Laura Pov
Aku dan Grace memakan pesanan kita masing-masing dalam diam. Sedangkan di hadapan kita, ada Sam, yang sedang meminum jus jeruk sambil melihat ke sekeliling kantin. Aku Grace satu meja dengan Sam sekarang, kita tidak satu meja dengan Sheril, Alvian, Randi, dan Gandi seperti biasanya.
"Kenapa tadi lo telat, Grace?" tanyaku setelah selesai menelan kunyahan terakhirku.
"Grace berangkat bareng gue, Ra," Sam tersenyum kecil.
"Kok bisa?" tanyaku bingung.
Grace menghela napas, "Ra ... gue mau minta maaf."
"Minta maaf apa? Lo berdua bikin gue bingung," ucapku kesal.
"Oke, dengerin penjelasan gue. Dan jangan dipotong. Sebenernya, gue sama Rena udah kontekan pas kalian masuk kelas 12. Cuman, gue sengaja nggak ngontek lo, karena gue pengen liat perkembangan lo dulu. Kirain gue lo bakal tetep jadi Rara yang dulu, tahunya nggak. Lo berubah, lo jadi pendiem, dan nggak terlalu friendly lagi. Lo kenapa gitu, Ra?" Sam menatapku tepat dimata.
Aku mendengus pelan, "Kalian lucu! Sumpah. Lucu banget. Hebat banget kontekan dibelakang gue diem-diem. Gue selalu nunggu kabar sari lo Sam, dari dulu, gue selalu nunggu lo ngasih kabar. Dan lo, Grace," aku melihat Grace dengan kesal, "gue nggak nyangka, lo tau 'kan kalo gue selalu nungguin dia, kenapa lo nggak ngasih tahu gue kalo dia ngontek lo?" Aku tidak suka dipermainkan seperti ini. Dipermainkan oleh dua sahabat sekaligus.
"Bukannya gitu Ra, lo deng-"
"Cukup," aku mengangkat sebelah tanganku menyuruh Grace untuk berhenti berbicara, "gue nggak suka diginiin. Kalian seolah-olah mempermainkan gue. Oh bukan, kalian emang bener2 udah mainin gue. Lagian, lo siapa gue pake acara mau liat pekembangan gue segala, nggak penting tahu nggak!"
"Ra, dengerin dulu," Sam menggenggam tanganku yang berada di atas meja, "jangan marah, oke, dengerin dulu. Dengerin penjelasan kit-"
Aku menarik tanganku paksa dan berdiri, "Nggak ada yang harus dijelasin disini! Gue nggak suka pembohong!" ucapku dengan mata berkaca-kaca dan berjalan keluar kantin, meninggalkan mereka berdua. Aku tahu banyak sekali yang memperhatikanku di kantin. Dan tanpa sengaja aku melihat Gandi sedang menatapku dengan pandangan ... entahlah, aku tidak tahu. Aku membuang muka, dan mempercepat jalanku. Aku tidak suka dibohongi, apalagi oleh orang yang telah aku anggap seperti saudara sendiri.
Aku duduk dan memejamkan mata, menikmati hembusan angin yang sedikit membuat pikiranku tenang. Rooftop, aku sudah sering ke sini. Sendirian. Menikmati pemandangan di bawah dan angin yang menyejukkan.
"Butuh temen? Gue temenin deh."
Aku membuka mata dan melihat ke belakang. Aku mengenal suaranya yang khas walaupun sekarang agak sedikit berbeda, dan tentu saja orangnya adalah Sam,"Gue lagi pengen sendiri. Nggak mau diganggu."
"Rara, dengerin gue dul-"
"Gue nggak mau denger apapun, David Samantha!" ucapku cepat.
Sam memegang tanganku,"Diem atau gue cium sekarang juga," ucapnya serius.
Aku menatap Sam tidak percaya, "Lo gila ya? Kita baru ketemu dan lo bilang kayak gitu?"
"Kita udah sahabatan dari dulu."
Aku tersenyum miring, "Sahabat nggak bakalan bohong!"
"Oke gue minta maaf. Gue sama Grace tadinya mau ngasih surprise, tapi gagal. Karena ternyata gue satu kelas sama lo. Dan masalah gue sama Grace kontekan di belakang lo, kita nggak macem-macem kok. Paling kita flashback, bahas kegiatan Grace di sekolah, dan bahas lo."
"Ngapain bahas gue?"
"Karena gue selalu nanyain tentang lo, ke Rena," Sam tersenyum lembut.
"Kenapa nggak nanya langsung ke gue?"
"Karena ... Rara lo tahu alesannya. Udah gue jelasin tadi. Dan gue mohon, jangan marah sama Grace, karena ini permintaan gue." ucap Sam tanpa mengalihkan pandangannya dariku.
Aku tersenyum kecut, "Gue nggak marah, cuman kesel aja dibohingin. Gue nggak suka."
"Yaudah gue minta maaf," ucap Sam serius.
"Ada syaratnya," ucapku tanpa memandang Sam.
"Ngabisin weekend seharian. Bertiga kayak dulu. Tanpa ada gangguan." aku dan Sam langsung melihat ke belakang mendengar suara itu, Grace, dia sedamg tersenyum lebar, "gimana? Mau?" ucapnya sambil mengangkat sebelah alis. Hal yang paling ku suka, Grace bisa mengangkat sebelah alisnya. Sama kayak Gandi. Eh?!
"Raraaaaa ..."
Teriakan Grace dan Sam membuatku terkejut, "Apaan sih?! Kaget tahu nggak?" ucapku kesal.
"Lagian ngelamun mulu." cibir Grace.
"Ngelamunin gue ya?" Sam tersenyum jail.
"Maaf, kalian siapa ya?" tanyaku memasang wajah polos.
"Dasar bebek lo!" ucap Sam dan Grace kompak.
"Apaan sih ayam, kebo?" ucapku kesal.
"Cie ... masih inget," Sam tertawa pelan.
"Inget dong," ucapku tersenyum lebar.
"Bebek is Rara, Kebo is Sam, dan Ayam is me," Grace tersenyum lebar, "udah nggak marah 'kan , Ra?"
"Masih marah. Bodo amat."
"Yaudah nggak jadi maen," ucap Sam pelan.
"Eh ... iya-iya nggak marah. Weekend jadi maen ya. Titik."
Kita bertiga tertawa bersama menyadari percakapan kita barusan.
Sahabat adalah orang yang akan selalu memaafkan mu jika kamu melakukan kesalahan.
*****
Helloooooooo :v
Part sembilan nih wkwk
Sorry kalo ada typo. Sorry kalo gaje :v
thanks buat yang udah baca. Vomment nya ditunggu yaa hahah
Happy reading^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Let It Flow
Teen FictionAku bingung dengan perasaanku sendiri. -Laura Veronika Do not expect, Let it Flow. Cover by: Fara Publish: Jum'at, 18 Maret 2016