YMO - Part 7

26.3K 911 50
                                    

Malam minggu nyaris tengah malam huaa, maafkan yang tiba-tiba update.

ngomong-ngomong ini kalimatnya di part ini hancur banget, karena tercampur dengan kalimat tugas tugasku #mungkin hahaha. sekali lagi maafkan.

setelah ini update bakalan lama, tugasnya gilee dosennya lagi doyan kertas a4 ternyataa, makalah semua...

oh ya bagaimana dengan cover terbaru? dan sinopsis terbaru?

aku bakalan revisi yang menggunakan POV Baya menjadi POV ketiga, tapi nanti kalau sudah tamat wkwk

selamat menikmati cerita ini yaa..

--

Axel masih saja diam berdiri tanpa mengubah tempatnya, apalagi tubuhnya yang dipeluk oleh Valia dengan erat semakin membuatnya tidak bisa bergerak. Axel sadar jika Valia yang sedang memeluknya itu tidak memakai sehelai apapun dibalik selimut yang melilit tubuhnya itu.

Axel menolehkan pandangan matanya kearah Baya yang sedari tadi memegang kepalanya dengan raut yang begitu frustasi dan juga dia sempat menggeleng kuat kepalanya kearah Axel dengan isyarat bahwa dia tidak melakukan hal apapun dan Axel harus mempercayainya. Tiba-tiba saja air mata milik Axel keluar tanpa sebab, ada rasa sakit dalam jiwa nya melihat kejadian ini. walaupun ia tidak melihatnya langsung, tapi Axel paham dengan keadaan Valia yang hanya melilitkan tubuhnya dengan selimut dan juga Baya yang hanya menggunakan celana boxernya.

Apa yang diinginkan Abbaya sebenarnya? Disaat Axel mantap untuk mau menuruti keinginan kakaknya untuk menikah, tapi apa yang ia lihat baru saja membuatnya ragu dan juga takut.

"K-kak, kak Valia sebaiknya pakai baju ya." Axel mencoba menenangkan Valia yang bergetar hebat didalam pelukannya. Sesekali Axel mengusap pelan punggungnya.

Valia menggeleng kuat dalam pelukan, "Pa-pakaianku robek." Dia berucap dengan suara yang lirih. Axel menorehkan pandangannya pada pakaian yang tergeletak berantakan di lantai.

"Ka-kak gunakan pakaian ku yang kupakai sekarang. A-aku gunakan kemeja kak Baya." Axel mencoba memberi solusi, karena kebetulan dibalik dress biru nya ia menggunakan celana kain yang ketat yang menutupi hingga paha bawah.

Valia mengangguk pelan sebagai jawaban. Axel berjalan sedikit susah karena Valia yang tidak ingin lepas dari pelukannya, dia mencoba mengambil kemeja kakaknya yang tergeletak di lantai. Tapi tangannya hanya berhenti di udara saat mendapat pikiran yang kotor bahwa pakaian itu baru saja digunakan untuk hal yang menjijikan. Akhirnya Axel berjalan ke lemari dan mengambil sebuah kemeja putih.

Axel dan Valia baru saja mengganti pakaiannya, untung saja ukuran bajunya dengan Valia nyaris sama jadi tak perlu repot merasa terlalu kecil ukurannya. Axel melihat Baya yang duduk di pinggir ranjang dengan kedua tangannya menopang kepalanya seperti orang yang frustasi.

"Kakak sebaiknya pulang bersama supirku dibawah, aku ingin bicara dengan kak Baya." Axel berkata pelan pada Valia yang sudah lebih baik keadaannya. Valia mengangguk, dia memungut tas nya dan juga pakaiannya yang sudah tidak bisa digunakan itu.

Dia berjalan pelan sendiri tanpa Axel mendampinginya, Axel hanya diam menatap Valia sesat yang berjalan ke pintu utama apartemen, lalu ia memandang punggung kakaknya. Gerak pernapasan yang dilakukan Baya terlihat sekali dia sedang tidak kenapa-kenapa.

Valia menyeringai saat ia menutup pelan pintu apartemen Baya dari luar.

"Percaya padaku, aku tidak melakukannya." Baya berucap lirih dengan nada bergetar saat Valia telah keluar dari apartemen. Axel tersentak dengan suara milik kakaknya, Apa kakak menangis? Batinnya menyeruak.

You're My ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang