YMO - Part 12

18.6K 631 32
                                    

Sabtu kan ya? yuk yang kangen Baya sama Axella, udah dua minggu nggak muncul..

ya maafkan aku, kemarin sakit nggak sembuh-sembuh terus gue bikin heboh di apotek. gue pingsan disana astaga malunyee -___- 

yuk, ini seriusan acak kadut. jadi saya minta maaf kalau sedikit nggak jelas hehehe

--

Baya tersentak atas bentakan dari sang ayah, sedangkan yang lain langsung terdiam. Sebenarnya ini ada apa, kenapa semua orang terlihat sangat tegang. Baya yang melihat situasi itu, semakin dibuat bingung oleh mereka.

Baya melirik sekilas kearah Salman yang menunduk. Walaupun menunduk, Baya sangat tahu sekali dengan pria yang umurnya nyaris setengah abad itu matanya berkaca-kaca menahan air mata.

"Om, kenapa Om?" Tanya Baya lirih, tidak peduli dengan bentakan sang ayah sebelumnya.

Salman menggeleng pelan, bagaimana pun dia tidak berani melawan kakaknya. Cukup sebuah masa lalu membuatnya kehilangan seseorang yang ia sayang dan nyaris menjadi orang gila di pinggir jalan. Ayahnya saja hampir membunuhnya kalau pada saat itu jika tidak ada Fahmi, sang kakak.

Salman tidak mau itu terjadi. Tidak ingin kehilangan keluarganya lagi karena kesalahan yang sama.

Baya pun menghela napasnya kuat, ia menatap Fahmi dengan pandangan memohon, "Biarkan pa. Jangan membuatku semakin sakit karena penasaran."

"Tapi, nak-"

"Papa, please!."

Fahmi tidak menjawab, melainkan dia membalikkan tubuhnya dan memutuskan untuk keluar dari ruangan. Dia tidak sanggup melihat keterkejutan anaknya jika mengetahui yang sebenarnya.

"Ada apa Om?" Tanya Baya sekali lagi.

"Maafkan om, Bay." Baya begitu kaget melihat Salman yang tiba-tiba mengambil tangannya dan diarahkan ke wajah Om nya.

"Om, Om ada apa? Kenapa seperti ini?" Dia mencoba menarik tangannya. Firasat Baya tiba-tiba tidak enak. Kepalanya tiba-tiba pening.

Ada apa ini?

"Baya, kamu kenapa nak?" Indri khawatir melihat Baya yang tiba-tiba wajahnya meringis.

Baya melirik sekilas ke ibu nya, "Tidak apa, ma."

Tapi tetap saja tidak mengurangkan rasa khawatir Indri terhadap anaknya.

Salman sama halnya dengan Indri, melihat wajah Baya semakin pucat mengurungkan niatnya untuk mengatakan apa yang akan ia katakan.

"Om?"

"Tidak ada Baya. Tidak Ada." Ujarnya di bumbuhi dengan senyuman yang terpaksa. Demi kebaikan Baya.

"Saya mohon. Jika om tidak mengatakannya, membuat saya semakin sakit karena terus memikirkan itu om. Tolong jelaskan pada saya."

Salman memandang Baya dengan sedih. Antara ragu dan tidak, karena wajahnya semakin pucat dan Salman tahu bahwa Baya sedang menahan sakit.

"Kamu sakit, Baya. Pulihkan keadaanmu terlebih dahulu ya."

"Om?"

Salman pun menghela pasrah, "Val-valia, dia hamil, Bay."

Deg

Berasa seperti sambaran petir tepat mengenai kepalanya. Baya yang mendengar itu langsung merasakan sakit luar biasa di kepala. Ia menarik rambutnya untuk mencoba menghilangkan rasa sakitnya.

You're My ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang