Deal?

568 125 54
                                    

Everything's been so messed up lately
Pretty sure he don't wanna be my baby
Oh, he don't love me, he don't love me
He don't love me, he don't love me
But that's okay

(I'm A Mess, Bebe Rexha)

--------------------------------------

Tiga hari setelah kepulanganku ke Busan, aku lebih banyak menghabiskan waktuku di dalam kamar untuk bersedih.

Mau bagaimana lagi? Aku sedang patah hati. Dan itu saja sudah cukup membuatku tidak bersemangat melakukan apapun. Kakek pasti menyadari keanehan sikapku ini. Hanya menunggu waktu saja sebelum kakek menanyakan langsung apa yang telah terjadi padaku.

Pertama kali melihatku setelah berbulan-bulan tidak bertemu, kakek terlihat sangat kaget. Kernyitan cemas menghiasi keningnya ketika melihat wajah cucu kesayangannya ini penuh dengan luka. Kakek bertanya kenapa wajahku bisa seperti ini, yang berusaha kujawab dengan sesantai mungkin kalau ini hanya perkelahian "biasa" antarteman. Kemudian aku meminta kakek untuk tenang karena kami sudah menyelesaikan masalah kami. Aku menjamin padanya bahwa aku tidak akan terlibat masalah lagi dengan orang itu.

Tentu saja sebuah jaminan yang mudah kuberikan karena memang aku dan "orang itu" sudah tidak memiliki hubungan apapun...

"Ding!"

"Ding!"

"Ding!"

"Ding!"

...

Ponsel yang ada di atas meja kecil di samping tempat tidurku menyala sekilas beberapa kali, diiringi dengan suara dering yang bersahutan pertanda rentetan pesan yang masuk.

Bahkan hanya untuk mengambil ponsel yang berjarak begitu dekat denganku saja aku harus mendorong tanganku yang rasanya begitu berat... Haah!

Ternyata dari Jihoon.

Jihoon mengirimiku beberapa foto untuk menunjukkan kemeriahan festival kampus yang seharusnya kuhadiri. Begitu banyak orang yang hadir di sana. Foto stand-stand makanan yang dikerumuni pembeli, foto Mingyu yang sedang memegang light stick dengan ekspresi penuh semangat di depan panggung, foto Seungkwan yang nyengir menatap kamera dengan kedua tangan penuh makanan, foto Jisoo sedang membawa boneka kuda di depan stand arena memanah dengan Seokmin yang sedang terlihat fokus membidik sasarannya sementara Vernon mengernyitkan keningnya seakan mendoakan ketidakberuntungan Seokmin, foto Wonwoo yang menggunakan kacamata hitam sedang berpose di area photobooth, dan terakhir adalah foto panggung yang entah ada berapa banyak penonton bergerombol di depannya. Meskipun Jihoon memotret agak jauh dari panggung, tetapi di atas sana aku masih dapat menangkap sosok-sosok yang familiar bagiku seperti Soonyoung, Jun, Minghao... ugh, apakah itu Chan? Dan...

Keningku mengernyit, memfokuskan pandanganku yang tanpa sengaja menangkap sosok yang langsung dengan mudah kukenali meskipun ia berada di tengah-tengah begitu banyaknya kerumunan pengunjung yang sedang menonton pertunjukan. Seungcheol! Orang yang telah menyebabkanku merana seperti ini terlihat seperti sedang berbicara menggunakan walkie-talkienya dengan begitu serius...

Dan kemudian dengan begitu tiba-tiba, tanpa bisa dicegah, rasa sakit hatiku semakin bertambah. Otakku kembali memutar ingatan-ingatan tentang kata-katanya kepadaku malam itu. Kata-kata yang begitu menusuk tepat di jantungku.

Seperti janji yang telah kuberikan kepada kakekku beberapa hari yang lalu, aku tidak akan pernah berurusan dengan orang yang telah memberi luka di wajahku lagi, karena memang tidak mungkin aku bisa menemuinya tanpa merasakan emosiku yang campur aduk; marah, sedih, patah hati dan lain sebagainya. Bagiku sekarang, harus bertemu dengan Seungcheol lagi rasanya sangat mustahil. Sama mustahilnya dengan aku yang dapat dengan lapang dada memaafkan perbuatan ayahku yang menghancurkan hati dan tubuh ibuku.

Bunga Iris dan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang