Choi Seungcheol: Double Sial!

1.5K 215 15
                                    

Love looks not with the eyes,
but with the mind.
And therefore is winged Cupid painted blind.

-William Shakespeare-

----------------------------------------
Sial.

Bagaimana mungkin aku bisa lupa kalau telah membuat janji dengan Yoon Jeonghan?

Kemarin seusai kelas melukis, aku telah membuat janji dengannya untuk bertemu di taman di dekat asrama jam sepuluh pagi. Rencananya kami akan mengerjakan tugas kelompok dengan pergi ke gedung pameran Iris dan menulis laporan apresiasi yang harus dikumpulkan besok lusa.

Dan sekarang sudah jam satu siang.

Apa Yoon Jeonghan masih menungguku di taman? Apa mungkin dia masih menungguku setelah tiga jam aku tidak kunjung juga datang?

Ini semua gara-gara pesawat yang dinaiki Doyoon harus delay. Harusnya pesawat tersebut dijadwalkan berangkat jam sembilan pagi. Tapi karena ada masalah teknis, keberangkatannya diundur dan baru saja bisa lepas landas.

Karena itulah saat ini aku masih berada di Bandara Internasional Incheon, tepatnya di terminal keberangkatan internasional, untuk mengantar kepergian Doyoon dan orang tuanya ke Amerika. Setidaknya akan membutuhkan waktu sekitar empat puluh lima menit menggunakan bus untuk bisa sampai ke halte yang ada di dekat asrama. Setelah itu aku masih harus berjalan sekitar lima belas menit ke taman tersebut. Jadi jika ditotal, aku masih membutuhkan waktu sekitar satu jam lebih untuk sampai di tempat aku dan Yoon Jeonghan sepakat bertemu.

Dan itu berarti total keterlambatanku akan menjadi empat jam lebih. Apa mungkin Yoon Jeonghan masih akan menungguku?

Yoon Jeonghan masih menungguku atau tidak, itu urusan nanti. Yang penting sekarang aku tidak boleh membuang-buang waktu lagi. Segera dengan berlari, aku meninggalkan terminal keberangkatan menuju halte bus yang ada di lantai satu.

Double sial. Ternyata sedang hujan deras sekali.

Apa Yoon Jeonghan akan benar-benar masih menungguku di saat hujan seperti ini?

***

Aku menghela napas berat, duduk dengan gelisah di kursi belakang bus.

Jika dipikir-pikir lagi, seminggu lebih ini yang aku lakukan hanyalah memperhatikan gerak-gerik Yoon Jeonghan. Entah kenapa aku begitu tertarik dengan setiap apapun yang dilakukannya.

Jadilah sekarang aku seorang stalker Yoon Jeonghan. Aku tahu semua jadwal kuliah yang dia ikuti. Aku tahu dengan siapa saja dia berteman. Aku tahu bahwa dia akan sedikit kikuk jika menerima pujian atau kebaikan orang lain. Aku tahu dia berusaha dengan keras untuk berbaur. Aku bahkan bisa dengan mudah tahu jika ada sedikit saja yang berbeda atau berubah darinya.

Ini semua karena aku tidak bisa menghilagkan rasa penasaranku terhadapnya. Dulu ketika aku masih mengira bahwa dia adalah seorang 'gadis', aku begitu penasaran ingin tahu siapa sebenarnya dia. Dan ternyata rasa penasaranku tetap saja sama besarnya meskipun setelah menemukan fakta bahwa dia adalah laki-laki. Bukan 'siapa sebenarnya dia' lagi yang menjadi pertanyaanku, tetapi 'bagaimana sebenarnya dia' yang saat ini terus memenuhi kepalaku.

Hanya saja dalam rasa ketertarikanku padanya, aku masih harus melakukan apa yang telah kuucapkan pada sahabatku. Aku harus terlihat tidak menyukainya.

Susah sekali memerankan peran ganda. Di satu sisi aku harus bersikap tak acuh pada Yoon Jeonghan dan memperlakukannya dengan sinis,  dan di sisi lainnya aku sangat ingin tahu semua tentang dirinya.

Aku telah mengerahkan seluruh kemampuanku untuk bersikap seolah-olah mengabaikannya, sebisa mungkin menunjukkan sikap bermusuhan supaya Yoon Jeonghan mengerti bahwa aku tidak terlalu menyukai kehadirannya. Dan sepertinya Yoon Jeonghan mulai menyadari hal itu. Dia lebih memilih untuk mencari tempat duduk lain, bersama Lee Jihoon, daripada harus semeja denganku ketika makan malam beberapa hari yang lalu.

Bunga Iris dan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang