Say what you wanna say
And let the words fall out
Honestly I wanna see you be brave(Brave, Sara Bareilles)
---------------------------------------
Jihoon masih terdiam, menatap ragu ke arah Seungcheol dan Soonyoung bergantian.
Apa Jihoon merasa kurang nyaman berbicara dengan adanya Seungcheol dan Soonyoung di sini?
Aku berdehem untuk mencairkan suasana yang sedikit canggung di ruangan ini. "Seungcheol, Soonyoung, apa kalian tidak ada sesuatu yang harus dikerjakan sementara aku berbicara dengan Jihoon?"
"Tidak ada," jawab Seungcheol cepat. "Aku kosong seharian ini."
"Aku juga," timpal Soonyoung.
Demi Tuhan! Apa mereka berdua tidak menangkap kode dariku yang meminta mereka untuk meninggalkanku dan Jihoon berbicara berdua? Apa mereka berdua tidak menyadari sikap canggung dan ragu-ragu Jihoon untuk berbicara karena kehadiaran mereka?
Aku bisa menangkap pandangan memelas yang diberikan Jihoon ketika mata kami bertemu. Tanpa suara Jihoon sedang meminta tolong padaku untuk berbicara pada mereka untuk meninggalkan kami berbicara berdua saja.
"Apa kalian berdua tidak ingin keluar sebentar dari kamar ini?" tanyaku lagi, berharap semoga mereka mengerti maksudku.
"Kenapa aku harus keluar dari kamar ini?" Soonyoung bertanya dengan nada bingung. "Ini kan kamarku."
Seungcheol hanya mengangkat pundaknya tanpa ada niatan sedikitpun untuk berpindah dari posisinya yang bersandar padaku dengan nyaman.
Sepertinya aku memang harus berbicara secara gamblang jika dengan cara halus mereka berdua tidak bisa menangkap maksudku .
"Apa kalian tidak keberatan meninggalkanku dan Jihoon berbicara berdua saja?"
Apa aku terdengar tidak sopan dan seolah-olah mengusir mereka dari kamar ini?
Untuk beberapa saat tidak terdengar tanggapan dari Seungcheol maupun Soonyoung. Mereka hanya saling menatap dalam diam.
Akhirnya Seungcheol mengangkat kepalanya dari pundakku dan duduk dengan tegak. "Aku keberatan."
Apa?
Apa maksudnya dia keberatan?
Aku mengernyit bingung. Tentu saja bukan tanggapan seperti itu yang aku harapkan untuk kudengar.
"Aku tidak ingin meninggalkan kamar ini karena aku juga ingin mendengar penjelasan Lee Jihoon," lanjut Seungcheol. "Aku adalah ketua asrama, jadi aku berhak mengetahui masalah-masalah yang berkaitan dengan penghuni asrama yang bisa mengancam keselamatan penghuni asrama lainnya. Ditambah lagi aku sudah melibatkan diri dengan masalah Lee Jihoon dengan ikut berkelahi dengan mereka tadi."
"Aku juga tidak akan meninggalkan kamar ini," Soonyoung ikut menimpali. "Aku kan juga ikut terlibat dalam masalah ini. Jeonghan memintaku untuk membujuk Jihoon supaya mau berbicara dengannya, karena itu sejak kemarin aku selalu mengikuti ke manapun Jihoon pergi dan membujuknya. Aku juga yang memberi tahu Seungcheol dan Jeonghan ketika Jihoon sedang dalam keadaan darurat. Jadi aku juga sudah ambil andil dalam masalah ini."
Entahlah, aku tidak tahu harus berterima kasih atau merasa prihatin akan totalitas Soonyoung dalam membantuku. Mengikuti Jihoon seharian? Aku jadi merasa bersalah terhadap Jihoon.
"Yang lebih penting lagi, ini adalah kamarku," tambah Soonyoung dengan senyum lebarnya, tidak merasa canggung memaksa melibatkan diri dalam urusan kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga Iris dan Takdir
FanfictionIris Art University adalah salah satu universitas seni ternama di Seoul, Korea Selatan. Salah satu tempat yang dituju bagi mereka yang merasa mempunyai bakat bermusik, akting, tari, lukis, dan juga kesenian lainnya. Tidak pernah ada batasan umur unt...