Jatuh Cinta?

1.6K 231 25
                                    

I think I'm in love again
(I'm in love, I'm in love, I'm in love)
My hearts' pacin', I'm confused, I'm dazin'
I saw something I never seen in you, it's got me shakin'
I must be hallucinatin'

(I Think I'm In Love, Kat Dahlia)

----------------------------------------

Setelah Mrs. Jung meninggalkan kelas, aku segera menoleh ke arah Seungcheol, yang duduk di samping kiriku, dengan mata yang sengaja kusipitkan untuk menimbulkan kesan sengit dan sedang marah.

Seperti biasa di kelas melukis ini aku dan Seungcheol selalu menempati kursi paling belakang, dengan Kim Mingyu dan Jeon Wonwoo menempati kursi di depan kami.

"Sebenarnya apa yang sedang kau lakukan Choi Seungcheol?" tanyaku dengan nada kesal.

Seungcheol mengernyitkan alisnya bingung. "Memangnya apa yang sedang aku lakukan, Jeonghan?"

Aku mendengus tidak sabar. Aku tahu Seungcheol hanya berpura-pura tidak tahu maksud dari ucapanku. "Kenapa kau terus saja memainkan rambutku sepanjang kelas melukis?"

Bukannya merasa bersalah mendapatkan tatapan sengit dan pertanyaan kesalku, Seungcheol malah memberikan cengirannya kepadaku. Bahkan dia tidak merubah posisinya sekarang. Lengan tangannya tetap dia sandarkan di atas sandaran kursiku dan jari-jarinya masih terus memainkan rambut belakangku.

Mungkin jika dilihat dari depan apa yang dilakukan Seungcheol tidak akan dilihat oleh yang lain karena tangannya yang tertutup oleh punggungku, dan tempat duduk kami yang berada paling belakang. Tetapi tetap saja, apa yang dilakukannya membuatku tidak dapat berkonsentrasi menyimak apa yang tadi dijelaskan oleh Mrs. Jung. Tentu saja aku akan sedikit merasa aneh jika ada seseorang yang memainkan rambutku terus-terusan seperti itu.

"Kau tahu Jeonghan, perjanjian kita," sahut Seungcheol sambil tetap melilitkan jari-jarinya di antara rambut bagian belakangku. "Aku dapat memegang rambutmu kapan pun aku mau."

Aku menepis tangan Seungcheol dan membuatnya menyingkirkan lengannya dari sandaran kursiku. "Tapi tidak di tengah kelas seperti tadi. Kau benar-benar mengganggu konsentrasiku!"

"Seharusnya kau mengatakan itu sebelum kita sepakat tadi malam. Kau tahu, kau harus memperhatikan detail dan mempertimbangkan semuanya masak-masak sebelum menyetujui suatu perjanjian."

Seungcheol tersenyum kepadaku, tapi aku merasa kali ini senyum Seungcheol benar-benar terlihat licik.

Menyebalkan. Di luar dugaan awalku akan kesepakatan kami yang menurutku tidak terlalu merepotkan, sikap menjengkelkan Seungcheol benar-benar membuatku frustasi.

"Seungcheol, apa yang kau lakukan sampai membuat Jeonghan mengerutkan wajahnya kepadamu seperti itu?"

Aku menoleh, dan mendapati Kim Mingyu dan Jeon Wonwoo yang duduk di depan kami, telah memposisikan diri menghadapkan badannya sepenuhnya ke arahku dan Seungcheol.

"Bukan urusanmu," jawab Seungcheol singkat.

Mingyu menunjukkan wajah sebalnya atas jawaban Seungcheol. "Tentu saja itu urusanku. Aku tidak ingin ada satu orangpun yang bersikap buruk terhadap Jeonghan kami."

Jeonghan kami? Aku tertawa menanggapi perkataan Mingyu.

Sejak kapan aku menjadi milik bersama?

"Jeonghan kami, huh?" gumam Seungcheol sambil mendengus.

Aku mengernyit mendengar nada kesal dari Seungcheol. Kenapa juga Seungcheol harus terdengar begitu kesal dengan candaan Mingyu?

Bunga Iris dan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang