Berbicara?

1.3K 218 53
                                    

Let's talk about love
Let's talk about peace
And livin' in perfect harmony
Let's talk about hugs
And talk about ways we can share

(Let's Talk About Love, David Archuleta)

--------------------------------------

Tadi, setelah bergegas menghampiriku di depan pintu pagar rumah Jisoo untuk memayungiku yang sedang berdiri terpaku di tengah hujan, tanpa membalas permintaan maafku, Seungcheol melepas jaketnya dan memberikannya padaku. Mungkin Seungcheol kasihan melihat tubuhku yang sedikit menggigil kedinginan.

Aku cukup tahu diri. Melihat bibir Seungcheol yang membiru, dia pasti juga sedang kedinginan, menungguku di luar untuk waktu yang juga tidak aku ketahui berapa lamanya. Karena itu aku menolak pemberian jaketnya dan memaksanya untuk tetap memakainya.

Tidak ingin meributkan hal-hal yang sepele denganku, Seungcheol akhirnya mengalah dan tetap memakai jaketnya. Bagaimanapun aku adalah laki-laki. Aku tidak selemah itu hingga harus dijaganya terus-terusan. Terkena air hujan sebentar saja tidak akan membuatku sakit dengan begitu mudahnya.

Syukurlah tidak membutuhkan waktu yang lama bagi kami untuk mendapatkan taksi.

Dan sekarang di sinilah aku berada, di kamar mandi yang ada di kamar asrama, selesai membasuh diriku dengan air hangat dan mulai mengganti bajuku dengan kaus panjang berbahan tebal warna putih dan celana training panjang warna hitam.

Rasanya benar-benar nyaman sekali mandi dengan air hangat setelah tadi tubuhku basah karena air hujan.

Dengan handuk yang tersampir di leherku, akupun keluar dari kamar mandi dan mendapati Seungcheol sedang duduk di atas tempat tidurnya, menunggu gilirannya untuk mandi.

"Aku sudah selesai. Kau mandilah!" kataku, beranjak duduk di atas tempat tidurku sendiri dan mulai mengeringkan rambutku dengan menggosok-gosoknya menggunakan handuk.

"Ada cokelat panas di atas meja belajarmu," sahut Seungcheol sambil berdiri, kemudian menunjuk letak gelas cokelat panas yang dia maksud dengan dagunya. "Tadi aku meminta bibi penjaga kafetaria untuk membuatkannya. Minumlah untuk menghangatkan tubuhmu!"

"Terima kasih."

Setelah menggumamkan suara 'hmm' untuk membalas ucapan terima kasihku, Seungcheol menghilang di balik pintu kamar mandi. Dan beberapa saat kemudian aku mendengar bunyi gemercik air shower.

Hah!

Hari ini benar-banar di luar dugaanku. Semuanya kacau dan hal itu masih membuatku kesal. Rencana kencanku dan Seungcheol menjadi berantakan karena sikap kenak-kanakan Jisoo. Harus kuakui aku masih sedikit marah atas tindakan Jisoo, meskipun aku berusaha untuk mengerti alasan dan motif dia melakukannya.

Sekarang apa yang harus aku lakukan?

Bagaimana selanjutnya aku harus bersikap pada Jisoo?

Tidak mungkin aku membiarkan Jisoo terus-menerus menganggap bahwa sosok kakaknya ada padaku dan kehadiran kakaknya ada dalam kehadiranku. Kalau aku tidak segera menghentikannya, aku takut Jisoo akan mulai ketergantungan terhadapku. Dan jika hal itu terjadi, semuanya akan menjadi serba rumit. Tidak hanya bagi kami, tapi juga bagi orang-orang di sekitar kami.

Jisoo harus tahu bahwa aku bukan kakaknya dan tidak akan pernah bisa menjadi kakaknya. Demi Tuhan, aku adalah laki-laki. Dari sisi mana dia bisa menyamakanku dengan sosok mendiang kakak perempuannya itu?

Apakah aku harus mulai menjauhi Jisoo sampai pemikirannya yang menyamakan aku dengan kakaknya terhapuskan?

Tapi sampai kapan aku harus menghindarinya?

Bunga Iris dan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang