EPILOG

4K 214 5
                                    

Lima tahun kemudian

Kamar yang biasanya rapi kelihatan berantakan karena pemilik kamar tersebut sedang memilih pakaian yang cocok yang akan dikenakan ke acara pertunangan sahabatnya. Sebenarnya acaranya tidak formal, tapi dia bingung mau memakai apa. Nanti dia akan bertemu dengan seseorang. Seseorang yang sangat dia rindukan.

Laura Veronika baru pulang dari Paris dua hari yang lalu. Lima tahun dia menetap di sana tanpa pulang ke Indonesia. Dia tidak hanya jadi mahasiswi di Paris dia juga bekerja sebagai model, jadi dia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya.

Dan sekarang, karena dia ada pemotretan di Indonesia, dia bisa pulang dan menginap di dalam kamarnya. Dan sepertinya, dia memang akan kembali tinggal di Indonesia, kerja di Indonesia. Dia kembali ke rumahnya, kembali ke keluarganya. Tapi dia sama sekali belum bertemu dengan sahabat-sahabatnya. Bahkan dia tidak menghadiri acara penikahan salah satu sahabatnya. Dia selalu meminta maaf tentang hal itu pada sahabatnya.

Hari ini, dia akan kembali bertemu dengan semua sahabatnya. Dia sudah tidak sabar untuk  bertemu dan mengobrol bersama mereka. Rara tersenyum membayangkan apa yang akan terjadi nanti.

Rara memakai dress dibawah lutut berwarna peach dan rambutnya dibiarkan tergerai. Simple. Dulu dia selalu menguncir rambutnya, dan sekarang berbalik. Dia suka jika rambut hitamnya digerai.

Rara keluar dari kamar dengan menjinjing flatshoes yang akan dia kenakan.

"Udah siap, Kak?" tanya Adel.

Rara tersenyum lalu mengangguk, "Kakak berangkat dulu. Bye."

^^

Semuanya tersenyum bahagia melihat Alvian yang baru saja melamar Sheril. Orang tua, sahabat, dan semua yang ada di C&C Cafe mengucapkan selamat pada Alvian dan Sheril.

Setelah acara makan-makan selesai, mereka mengobrol banyak hal. Bahkan salah satu pengunjung cafe ada yang meminta foto bareng bersama Rara. Rara mengerucutkan bibirnya saat diejek "Model Ngetop" oleh Randi.

"Rara nih, tiba-tiba jadi model di negeri orang. Hebat," Dion tertawa pelan.

"Perasaan ini acaranya Alvian sama Sheril deh, kenapa dari tadi bahas gue terus?" protes Rara.

"Karena kamu spesial." celetuk Gandi.

"Eh-eh-eh ... hubungan lo sama dia gimana?" tanya Alvian pada Rara.

"Siapa?" tanya Rara pura-pura tidak tahu.

"Inget Rara, cewek itu butuh kepastian. Jadi kalo dia masih belum pasti, cari aja yang lain," Grace memgedipkan sebelah matanya.

"Apaan sih," ucap Gandi risi.

Rara tersenyum kecil melihat respon Gandi.

Sheril menaikkan sebrlah alisnya menatap Gandi, "Kenapa lo? Kapan nyusul? Gue udah tunangan nih."

"Songong," cibir Gandi.

"Laura?"

Semua yang ada disitu melihat ke arah suara yang baru saja memanggil Rara.

"Eh? Hai," Rara berdiri lalu memeluk orang itu singkat, "ya ampun, kamu kemana aja?"

Cowok yang ada di hadapan Rara tersenyum lebar, "Ada kok. Apa kabar?"

"Alhamdulillah baik. Oh iya," Rara menatap sahabatnya dan cowok yang ada di sampingnya bergantian, "ini Wira, temen kuliah gue di Paris."

"Hai, gue Wira."

Dan mereka semua pun berkenalan. Setelah mengobrol sebentar, Wira pamit untuk pulang karena dia ada urusan lagi.

"Ganteng ya," ucap Sheril, "di sana banyak orang Indonesia?"

"Nggak banyak sih. Tapi ... adalah pokoknya orang Indonesia. Wira cowok yang paling ganteng diantara cowok-cowok Indonesia yang kuliah di Paris." jelas Rara.

"Wah," Sheril tertawa pelan.

Alvian berdehem, "Inget tunangan."

Sheril tersenyum cengengesan lalu mengedipkan sebelah matanya pada Rara.

"Laura, ikut yuk!" ucap Gandi tiba-tiba.

"Mau ke mana?" tanya Rara.

Gandi menarik tangan Rara untuk berdiri, "Gue pamit. Tunggu kabar baiknya aja."

Semua yang ada disitu tersenyum mendengar ucapan Gandi.

Rara berjalan mengikuti Gandi keluar cafe, mereka memasuki mobil yang dibawa oleh Gandi lalu pergi meninggalkan cafe tersebut.

^^

"Ngapain ke sini?" tanya Rara saat melihat tempat yang dulu pernah dia dan Gandi kunjungi. Gandi pernah memeluknya di sini.

"Sengaja kok," Gandi tersenyum menatap Rara.

Mereka berdua berdiri melihat pemandangan yang sudah tidak sama lagi seperti dulu. Pepohonannya tidak selebat dulu. Sudah ada beberapa bangunan yang dibangun di sekitar tempat itu.

Gandi memegang pundak Rara dan menghadapkan tubuh Rara ke arahnya.

Rara menatap Gandi dengan pandangan bertanya, "Kenapa?"

"Butuh kepastian?"

Rara tersenyum mendengar ucapan Gandi. Dia jadi teringat ucapan Grace saat di cafe tadi.

"Cewek itu butuh kepastian? Bener?" tanya Gandi lagi.

Rara menganggukan kepalanya, "Cewek emang butuh kepastian. Tapi aku udah yakin kok, kalo kita itu pasti."

"Bagus kalo kamu udah yakin. Tapi sekarang, aku mau mastiin. Kita jadian lewat video call, miris emang," Gandi tersenyum kecil, "tapi ya ... mau gimana lagi? Emang kenyataannya gitu."

Gandi menghela napas lalu menggenggam kedua tangan Rara, "Aku cinta sama kamu. Aku mau kita menikah. Aku mau kamu jadi istri aku, aku mau kamu jadi ibu dari anak-anakku nanti. Dan aku mau ... kamu jawab IYA. Kamu mau?"

"Iya aku mau sayang."

Gandi tersenyum lebar lalu menarik Rara kedalam pelukannya.
"Aku cinta sama kamu, Laura Veronika."

"Aku juga cinta sama kamu, Gandi Lazuardi."

Cinta sejati akan bertemu pada akhirnya. Selama apa pun waktu memisahkan mereka, sejauh apa pun jarak diantara mereka, mereka akan kembali dipertemukan.

*****
Alhamdulillah. Yessssssssas! Akhirnyaaaaaa selesai juga. Lega. Makasihhhhh buat kalian kalian mwah:*
Oke cerita ini selesai. Gue Nike Sihatul F cabutt. Bye!
See you in my next story;)

Let It FlowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang