Every word I say is true
This I promise you
Ooh, I promise you.(This I Promise, N'Sync)
----------------------------------------
Sekitar satu bulan lebih berikutnya hubunganku dan Choi Seungcheol berjalan semakin membaik. Kami adalah teman dekat sekarang. Bahkan bisa dikatakan karena intensitas pertemuanku dan Seungcheol lebih sering daripada teman-teman yang lain, aku merasa lebih dekat dengannya dibandingkan yang lainnya.
Kecuali Lee Jihoon tentu saja. Sampai sekarang aku masih merasa bahwa aku dan Jihoon bisa saling memahami tanpa berbicara banyak hal. Aku dan dia seperti memiliki hubungan yang unik. Kami sama-sama baru belajar tentang hubungan pertemanan.
Sekarang aku dan Seungcheol lebih sering menghabiskan waktu dengan mengobrol. Meskipun topik obrolan kami masih seputar hal-hal yang umum, tetap saja apa yang Seungcheol tahu tentangku lebih banyak daripada yang teman-teman lain tahu. Kedekatanku dengan Seungcheol juga otomatis membuatku dekat dengan teman-teman dekatnya, seperti Kim Mingyu dan Jeon Wonwoo.
Jadilah lingkaran pertemananku lebih membesar lagi dengan adanya Kwon Soonyoung, Choi Seungcheol, Kim Mingyu, dan Jeon Wonwoo yang mulai sering bergabung denganku, Hong Jisoo, Lee Seokmin, Hansol Vernon Chwe, Lee Chan, dan Boo Seungkwan saat jam makan di kafetaria. Biasanya kami akan menggabungkan dua meja menjadi satu supaya cukup untuk kami tempati bersepuluh.
Selain itu aku juga berteman lumayan dekat dengan teman baik Kwon Soonyoung di kelas koreografi. Kebetulan kami adalah teman sekelas. Ada Xu Minghao, yang seingatku dulu pernah bertemu dengannya di lobi bersama Soonyoung ketika aku akan pergi mengikuti kelas melukis pertamaku, dan juga Wen Junhui. Mereka berdua sama-sama mahasiswa pertukaran dari Cina.
Baru pertama kali ini aku merasakan punya banyak teman yang mengelilingiku. Dan meurutku menyenangkan juga. Ternyata berteman dengan mereka tidak semenyeramkan dan sesulit seperti yang aku bayangkan ketika pertama kalo datang ke sini.
Dan untungnya keakrabanku yang terbilang tiba-tiba dengan Seungcheol tidak dianggap aneh oleh yang lainnya. Mereka menganggap wajar saja jika aku dan Seungcheol dekat, mengingat bahwa kami adalah teman sekamar.
"Kau tidak apa-apa tidak bergabung dengan teman-temanmu?"
Aku memutar bola mataku, dengan sengaja menunjukkan kejengahanku harus menjawab pertanyaan yang sama berulang-ulang. Aku hitung sudah empat kali ini laki-laki imut bermuka masam di depanku menanyakan hal itu.
"Jihoon, apa kau keberatan jika aku di sini bersamamu?" alih-alih menjawab pertanyaannya, aku malah balik bertanya padanya.
Saat ini aku dan Jihoon sedang berada di salah satu meja kafetaria yang letaknya di pojok ruangan, spot langgananku dan Jihoon jika makan bersama. Kami memutuskan untuk menghabiskan waktu lebih lama di sini meskipun makan malam kami sudah habis.
Jihoon hanya mengangkat pundaknya sebagai reaksi atas pertanyaanku.
Untuk beberapa lama kami hanya diam dan hanyut dalam pikiran masing-masing. Tidak bicara satu sama lain dalam waktu yang cukup lama adalah hal yang wajar terjadi jika aku dan Jihoon berdua seperti ini. Dan kami merasa nyaman-nyaman saja dengannya.
"Kenapa aku tidak melihat Choi Seungcheol bersama yang lainnya?" tanya Jihoon memecah keheningan di antara kami.
Entah kenapa akhir-akhir ini orang-orang akan mulai menanyakan keberadaan Seungcheol kepadaku. Apa aku terlihat seperti asisten Choi Seungcheol yang tahu segala schedule yang dia miliki? "Katanya Seungcheol ada urusan dengan pengurus asrama-asrama lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga Iris dan Takdir
Fiksi PenggemarIris Art University adalah salah satu universitas seni ternama di Seoul, Korea Selatan. Salah satu tempat yang dituju bagi mereka yang merasa mempunyai bakat bermusik, akting, tari, lukis, dan juga kesenian lainnya. Tidak pernah ada batasan umur unt...