TUJUH BELAS

4.2K 251 0
                                    

TANGGAL 24 Desember 2014 menjadi hari perayaan bagi staf dan artis-artis dari GLEnt. karena pesta penyambutan untuk Presiden Direktur mereka membuat mereka mendapat tambahan libur satu hari sebelum natal.

Kolega bisnis juga diundang dan bahkan artis-artis dari agensi lain datang dan ikut memberi hiburan secara cuma-cuma.

Jessica memakai gaun yang dibuat oleh Rachel dan mendesah dalam hati karena ia tidak berhasil membuat gaun itu menjadi lebih... lebih dirinya. Atau setidaknya itu yang dipikirkan oleh Jessica.

Bukannya gaun itu tidak cantik. Sebaliknya, gaun itu sangat cantik. Terlalu cantik, malah.

Gaun berwarna putih gading selutut yang melebar di bagian bawah dan sedikit banyak memamerkan punggungnya.

Rachel menyanggul rambut Jessica dan memoleskan make-up tipis karena Jessica jelas-jelas akan membunuhnya kalau ia berani bertindak terlalu jauh.

"Yah, tidak buruk," kata Rachel memutuskan meskipun ia jelas sekali terlihat berusaha menyembunyikan seringaian.

"Kau jadi kehabisan waktu," gumam Jessica. "Kau tak akan punya cukup waktu untuk tampil memesona."

Rachel tertawa. "Aku sudah terlalu sering tampak memesona, Jess. But tonight is yours. So have fun, girl."

Jessica memutar bola matanya. "Erwarten Sie nicht viel, Mädchen,"

"You're not in Berlin anymore, sweetheart. So just stop it, would you?"

Jessica tertawa. "Bagaimana jika aku tidak mau?"

Rachel mengerucutkan bibirnya seakan merajuk. "Jadi... apa artinya itu tadi?"

Tawa Jessica semakin keras saat mendengar pertanyaan Rachel.

"Jangan panggil aku lagi jika kau butuh bantuan, oke?"

"Woah," kata Jessica cepat sambil menghalangi jalan Rachel. "Kau marah? Ayolah, itu hanya lelucon."

"Aku benci tiap kali kita bicara tentang apa yang aku tak tahu," kata Rachel merajuk. "Apa artinya itu tadi?"

Jessica hampir saja kembali meledak tertawa sebelum akhirnya ia mendapat pandangan tajam dari Rachel.

"Jangan terlalu berharap, girl." jelas Jessica. "Oh, ngomong-ngomong, bagaimana kau pergi ke sana?"

"Jangan khawatirkan aku, Jess. Charlie sudah menawarkan tumpangannya." kata Rachel sebelum menyerahkan heels untuk dipakai Jessica. "Pakai ini dan kau sempurna."

Jessica tersenyum. "Trims, Rach. Aku berhutang banyak padamu."

"Aku tahu," kata Rachel tenang. "Pergi dan nikmati malammu, Jess!"

Jessica segera berjalan keluar dari apartemen Rachel dan Paman Hery sudah menunggu di depan pintu.

"Anda tampak memesona, Nona." puji Paman Hery.

"Terima kasih, Paman." kata Jessica sambil tersenyum. "Apakah aku terlambat?"

"Tak akan ada yang berani protes, Nona." kata Paman Hery saat mereka masuk ke dalam lift.

"Hanya karena mereka takut Anda melaporkannya kepada polisi," kata Jessica sambil tertawa. "Atau mungkin agar Anda tidak memerintahkan orang untuk menghajar mereka."

Jessica tidak yakin karena Paman Hery berdiri sedikit di depannya, tapi Jessica merasa Paman Hery sedang tersenyum.

"Mereka akan bertindak malam ini, Nona," lapor Paman Hery.

Senyum Jessica langsung menghilang.

"Benarkah?" tanyanya pelan tepat saat pintu lift terbuka.

Paman Hery keluar lebih dulu sebelum menghadap Jessica dan membungkuk. "Anda tidak perlu memikirkan itu, Nona. Kami yang akan mengurusnya."

I'm [Not] A CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang