Karena sekarang adalah akhir semester, tidak ada waktu untuk bermain-main bagi kelas 12. Mereka sibuk mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian-ujian yang akan mereka hadapi. Sama halnya dengan Rara, sekarang dia sedang membaca buku dengan judul Persiapan Ujian Nasional di perpustakaan.
Dia sibuk dengan dunianya sendiri sampai tidak sadar kalau di sampingnya sudah ada sahabatnya yang sedari tadi memperhatikan dia."Hai," ucap Sam sambil mengetukkan jarinya di meja perpus.
"Eh, hai," Rara tersenyum dan kembali fokus ke bukunya.
"Belajar terus Ra," ucap Sam tanpa mengalihkan pandangannya dari Rara.
"Sebentar lagi kita ujian, ya harus rajin belajar dong. Lo juga belajar Sam."
"Belajarnya di rumah aja gue sih," ucap Sam.
Rara hanya menganggukan kepalanya dan kembali fokus kepada buku yang ada di tangannya.
"Hai. Boleh gue duduk di sini?"
Rara dan Sam mendongak mendengar suara tersebut.
"Boleh Gan, duduk aja lagi," Sam tersenyum lebar.
Gandi mengangguk dan memilih duduk di samping Rara.
Rara melihat ke arah Gandi dan mengerutkan dahi.
"Boleh 'kan?" tanya Gandi.
Rara menganggukan kepalanya.
"Lo nggak belajar, Dav?" tanya Gandi.
Sam nyengir dan melirik buku yang ada di dekat Rara, "Belajar kok," ucapnya lalu mengambil buku dan membukanya asal.
Rara hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan sahabatnya.
Setelah merasa puas membaca buku dia berjalan keluar perpus diikuti Sam dan Gandi.
"Kalian mau ke mana?" tanya Rara.
"Lo mau kemana?" tanya Gandi.
"Kelas."
"Sama kalo gitu." ucap Gandi dan Sam bersamaan.
Bisa nggak sih mereka nggak deket-deket gue terus?" batin Rara.
Sudah tiga hari sejak kejadian Rara menangis dipelukan Gandi, dan tiga hari ini Gandi dan Sam selalu mengikuti Rara.
"Mau ke kelas?" tanya Rara.
"Iya." jawab Gandi.
"Gue mau ke kantin dulu kayaknya, bye." Rara memutar badan dan berjalan meninggalkan Sam dan Gandi.
"Lo nggak ke kantin juga?" tanya mereka bersamaan.
Mereka saling pandang dan tertawa."Lo kenapa ngedeketin Rara terus sih?" tanya Sam.
"Karena gue suka sama dia," jawab Gandi santai.
"A-apa?! Lo suka sama Rara?" Sam menatap Gandi terkejut.
"Lo juga suka sama dia 'kan?" tanya Gandi.
"Gue suka sama dia dari dulu, dari SMP."
"Iya gue juga gitu." ucap Gandi.
"Dari SMP?"
"Nggak, dari SMA. Gue belum kenal dia waktu SMP sih," ucap Gandi lalu berjalan memasuki kelas.
"Eh woy!" Sam mengejar Gandi.
"Apaan?" tanya Gandi yang sudah duduk di bangkunya.
"Kalo mau bersaing, bersaing secara sehat," Sam menepuk bahu Gandi.
Gandi menganggukkan kepalanya malas.
^^
Rara tertawa ketika ada hal lucu yang tertulis di novel Sheril yang dia pinjam. Di sedang bermain ke rumah Sheril bersama Grace.
"Ra ... jangan baca novel terus dong. Mending kita nonton aja," ucap Grace yang sedang memainkan remote tv.
"Nonton apa?" tanya Rara tanpa mengalihkan perhatiannya dari novel.
"Grace, lo dicariin bang Dion," ucap Sheril tiba-tiba. Dia membawa nampan dengan tiga jelas jus jeruk diatasnya.
"B-bang Dion?" tanya Grace dengan pipi memerah.
