NICOLE menunggu gugup di sebuah ruang VIP sebuah restoran China.
Ia meremas sebuah kertas di tangannya dengan tangan gemetar dan wajahnya terlihat panik, juga ketakutan.
Nicole terlonjak keras ketika pintu digeser terbuka dan seorang pria masuk dengan tenang.
"Kau...?"
Charlie tersenyum. "Halo, Nicole. Rasanya tidak benar tidak menyapa tunangan dari sahabat baikku, bukan?"
"Kau yang mengirimkan video itu padaku?" tanya Nicole dengan suara bergetar menahan takut dan marah.
"Kau yang mengirim surat ancaman ini ke rumahku?"Charlie memandang Nicole dengan wajah kebingungan yang polos. "Apa maksudmu, Nicole?"
"Jangan berpura-pura, brengsek!" kata Nicole keras. "Darimana kau bisa mendapatkan video itu?"
Charlie terkekeh. "Padahal Mrs. Johnson selalu memujimu sebagai wanita berkelas yang sepadan dengan Stefan. Siapa sangka justru ucapanmu jauh lebih parah dari Jessica, kakakmu?"
"Dia bukan kakakku!" bentak Nicole.
Charlie memutar bola matanya bosan.
"Menurutku hanya Jessica-lah yang punya hak menolak mengakuimu. Biar bagaimanapun, ibumulah yang menjadikan kau adiknya. Dan bukankah dulu kau menerimanya?""Tidak perlu basa-basi," geram Nicole. "Katakan apa yang kau mau!"
"Apa yang kumau?" ulang Charlie dengan nada merenung. "Mudah saja, sebenarnya. Cukup serahkan diri ke polisi atas setiap kejahatan yang telah kalian lakukan! Lakukan sendiri atau aku yang terpaksa harus melakukannya. Aku memberikanmu waktu hingga 24 Desember. Malam pesta penyambutan Jessica diadakan atau..."
Nicole yang tidak tahan mendengarnya menampar Charlie keras.
"Jangan ikut campur!" katanya dengan suara bergetar. "Kau tak tahu apapun tentang hidupku. Kau tak tahu betapa menderitanya kami..."
"Apakah dengan begitu kau merasa berhak merampas kehidupan orang lain?" tanya Charlie tenang. "Apa kau bahkan peduli ketika kau merampas kebahagiaan orang lain?'
Nicole hanya diam.
Ia tidak mau menjawab pertanyaan Charlie.
"Apakah kau jadi merasa lebih baik?" tanya Charlie lagi.
"Bagaimana kau mendapatkan video itu?" tanya Nicole dengan suara gemetar.
Sebelumnya Nicole tidak pernah tahu bahwa video seperti itu ada. Ia bahkan tidak tahu bahwa kecelakaan yang dialami Stefan...
"Sepertinya ibumu sangat berhati-hati," kata Charlie pelan. "Mungkin tujuan awalnya adalah agar kau tidak terlibat jika semua ini terbongkar,"
Nicole menghela napas panjang. "Ibuku bukan pembunuh!"
"Benarkah? Lalu bagaimana dengan kematian Paman Ronald?" tanya Charlie tenang.
Nicole tersentak sementara ia mengingat malam kelam itu dan ia langsung menggeleng.
"Tidak terjadi apapun malam itu!" kata Nicole keras. "Itu hanya kecelakaan... ibuku... dia... dia tidak berniat.."
"Jelas-jelas dia hanya berdiam diri sambil memandangi Paman Ronald meninggal,"
"Ibuku hanya terlalu shock!" teriak Nicole. "Dia bukan pembunuh!"
Charlie memghela napas panjang. "Ibumu akan mendapatkan keringanan jika ia mau menyerahkan diri. Tapi semuanya kembali padamu. Aku tak akan memaksa,"
Setelah itu Charlie pergi dan meninggalkan Nicole seorang diri.
Nicole segera memeluk lututnya dengan gemetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm [Not] A Cinderella
RomanceEmpat tahun lalu, Jessica Lauren bersumpah ia akan melupakan semuanya dan memulai hidup baru di Berlin. Tapi kemudian ia mendapat kabar tentang kematian ayahnya dan harus kembali ke Jakarta untuk mengambil alih posisi ayahnya. Kembali ke kota yang m...