PART EMPAT

3.8K 270 13
                                    

"Rara..., lo ditungguin temen lo di luar." teriak kak Tara dari bawah.

Aku keluar kamar dan menuruni tangga dengan cepat, "Di luar?"

"Dalem kamar lo," kak Tara menyentil dahiku, "ya iyalah di luar. Makanya kalo tidur jangan malem-malem, jadi kesiangan 'kan bangunnya."

"Iya-iya. Eh? Aku berangkat dulu kak, nggak sarapan dulu deh, entar aja sarapan di kantin. Assalamu'alaikum," pamitku dan berlari kecil ke arah pintu utama.

"Wa'alaikumsalam." teriak kak Tara.

Semalam aku tidak langsung tidur setelah memutuskan sambungan teleponku dengan Gandi, mataku sulit sekali untuk terlelap. Dan aku memutuskan untuk membaca novel sampai ngantuk. Mungkin, semalam aku tidur pukul 01:35 WIB. Aku lupa.

"Mata panda." gumam Gandi saat aku sudah berada di depannya.

Aku mendengus, "Nggak keliatan 'kan? Udah yuk berangkat." ajakku.

"Mau gue bukain pintu?" tanya Gandi.

"Nggak usah. Gue bisa sendiri." aku membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya.

"Tidur jam berapa?" tanya Gandi sambil menyetir mobil, menjauhi rumahku.

"Jam satu." jawabku.

"Jam satu?! Ngapain aja?" tanya Gandi sambil sesekali melirik ke arahku, "katanya semalem ngantuk." cibirnya.

"Iya semalem ngantuk, tapi nggak bisa tidur. Jadi yaudah, gue baca novel lagi."

"Kenapa nggak chat ke gue?"

"Gue takut ganggu."

"Gue nggak bakal ngerasa terganggu kalo orangnya itu elo, Ra."

Aku berdehem, "Maksud lo?"

Gandi mengibaskan tangannya, "Lupain."

Aku mendengus.

Sesampainya disekolah, aku dan Gandi berjalan beriringan di koridor. Tidak ada yang mau memulai pembicaraan diantara kita.

^^

Jam pelajaran kedua kosong, kelas sedikir rame karena tidak ada guru. Aku sedang malas bergabung dengan murid perempuan, jadi aku hanya menelungkupkan kepalaku di atas meja, bosan. Gandi? Dia sedang mengobrol dengan anak laki-laki di belakang kelas.

"Rara," aku mendongak mendengar seseorang memanggil namaku.

"Eh elo Dan, kirain gue siapa. Kenapa?" tanyaku pada Dani, orang yang memanggilku.

Dani tersenyum cengengesan, "Gue mau nanyain soal kerja kelompok tugas matematika, kita mau ngerjain dimana?"

"Yang jelas jangan di rumah gue, Dan. Terserah kalian, gue mah ngikut aja," ucapku lalu tersenyum kecil.

"Di rumah gue, gimana?" tanya Dani.

"Mau ngapain di rumah lo?" tanya Gandi yang tiba-tiba duduk di sampingku.

"Kerja kelompok matematika," jawab Dani.

"Kelompok lo cowok semua 'kan?" Gandi menatapku, "Rara doang yang cewek. Kapan kerja kelompok nya?"tanya Gandi pada Dani.

Dani memegang dagunya, berpikir, "Tugas ini 'kan dikumpulinnya lusa, berarti kita kerja kelompoknya nanti abis pulang sekolah keknya, soalnya besok gue mau ada les."

"Oke. Pulang sekolah langsung ke rumah lo. Gue nebeng ya, Dan?" aku tersenyum melihat Dani.

"Lo berangkat bareng gue, Ra." ucap Gandi.

"Hah?" ucapku dan Dani kompak.

Gandi mengangkat bahunya santai, "Gue ikut kerja kelompok nemenin Rara."

"Kenapa nemenin gue? Lagian lo 'kan harus kerja kelompok juga."

"Iya Gan, udah tenang aja. Rara aman kok," Dani menepuk bahu Gandi.

"Gue ikut. Gue gabakal copas hasil kerja kelompok kalian," Gandi menatapku dan Dani bergantian.

Aku menghela napas,"Bukannya gitu Gan, lo'kan-"

"Gandi, kita kerja kelompoknya besok aja. Gue sama yang lain ada urusan," ucap Lala.

