JESSICA membuka matanya.
Dan hal pertama yang ia lihat adalah langit-langit yang berwarna putih. Ia juga mencium bau obat yang sangat tajam. Dan Jessica benci itu.
"Jess?"
Jessica masih merasa lemas. Ia bahkan tidak yakin ia bisa menggerakkan badannya. Tapi Jessica bisa mendengar kekhawatiran dalam suara sahabatnya. Jadi ia memaksakan diri untuk menoleh.
"Hai, Rach,"
Rachel menghela napas panjang sebelum mulai terisak.
"Kau membuatku khawatir," kata Rachel di tengah-tengah isakannya. "Tahukah kau bahwa jantungmu sempat berhenti kemarin? Dan kau tidak juga sadar selama berjam-jam. Aku pikir bahwa... bahwa kau..."
"Maaf," gumam Jessica pelan. "Maaf sudah membuatmu khawatir."
Seth menepuk bahu Rachel untuk menenangkan gadis itu sebelum memandang Jessica. "Kau baik-baik saja, Jess? Dokter akan segera datang untuk memeriksa keadaanmu."
"Hanya lemas," kata Jessica. "Dan badanku terasa kaku."
"Well, kurasa itu karena kau tidur di posisi yang sama selama hampir dua puluh empat jam. Dan dokter juga mengatakan bahwa kau sedang stres. Siapa yang dulu memarahiku karena tidak melakukan check-up rutin?" tanya Seth sarkastis.
Jessica tersenyum lemah mendengarnya. "Maaf, Seth. Aku cukup sibuk mengatasi masalah yang kau buat."
"Jadi aku penyebab semua ini?" tanya Seth tidak terima.
"Hanya bercanda. Tak bisakah kau jaga kondisi agar tetap tenang? Dan kenapa dokter tidak juga datang?"
Jessica melihat Seth memutar matanya.
Setelah itu dokter datang dan memeriksanya. Jujur saja Jessica bersyukur bahwa ia sudah boleh pulang setelah dua atau tiga hari bed rest. Karena Jessica sendiri sudah merasa baik.
"Apa yang terjadi saat aku tidak sadar?" tanya Jessica setelah dokter keluar.
Rachel memandang Seth khawatir.
Seth sendiri tampaknya tidak suka Jessica menyinggung masalah ini.
"Aku sudah jauh lebih baik," kata Jessica berusaha meyakinkan. "Katakan padaku apa yang terjadi!"
"Sebelumnya berjanjilah satu hal padaku," kata Seth. "Jika kami mengatakan yang sebenarnya, berjanjilah bahwa kau akan tetap mengikuti apa kata dokter. Tidak ada pekerjaan sampai dokter mengizinkannya. Oke?"
Jessica menghela napas panjang. "Oke,"
"Paman Hery memberitahu kami bahwa begitu kami membawamu, polisi datang untuk menangkap Tante Mary atas tuduhan..."
"Pembunuhan terhadap ibuku?" tanya Jessica.
"Kau sudah tahu?"
"Menurutmu siapa yang berhasil menemukan bukti-buktinya?" gumam Jessica. "Aku bersyukur Paman Hery ada di pihakku."
"Yah... itu bukan satu-satunya masalah," kata Rachel pelan.
Kali ini Jessica mengernyit. "Apa maksudmu?"
"Kau tahu... Natalie? Orang yang selama ini menjadi 'suara' Nicole. Dia melakukan konferensi pers dan membuka semuanya," kata Rachel. "Saat ini media benar-benar heboh. Ditambah penangkapan Tante Mary dan kabar bahwa dirimu sedang sekarat. Saham GLEnt. bergejolak. Paman Hery saat ini sedang berusaha menstabilkannya."
Jessica membeku mendengarnya. "Bagaimana bisa? Kenapa tiba-tiba saja Natalie membuka semuanya?"
"Aku yakin kau sudah pasti tahu jawabannya, Jess," kata Seth pelan.
"Natalie berbakat. Tidak heran jika ia juga ingin bersinar. Lagipula aku heran kau tidak langsung membongkarnya sejak saat pertama kau memimpin perusahaan."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm [Not] A Cinderella
RomanceEmpat tahun lalu, Jessica Lauren bersumpah ia akan melupakan semuanya dan memulai hidup baru di Berlin. Tapi kemudian ia mendapat kabar tentang kematian ayahnya dan harus kembali ke Jakarta untuk mengambil alih posisi ayahnya. Kembali ke kota yang m...