Tell me where our time went
And if it was time well spent
Just don't let me fall asleep
Feeling empty again(Pressure, Paramore)
--------------------------------------
Lagi-lagi ponselku bergetar karena panggilan masuk dari Jisoo.
Dan lagi-lagi aku mengabaikannya, tidak mengangkat panggilan darinya sejak beberapa hari yang lalu.
Maafkan aku Jisoo. Menurutku sekarang belum saatnya aku berbicara denganmu. Aku masih harus memikirkan dulu apa yang harus kulakukan terhadapmu, sehingga ketika aku menemuimu lagi aku bisa memberimu sikap yang pasti. Aku tidak mau menggantungmu ataupun memberikan harapan palsu padamu dengan kebaikanku.
Setidaknya itulah yang dikatakan Seungcheol beberapa hari yang lalu ketika aku bercerita mengenai masalahku dan Jisoo padanya. Seungcheol membebaskanku untuk memilih apa yang akan aku lakukan selanjutnya. Tetapi dia juga mengatakan bahwa akan lebih baik jika aku tidak bersikap seolah memberi Jisoo harapan yang tidak bisa aku penuhi. Aku harus tegas untuk kebaikan Jisoo, dan juga untuk kebaikanku sendiri.
Masalahnya adalah sekarang apa yang harus aku lakukan?
Yang aku mau adalah Jisoo kembali beraktivitas dan memulai rutinitasnya seperti dulu. Belajar, tinggal di asrama lagi, dan bermain bersama teman-temannya, yang kuharap dengan Jisoo menghabiskan waktu bersama mereka, luka karena ditinggal kakak perempuannya perlahan akan memudar.
Aku ingin memberikan dukungan dan penghiburanku kepada Jisoo supaya dia bisa menjalani hidupnya lagi dengan ceria dan keluar dari penjara yang dibuatnya sendiri. Hanya saja aku tidak ingin melakukan hal itu dengan bayang-bayang kakak Jisoo yang ada padaku. Aku ingin melakukan peran itu sebagai Yoon Jeonghan. Yoon Jeonghan yang adalah teman satu asrama dengannya, teman satu klubnya, teman baiknya, dan bukan pengganti kakaknya ataupun pengganti siapapun.
Apa yang harus aku lakukan untuk Jisoo?
"Kenapa kau terlihat lesu?"
Tanpa mendongakkan kepalaku, aku tahu siapa pemilik suara itu.
Kwon Soonyoung, yang setelah bertanya kemudian ikut duduk di lantai di sampingku, di pojok ruang kelas koreografi dengan posisi bersandar ke dinding.
"Tidak ada apa-apa," jawabku sambil tersenyum lemah padanya.
Mungkin karena melihat wajah suramku, Soonyoung tidak mengatakan apapun dan hanya menepuk pundakku pelan seperti sedang menguatkanku. Setelah itu, kami sama-sama terdiam, larut dengan pikrian masing-masing.
Kebisuan terus terjadi di antara aku dan Soonyoung, sementara satu persatu peserta kelas koreografi mulai meninggalkan ruangan sampai hanya menyisakan beberapa orang yang masih mengobrol, termasuk Wen Junhui dan Xu Minghao yang saat ini berada di seberang sisi lain ruangan. Kalau saja bisa aku ingin sekali membuat waktu berhenti sejenak sehingga aku dapat beristirahat sebentar dari segala macam pikiran yang membebaniku saat ini.
Aku menyandarkan belakang kepalaku ke dinding dan memejamkan mata, mencoba menghilangkan bayangan sedih Jisoo di dalam benakku.
"Jeonghan?" kudengar Soonyoung menggumamkan namaku.
"Ya?"
"Terima kasih."
Meskipun tahu apa maksudnya, aku pura-pura tidak mengerti. "Untuk apa?"
"Untuk bantuanmu terhadap hubunganku dan Jihoon," ujar Soonyoung dengan suaranya yang pelan hampir seperti bisikan. "Jika kau tidak melakukan apa yang kau lakukan dua hari yang lalu di kafetaria, mungkin sekarang aku dan Jihoon masih akan saling diam... atau lebih tepatnya dia masih akan menghindariku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga Iris dan Takdir
FanfictionIris Art University adalah salah satu universitas seni ternama di Seoul, Korea Selatan. Salah satu tempat yang dituju bagi mereka yang merasa mempunyai bakat bermusik, akting, tari, lukis, dan juga kesenian lainnya. Tidak pernah ada batasan umur unt...