Gandi mengacungkan jempolnya ke arah Lala, "See?" ia tersenyum miring menatap Dani, "gue bakal ikut."

Dani tertawa pelan, "Yaudah. Ikut ya ikut, Rara sama lo ya. Gue mau ke kantin aja, laper," Dani berjalan keluar kelas.

^^

Aku mengerjakan tugas kelompok dalam diam. Aku risih dengan Gandi yang daritadi terus memperhatikanku, bukannya ge-er atau apa, tapi, memang itulah kenyataannya. Gandi memperhatikanku.
Aku sudah berada di rumah Dani sekarang, mengerjakan tugas kelompok dengan pikiran yang tidak fokus. Dan Gandi, dia sengaja ikut ke rumah Dani untuk menemaniku karena hanya aku perempuan yang ada di kelompok ini, sisanya laki-laki. Dani, Riki, Reza, dan Dean.

"Ra, yang ini gimana? Kok gue gagal paham ya?" Riki menyodorkan buku paket dan menggeser duduknya mendekatiku.

Aku mengerutkan dahi melihat soal yang Riki tanyakan, "Lo kok ngerjain yang ini?" tanyaku bingung.

"Lah? Emang yang ini 'kan?"

"Bukan yang itu Riki," Reza melempar kacang yang ada ditangannya.

"Yan ini nih, halaman 65," Dean menyodorkan buku paketnya.

"Anjay, gue salah ngerjain tugas kalo gitu," Riki melempar pulpennya kesal.

Dani tertawa melihat Riki, "Makanya konsen, jangan mikirin utang mulu."

Riki mendengus, "Berisik lo, Dan."

"Udah ngerjain berapa soal emang?" tanyaku.

"Empat, tinggal satu lagi. Greget banget gue," Riki kembali melempar pulpen, tapi kali ini bukan pulpennya yang dilempar, melainkan punya Reza.

"Kesel sih kesel, tapi jangan lemparin pulpen orang juga kali," ucap Reza sambil mencoba mengambil pulpennya yang masuk ke kolong kursi rumah Dani.

Aku tertawa melihat tingkah mereka. Dan aku kembali merasa sedang diawasi. Saat aku menoleh ke arah Gandi, benar saja dia sedang memperhatikanku dengan muka datarnya.

"Gandi, lo nggak bosen apa? Daritadi duduk terus, mending bantuin ngerjain soal bagian gue nih," Dean tersenyum lebar sambil melambaikan buku paketnya.

Gandi melihat ke arah Dean dan mendecak, "Gue nggak bosen, udah buruan kerjain. Biar pulangnya nggak kesorean."

"Punya gue udah selesai," ucapku sambil melipat buku paket, "mana punya kalian? Biar gue bawa ke rumah aja, ntar gue salin ke kertas folio."

"Gue belum ngerjain satu soal pun woy," ucap Riki kesal.

"Yaudah, punya lo besok aja di sekolah, gimana?" tanyaku.

Riki menganggukkan kepalanya, pasrah, "Entar kalo ada yang nggak bisa, gue chat ke lo ya, Ra."

"Lo berdua suka chatan?" tanya Dani, Reza, Dean kompak.

Aku dan Riki melihat mereka bergantian dan tertawa.

"Ayo pulang Ra!" ajak Gandi tiba-tiba.

"Eh?" aku mengerjapkan mata, "gue pulang duluan ya." pamitku pada teman satu kelompokku.

"Oke Ra. Gandi jangan ngebut bawa mobilnya, gue titip Rara sama lo ya," Riki tersenyum jail.

Aku hanya tertawa menanggapi ucapan Riki, dan tawaku berhenti saat tanganku ditarik kasar oleh Gandi.

"Lo kenapa tarik-tarik sih, Gan? Sakit tahu nggak?! " ucapku kesal, saat kita sudah keluar dari rumah Dani.

Gandi melepas pegangan tangannya, "Maaf, gue cuman nggak suka lo akrab sama mereka." ucap Gandi tanpa melihat ke arahku.

Aku terdiam mendengar ucapan Gandi. Dia membukakan pintu mobil untukku, dan aku masuk ke dalam mobil dalam diam.

*****

Hai part 4 nya nih :v
Sorry kalo ada typo, butuh kritik+saran.
Vomment if you like it. Thanks.

Let It FlowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang