DUA PULUH DUA

6K 267 5
                                    

STEFAN sedang membaca laporan mengenai proyeknya saat Ryan masuk ke dalam ruangan.

"Nona Nicole ingin menemui Anda, Tuan."

Stefan menghela napas panjang.
Saat ini kepalanya sedang benar-benar pusing. Masalah pekerjaan, Jessica, dan Nicole benar-benar menguras pikirannya. Ditambah rasa bersalahnya pada Jessica dan kebingungannya pada Nicole.

Oh, dan ibunya juga menambah beban pikirannya dengan mendesak Stefan untuk segera membatalkan pertunangannya dengan Nicole.

Itu membuat Stefan merasa bersalah pada Nicole dan marah pada ibunya.

Meskipun ibunya bersikukuh bahwa mereka tidak pantas memiliki besan seorang pembunuh, tetap saja Stefan merasa bersalah. Seakan semua kebaikan ibunya pada Nicole hanyalah karena Nicole putri Paman Ronald. Meskipun untuk bagian ini Stefan masih tidak paham alasan ibunya tidak menyukai Jessica.

Dan Stefan juga masih tidak tahu bagaimana cara menghadapi Nicole ketika ia tahu bahwa Nicole-lah yang membuat Jessica sekarat dengan memasukkan salmon ke dalam menu makanan.

"Nona Nicole bilang bahwa ini akan jadi yang terakhir," lanjut Ryan saat Stefan hanya diam.

Mengernyit mendengarnya, Stefan akhirnya mengangguk.

Ia menutup laporan dan mendongak tepat saat Nicole memasuki ruangan.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Stefan. "Kudengar Jessica membantu ibumu dengan menyediakan tim hukum baginya?"

Nicole tersenyum tipis dan mengangguk. "Aku datang ke sini untuk pamit padamu."

Stefan kembali mengernyit. "Kau akan pergi?"

"New York," kata Nicole sambil mengangguk. "Jessica mengirimkan aplikasi untukku ke Juilliard. Aku akan mengikuti audisinya. Lagipula aku sudah tidak punya tempat di sini. Masyarakat membenciku dan menganggapku sebagai pembohong. Ditambah kasus ibuku... yah, kupikir pergi dari Indonesia adalah satu-satunya jalan. Aku akan memulai kembali hidupku di sana."

Stefan terdiam karena tidak tahu apa yang harus ia ucapkan saat itu.

Terlebih saat Nicole berkata bahwa Jessica membantunya. Ia benar-benar bingung dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi.

"Dan aku harus meluruskan beberapa hal padamu, Stefan," lanjut Nicole. "Aku tak akan bisa hidup tenang jika terus diam."

"Apa maksudmu?" tanya Stefan bingung.

"Satu, bukan Jessica yang membongkar rahasiaku. Natalie sendiri yang berinisiatif melakukannya. Ia sudah lelah menjadi 'suara'ku. Dan kupikir aku bisa paham alasannya. Dia punya bakat. Dia tak akan puas dengan menjadi 'suara' bagi orang lain." kata Nicole.

Stefan kembali terdiam.

Ia merasa bersalah pada Jessica. Ia sudah mengatakan banyak hal buruk padanya dan semua itu bukanlah salah Jessica. Jadi atas dasar apa Stefan mengatakan semua hal menyakitkan itu?

Ekspresi dan kata-kata terluka Jessica membuat Stefan merasa sesak karena perasaan bersalah.

"Dua," lanjut Nicole. "Jessica tak pernah meninggalkanmu empat tahun lalu,"

Stefan tersentak dan langsung mendongak untuk menatap Nicole.
Nicole sudah menangis.

"Maaf. Itu semua salahku. Aku yang membuatnya memilih untuk pergi." kata Nicole pelan. "Aku membuatnya berpikir seakan kita sudah tidur bersama."

"Apa?"

"Ibuku dan ibumu yang menyusun rencananya. Mereka bilang bahwa aku akan bisa memilikimu jika aku membuat Jessica pergi. Aku tahu aku egois. Aku minta maaf, Stefan. Maaf."

I'm [Not] A CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang