Hello, it's me
I was wondering if after all these years
You'd like to meet, to go over everything(Hello, Adele)
----------------------------------------
Apa Seungcheol sudah pulang ke asrama? Tadi pagi dia bilang kalau ada pertemuan ekskul dan tidak tahu akan pulang jam berapa.
"Sepertinya hari ini aku akan pulang ke rumah saja," kata Vernon sedikit mengeluh.
Aku mengernyit. "Apa karena anjingmu sakit lagi?"
"Tidak juga," Vernon menggigit roti yang ada di tangannya. "Aku sedang menghindar dari Seungkwan."
"Dan kenapa begitu?" tanya Seokmin mengutarakan pertanyaan yang juga ada di benakku. "Apa kalian ada masalah?"
Saat ini aku, Seokmin, dan Vernon dalam perjalanan pulang menuju asrama. Kebetulan tadi aku bertemu dengan mereka berdua ketika meminjam buku di perpustakaan kampus.
"Tidak juga," jawab Vernon. "Hanya saja akhir-akhir ini dia memaksaku untuk jadi model latihannya merias."
"Maksudmu dia akan meriasmu dengan sangat menor? Pakai lipstick dengan warna menyala dan juga eye shadow yang kerlap-kerlip dan terang-benerang?" Seokmin tertawa ketika melihat Vernon menghembuskan napasnya sebagai jawaban. "Kenapa kau tidak menyetujuinya dan meminta imbalan untuk itu?"
"Percuma saja," sergah Vernon. "Setiap kali aku melakukan negosiasi dengan Seungkwan, entah kenapa selalu berakhir dengan aku yang akan mengikuti permintaannya tanpa mendapatkan keuntungan apapun darinya."
Kalau orang yang kita bicarakan adalah Boo Seungkwan, sepertinya aku bisa mengerti maksud Vernon. Seungkwan memang sangat ahli dalam 'public relationship'. Kemampuannya berbicara dan juga kegigihan tekatnya selalu membuat lawan bicaranya frustasi dan memutuskan untuk mengalah saja darinya.
"Lagian siapa juga yang mau dijadikan kelinci percobaan," gerutu Vernon. "Apalagi jika harus dirias dengan super duper tebal dan berwarna-warni! Memangnya wajahku kertas gambar?!"
Sepertinya aku tidak perlu memberitahukan informasi kepada mereka bahwa Seungcheol mau melakukannya untukku. Meskipun sebagai gantinya aku harus selalu mengeringkan rambutnya setiap kali dia selesai keramas. Selain itu aku juga tidak boleh protes kalau dia memainkan rambutku kapanpun dia mau.
"Jeonghan, bukannya kau juga ikut kelas tata rias bersama Seungkwan?" tanya Seokmin. "Apa kau juga sedang membutuhkan model untuk latihan merias?"
"Tidak," jawabku cepat. Lebih baik aku tidak menyebutkan fakta bahwa aku memang sedang tidak membutuhkan model untuk latihan karena sudah mendapatkannya.
"Kalau begitu Seungcheol aman dan tidak perlu harus menghindar darimu seperti Vernon menghindari Seungkwan," sahut Seokmin masih menertawai nasib Vernon.
Aku hanya bisa merespon ucapan Seokmin dengan senyuman yang lebih mirip seperti ringisan. Bisakah kita mengganti topik pembicaraan saja?
Ponselku bergetar. Aku mengambilnya dari saku jaketku dan melihat ternyata ada satu pesan masuk.
Dari Jisoo. Dia menanyakan padaku apakah aku ada waktu di hari selasa sore nanti karena dia berencana untuk mengajakku ikut latihan tenis di ekskul yang dia ikuti. Kebetulan dia menawariku untuk masuk ke ekskul yang sama dengannya mengingat aku belum bergabung dalam ekskul apapun.
Mungkin tidak ada salahnya kalau aku melihat dulu latihan mereka sebelum memutuskan untuk bergabung atau tidaknya.
"Jeonghan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga Iris dan Takdir
Fiksi PenggemarIris Art University adalah salah satu universitas seni ternama di Seoul, Korea Selatan. Salah satu tempat yang dituju bagi mereka yang merasa mempunyai bakat bermusik, akting, tari, lukis, dan juga kesenian lainnya. Tidak pernah ada batasan umur unt...