YMO - Part 25

10.4K 366 40
                                    

Hampir dua bulan berlalu setelah pertemuan tidak terduga tersebut, Axella benar-benar merasa lega setalah yang awalnya memang ia kira akan baik-baik saja ternyata dari ucapan Adrian tersirat bahwa akan melukai dirinya terutama pada Baya.

Untung saja saat Adrian mengatakan itu Salman tidak sengaja mendengarnya dan langsung menegur Adrian untuk tidak melakukan apa yang dia katakan.

Pemuda itu sempat menolak dan tetap ingin melakukannya demi memperjuangkan cintanya. Akan tetapi perkataan Salman membuat Adrian terdiam dan akhirnya mengalah.

Dari situlah Adrian mengatakan menyerah dan ikhlas atas takdir yang ia dapatkan karena tidak bisa menjadi pendamping hidup Axella.

Axella sadar kebesaran cinta yang dimiliki Adrian, saat itu juga setelah mantan kekasihnya mengatakan menyerah dan ikhlas langsung saja dia memeluknya dengan erat dan terakhir kali Axella mengatakan pada Adrian bahwa dia juga mencintainya.

Ya sampai sekarang mencintainya akan tetapi sebagai adik sepupu iparnya yang akan menjadi Om untuk anak nya nanti.

Axella menoleh saat pintu kamar rumah sakit yang sudah ia huni dari dua hari yang lalu terbuka. Bibirnya menyunggingkan senyuman dengan lebar saat yang masuk adalah suaminya, Baya.

"Hai sayang," Sapa Baya dengan senyuman.

Axella hanya membalas dengan senyuman lebarnya.

"Masuklah kak. Aku benar-benar bosan disini" Rajuknya.

Baya menghampiri Axella lalu mengusap lembut rambutnya, "Sabar ya, kata Rodi anak kita akan lahir dalam waktu Minggu ini. Rodi menyarankan kamu tetap berada di rumah sakit karena khawatir dengan kondisi kamu yang masih muda tapi sudah hamil seperti ini. Bahkan jadwal lahiran kamu lebih awal dari jadwal normal biasanya." Jelas Baya memberi pengertian.

Sebenarnya Baya sangat khawatir tentang keadaan Axella saat ini karena anaknya harus lahir secara prematur. Dia benar-benar merutuk kesal pada sahabatnya yang sama sekali tidak ingin memberi tahu bagaimana dan kenapa anaknya harus lahir prematur. Sisi lain saat Rodi mengatakan bahwa bayinya baik-baik saja dia percaya begitu saja dan berusaha meyakinkan Axella dengan cara yang sama.

Axella menatap perutnya yang sudah seperti bola besar, bahkan ukurannya membuat dia tidak bisa melihat kakinya yang berada di ujung ranjang. Di usap lembut perutnya dan berkata, "Segera keluar sayang, Mama dan papa sudah tidak sabar menanti kamu."

Baya yang melihat tingkah Axella pun akhirnya ikutan dengan salah satu tangannya menaruh diatas tangan Axella yang masih mengusap perutnya.

Pria itu tersenyum menatap saat sang istri juga menatapnya dengan terkejut. Baya mencium lembut perut Axella, "Aku mencintai kalian, kalian harta yang paling berharga untukku."

Axella tersenyum, "Kita juga menyayangimu, papa." Ujarnya membuat seketika Baya tersenyum lebar.

*

"Bagaimana selanjutnya?" Tanya Baya gusar pada sahabatnya semasa kuliah dulu.

Rodi tersenyum, "anak kalian betah di perut ibunya." Ucapnya sangat pelan seperti sedang bicara pada diri sendiri.

"Rod,"

"Huh?" Tatapan yang semula melihat wanita dengan perut buncitnya sedang tertidur pulas, kali ini mengalihkan pada seseorang yang berdiri tepat disebelahnya.

"Bagaimana selanjutnya untuk Axella, serius gue khawatir banget sama dia dan anak gue." Ujar Baya lesu.

Rodi tersenyum, memaklumi kekhawatiran yang tercetak jelas di wajah sahabatnya ini. Alasan dia tidak ingin mengatakan jenis kelamin atau apapun tentang bayi sahabat kecuali kesehatan karena ingin memberi kejutan untuk sepasang sejoli ini sebagai hadiah pernikahan yang tidak pernah dia berikan pada mereka.

You're My ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang