Orang Luar?

1K 188 36
                                    

Oh, I don't wanna share you with nothing else
I gotta have you to myself
(Oh) I can't help it
I'm so in love
I just can't get you close enough, no

(I'm Jealous, Shania Twain)

--------------------------------------

Dua orang pelayan wanita sedang sibuk menghidangkan semua makanan di atas meja. Semangkuk nasi untuk masing-masing kami berempat, semangkuk sundubu jjigae panas (sup yang berisi tahu lunak) yang juga untuk masing-masing kami berempat, galbi sapi (daging iga panggang) sebagai menu utama, dan tentu saja bermacam-macam banchan seperti kimchi, oi sobagi, sukjunamul, kkadugi, dan masih ada sekitar lima jenis banchan lainnya. Selain itu juga ada segelas air putih dan oksusu cha (teh jagung) sebagai minumannya.

Tadi ketika aku, Seungcheol, dan Jihoon masih berada di toko buku, Jang Doyoon tiba-tiba saja menghubungi Seungcheol lewat ponselnya, memberitahukan bahwa dia baru bisa bertemu dengan kami sekitar pukul tujuh nanti. Jadilah kami bertiga memutuskan pergi ke toko roti terlebih dulu untuk mengganjal perut yang memang tidak terisi sejak siang hari, sebelum kemudian menghabiskan waktu di game center sampai pukul tujuh malam. Lebih tepatnya aku dan Jihoon menunggu di salah satu tempat istirahat yang ada di game center sementara Seungcheol menghilang entah ke mana karena terlalu asyik bermain.

Dan saat ini, pukul setengah delapan malam. Kami bertiga ditambah dengan Jang Doyoon sudah berada di salah satu ruang tatami sebuah restoran tradisional. Masing-masing dari kami sedang duduk bersila di atas bantal duduk, menghadap meja pendek yang berisi penuh dengan makanan di mana di tengah-tengahnya terdapat sebuah alat pemanggang berbentuk lingkaran. Jihoon duduk di sampingku, Seungcheol duduk di depanku, dan Jang Doyoon duduk di samping Seungcheol.

Sepertinya malam ini kami akan makan makanan yang mewah.

Pesta barbecue.

"Ayo, makanlah!" Dengan ramah Jang Doyoon mempersilahkan tepat ketika pelayan keluar dari ruangan meninggalkan kami. "Jangan sungkan. Kali ini aku yang traktir kalian."

Tetap merasa canggung, aku dan Jihoon hanya bisa bergeming. Kami tidak tahu harus melakukan apa selain memberikan senyuman yang sedikit kaku sebagai balasan. Sementara itu Seungcheol dengan santainya mengambil penjepit daging dan mulai memindahkan lembaran-lembaran daging juga potongan-potongan bawang putih dari wadahnya ke atas alat pemanggang.

"Selamat makan!" kembali Jang Doyoon berseru sebelum mengambil sendoknya untuk mencoba sundubu jjigae yang terletak di samping kanan mangkuk nasinya. "Benar-benar enak. Jeonghan, Jihoon, makanlah!"

"Oke," kali ini Jihoon menyahut pelan dengan tangannya yang mengambil sumpit perak di depannya. "Selamat makan!"

Mengikuti apa yang dilakukan Jihoon, aku juga mengambil sumpit perakku. "Selamat makan!"

"Jeonghan, kau yang memanggang dagingnya!" perintah Seungcheol tepat ketika aku ingin mengambil sukjunamul menggunakan sumpitku.

Aku mengernyit menatap penjepit daging yang Seungcheol sodorkan di depanku. "Hah?"

Seungcheol memutar bola matanya dengan tidak sabar. "Pangganglah dagingnya!"

Sialan!

Apa Seungcheol baru saja menggunakan nada suaranya yang bossy itu padaku?

Yang mentraktirku makan sekarang memang adalah sahabat baiknya, tetapi itu bukan berarti dia berhak memerintahku seenaknya untuk memanggang daging.

Sebenarnya aku tidak masalah sama sekali dengan memanggang daging. Tetapi aku benar-benar tidak menyukai nada suara yang digunakan Seungcheol padaku.

Bunga Iris dan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang