I thought I saw you out there crying
I thought I heard you call my name
I thought I heard you out there crying(Lost Stars, Adam Levine)
--------------------------------------
"Kenapa kau menghela napasmu terus-terusan?" tanya Seungcheol dari meja belajarnya. "Kuhitung ini adalah helaan napasmu untuk yang kelima kalinya sambil kau melihat ponselmu."
Aku tidak menanggapi perkataan Sungcheol melainkan kembali melihat ke ponselku dan mencoba menghubungi salah satu nomor yang tertera di sana. Kutunggu beberapa saat sampai terdengar bunyi dering sambungan.
Sial! Mailbox.
"Dan ini adalah helaan napasmu yang keenam," sahut Seungcheol ketika tanpa sengaja lagi-lagi aku menghela napasku. "Apa ada masalah?"
Apa Seungcheol tidak ada kerjaan lain sampai dia harus menghitung berapa kali aku menghela napasku? Bukannya dia sedang megerjakan tugas rumahnya?
"Jeonghan, siapa yang kau hubungi?"
Masih berusaha menghubungi salah satu kontak yang ada di ponselku, aku tidak juga menyahut untuk menjawab pertanyaan Seungcheol sambil tetap berbaring di atas tempat tidurku.
"Jeonghan?"
Kenapa Seungcheol tidak bisa diam?
Aku sedikit melirik ke arah Seungcheol ketika kudengar suara geseran kursi dan mendapati dia sedang bangkit dari duduknya. Seungcheol sedang berjalan menuju tempat tidurku. Dan tepat ketika dia mendudukkan dirinya di bagian samping tempat tidurku, aku segara merubah posisi berbaringku menjadi miring menghadap tembok.
Aku sedang malas untuk mengobrol.
"Ada apa?" Seungcheol kembali bertanya. "Jeonghan. Jangan mengabaikanku!"
"Tidak ada apa-apa."
"Apa aku punya salah?"
"Tidak."
"Kau seperti seorang wanita."
"Aku. Bukan. Seorang. Wanita." Desisku menekankan tiap perkatanya.
Siapa yang dia bilang seperti seorang wanita? Memangnya apa yang aku lakukan yang membuatnya berpikir aku seperti wanita?
Seungcheol sialan!
Ingin sekali aku mengumpatinya.
Dan kenapa tiba-tiba dia hanya membisu?
Apa yang sedang dilakukan Seungcheol? Apa yang ada di pikirannya?
Terjadi keheningan hampir satu menit penuh lamanya sebelum kemudian kurasakan sepertinya Seungcheol sedang bergerak, ikut berbaring di sampingku. Dan saat aku ingin membalikkan tubuhku untuk memastikannya, sebelah lengan Seungcheol sudah disampirkan di atas pinggangku, melintang sampai depan perutku, memeluk pinggangku.
Jantungku berdetak semakin cepat dan rasanya aku sulit sekali untuk bernapas.
Apa-apaan yang dia lakukan ini?
"MENURUTMU APA YANG SEDANG KAU LAKUKAN?!" bentakku sambil berusaha menyingkirkan tangan Seungcheol dari atas pinggangku. "CHOI SEUNGCHEOL! MENJAUHLAH DARIKU!"
"Tidak mau," jawab Seungcheol yang sialnya dengan suaranya yang begitu tenang. "Kita akan berbicara dulu setelah itu aku akan menjauh darimu."
Aku sedikit memberontak berusaha untuk membebaskan diriku, tapi Seungcheol tidak membuat usahaku menjadi mudah. Dia semakin mengencangkan pelukannya, dan semakin mendekatkan tubuhnya, menempelkan dadanya ke punggungku. Mau tidak mau terjadi pergulatan antara aku yang berusaha untuk membebaskan diri dari Seungcheol dengan Seungcheol yang berusaha untuk tetap menahanku di tempat sampai akhirnya aku menyerah untuk melepaskan diriku darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga Iris dan Takdir
FanfictionIris Art University adalah salah satu universitas seni ternama di Seoul, Korea Selatan. Salah satu tempat yang dituju bagi mereka yang merasa mempunyai bakat bermusik, akting, tari, lukis, dan juga kesenian lainnya. Tidak pernah ada batasan umur unt...