"Cie ... blushing," Rara tertawa kecil.
Grace itu sebenernya suka sama siapa sih? Bang Dion atau Sam? Mungkin, kalo Sam, itu cuman obsesi. Tapi kalo bang Dion, kayaknya Grace beneran suka sama bang Dion, maybe, batin Rara.
Lamunan Rara buyar saat satu jitakan mendarat di kepalanya."Aww," Rara mengusap-usap kepalanya yang terkena jitakan, "sakit woy."
"Lagian ... ngelamun mulu lo! Gue tuh nanya, Grace ada apaan sama abang gue?"
"Ya mana gue tahu. 'Kan lo adiknya bang Dion masa nggak tahu?" Rara menutup novelnya kesal. Mood membacanya sudah hilang, "Grace ke mana?"
"Ish. Grace keluar, Laura Veronika. Lo tuh gimana sih? Kan tadi dia pamit, mau nemuin abang gue. Rara ih, bikin kesel lo mah."
"Oh gitu ...," Rara mengangguk-anggukan kepalanya, "ke bawah yuk! Kita liat mereka ngapain."
"Rara anak pintar!" ucap Sheril tertawa kecil dan berjalan keluar kamar diikuti Rara, "kira-kira mereka ngapain ya?"
"Mana gue tahu. Bang Dion ngapain sih manggil Grace?"
"Siapa bilang bang Dion manggil Grace?" ucap Sheril tertawa.
"Lah? 'Kan lo yang bilang," Rara menatap Sheril bingung.
Sheril tertawa, "Sebenernya, bang Dion nggak manggil Grace, dia cuma nanyain Grace doang. Karena iseng gue kumat, jadi gue bilang aja, bang Dion manggil Grace." jelas Sheril.
Rara tertawa mendengar penjelasan Sheril, "Sheril nih ya ...."
^^
"Hai bang," sapa Grace saat dia sudah duduk di sofa ruang keluarga rumah Sheril, "ada apaan ya?"
"Hai juga Grace. Apanya yang ada apaan?" tanya bang Dion bingung.
"Kata Sheril, bang Dion manggil gue. Nah gue tanya, ada apaan manggil-manggil?"
"Gue nggak manggil lo. Gue cuman nanyain lo doang tadi."
"Nanyain gue? Nanyain gue gimana?"
"Ya gitu ... aduh, gue lupa, ada kelas sekarang. Gue siap-siap dulu ya," bang Dion berjalan dengan cepat ke arah kamarnya.
Grace melihat kepergian bang Dion dengan kesal, "Apaan sih ini? Nggak jelas banget."
"Aduh," rintih seseorang di dekat tangga.
"Aduh lo ngapain malah tiduran di situ sih Ra?" ucap Sheril sambil membantu Rara berdiri.
"Tiduran pala lo! Gue jatoh, bukan tiduran," ucap Rara kesal, "lagian lo ngapain dorong-dorong sih? Jatoh 'kan gue nya."
"Ngapain lo berdua di sini?" tanya Grace dengan tangan bersedekap.
"Mau ngambil minum." jawab Sheril.
"Berdua?" tanya Grace.
"Iya," jawab Sheril dan Rara kompak.
"Sheril, bang Dion suka nanyain gue?" tanya Grace sambil mendekat ke arah Sheril.
"Bang Dion suka sama lo kayaknya," ucap Sheril santai.
"M-masa?"
Rara memutar bola mata kesal, "Nggak peka banget."
"Kayak yang lu nya peka aja," cibir Sheril.
"Hah?" Rara menatap Sheril bingung.
*****
Ha el :v
Sorry yaa kalo ceritanya nggak sesuai harapan *eak
Gue bingung abisnya wkwk
Happy reading! Jangan lupa vomment:*

KAMU SEDANG MEMBACA
Let It Flow
Teen FictionAku bingung dengan perasaanku sendiri. -Laura Veronika Do not expect, Let it Flow. Cover by: Fara Publish: Jum'at, 18 Maret 2016