeret Jessica ke arah toilet.

"Cepat ganti!" perintah Rachel. "Kuberi kau waktu dua menit."

"Pergi saja sana!" kata Jessica jengkel. "Jangan khawatir! Aku masih bisa menemukan kelas nanti."

Rachel langsung tersenyum cerah. "Sungguh? Oke. Sampai nanti, Jess."

Jessica mendengus.

Sahabat macam apa itu yang meninggalkan sahabatnya hanya untuk melihat siswa tampan?

Jessica buru-buru mengganti celananya dengan rok seragam sekolah. Bukan karena ia ingin menemui cassanova sekolah, tapi karena ia ingin menghindari macetnya lalu lintas menuju kelas.

Ketika Jessica berjalan di lorong, ia melihat Nicole, anak dari wanita yang baru saja dinikahi oleh ayahnya.
Nicole memandang Jessica dengan pandangan merendahkan.

Tapi Jessica cukup dewasa untuk mengabaikannya dengan mudah. Karena pada dasarnya Jessica tidak pernah menganggap Mary dan Nicole sebagai bagian dari keluarganya.

Mereka berdua hanya orang yang mengincar kekayaan ayahnya dengan cara licik.

Titik.

Akhir cerita.

Jessica mendengus jengkel saat lorong lantai tiga sudah penuh oleh siswi-siswi mulai dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas.

Jessica mencoba untuk menyusup di antara kerumunan.

Tapi entah kenapa jalannya terasa sangat mudah. Ia bisa keluar dari kerumunan. Tapi kemudian ia menabrak seseorang yang menyebabkan bagian depan seragamnya basah.

"Apa yang...? HEI!!" teriak Jessica jengkel pada siswa yang berdiri di depannya.

Jessica harus mundur satu langkah untuk bisa memandangnya karena siswa itu lebih tinggi darinya.

Siswa itu juga basah di bagian depan seragamnya. Tapi tidak sebanyak Jessica.

Kerumunan yang awalnya sangat bising kemudian hening.

Baru kemudian Jessica sadar bahwa orang yang baru saja ia bentak adalah idola satu sekolah.

Stefan Johnson.

Well, bukan Jessica kalau ia peduli pada hal itu.

"Kau tidak bisa berjalan lebih hati-hati?" tanya Jessica jengkel.

I'm [Not] A CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang