LIMA BELAS

3.9K 205 4
                                    

STEFAN mengajak Jessica untuk datang ke pesta ulangtahun ayahnya.

Dan itu cukup membuat Jessica tidak bisa tidur berhari-hari karena gugup dan juga senang.

Rachel yang melihat antusiasme Jessica hanya bisa tersenyum dan membantu sahabatnya itu mencari gaun yang cocok ia kenakan. Bahkan Rachel juga berjanji akan menata rambutnya dan memberi sedikit make-up agar wajah Jessica tidak terlalu pucat.

Mereka menghabiskan akhir pekan mereka untuk berputar-putar di mall mencari gaun. Perdebatan dan penolakan dari Jessica membuat segalanya menjadi lebih rumit sebelum akhirnya mereka sepakat menjatuhkan pilihan pada sebuah kini dress selutut berwarna putih sederhana.

"Kupastikan kau terlihat memukau malam ini, Jess." kata Rachel ceria sementara mereka berjalan ke arah toko sepatu. "Dan akan kubuat si cassanova itu terdiam dengan liur menetes ketika melihatmu."

Jessica tertawa. "Rasanya tidak mungkin melihat Stefan dengan wajah stoic-nya itu bisa berekspresi seperti itu."

"Well, itu artinya kau meremehkanku," kata Rachel. "Percayalah! Akan kubuat kau sebagai ratu sejagat malam ini."

Jessica hanya tersenyum.

Walaupun ia tidak terlalu suka memakai rok, tetap saja Jessica perempuan dan jauh di lubuk hatinya yang terdalam, Jessica juga ingin terlihat cantik.

Jessica tak pernah merasa segugup itu sebelumnya.

Bahkan meskipun Jessica takut pada mobil, toh malam itu ia bisa duduk tenang di dalam mobil yang membawanya ke rumah Stefan.

Oke, ralat.

Jessica duduk dengan gugup hingga tidak butuh waktu lama tangannya terasa licin karena keringat.

Jessica harus berkali-kali menarik napas panjang untuk menenangkan debar jantungnya dan agar ia lebih rileks. Ia ingat Rachel berulang kali mengingatkannya untuk tetap tenang agar make-up-nya tidak luntur.

Jessica hampir saja meminta sopirnya memutar balik saat mereka sampai di kediaman Johnson. Tapi saat ia melihat Stefan berdiri di teras, mengabaikan orang-orang yang membungkuk hormat padanya, dan terus menerus menatap jam tangannya, Jessica justru merasa bersemangat.

Jessica turun seanggun yang bisa ia lakukan sebelum berjalan ke arah Stefan.

Stefan menghela napas sebelum mendongak dan pandangan mereka bertemu.

Jessica tersenyum kikuk saat Stefan hanya memandanginya tanpa mengucapkan apapun.

"Aneh ya?" tanya Jessica gugup.

Stefan mengerjap sebelum tersenyum dan menggaruk bagian belakang kepalanya.

"Ya," akunya. "Tentu saja aneh. Kau tak pernah terlihat secantik ini sebelumnya."

Jessica merasa seakan beban berat diangkat dari pundaknya. Ia tersenyum dan tak bisa menahan diri untuk memukul lengan atas Stefan.

"Bersikaplah normal!"

"Aku normal," kata Stefan membela diri, meskipun ia nyengir lebar. "Kau tak tahu betapa aku bersyukur kau datang ke sini. Pesta ini tak akan membosankan."

"Karena kau bisa menghabiskan waktu untuk menggodaku," kata Jessica cemberut.

"Itu adalah satu-satunya hal yang membuatku tetap pergi ke sekolah tiap harinya. Jika aku bisa melakukannya lebih sering, aku pasti akan sangat senang." kata Stefan sambil mengulurkan tangannya. "Pegang tanganku, Sica! Kau tak akan mau terpisah dariku malam ini."

"Karena aku tak mengenal siapapun di sini?"

"Karena aku ingin membuatmu jatuh cinta padaku malam ini," ralat Stefan yang sukses membuat pipi Jessica bersemu merah.

I'm [Not] A CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang