PART LIMA

3.7K 232 4
                                    

Aku menelungkupkan kepalaku di atas meja perpustakaan. Bosan. Tiga jam pelajaran kosong, dan itu hanya di kelasku. Kita hanya diberi tugas sedikit, dan aku sudah mengerjakan semua tugas itu. Coba kalau kelas Sheril dan Grace ada jam kosong juga, aku pasti punya teman untuk mengobrol. Sebenarnya teman sekelasku banyak yang bisa diajak mengobrol, tapi, sekarang mereka sedang membicarakan artis Korea yang katanya akan datang ke Indonesia, dan aku sama sekali tidak mengetahui artis-artis korea. Aku hanya tahu beberapa diantara mereka. Jadi, aku memilih untuk tidak bergabung ke dalam lingkaran itu, dan pergi mengunjungi perpustakaan.

"Maaf, gue cuman nggak suka lo akrab sama mereka."

Ucapan Gandi kembali terngiang ditelingaku. Apa maksud dari ucapan Gandi? Apa dia tidak suka kalau aku berdekatan dengan anak laki-laki? Apa mungkin dia cuma ingin aku tidak akrab dengan mereka karena takut aku akan melupakan Gandi, Randi, Alvian, Sheril, dan Grace? Mungkin iya, mungkin juga tidak. Atau mungkin, dia cemburu? Haha. Sudahlah Rara, jangan terlalu berharap dia akan cemburu.

Nyatanya, Gandi biasa-biasa saja setelah mengucapkan kata-kata itu. Berbeda denganku yang selalu memikirkan, apa maksud dari kata-kata yang dia ucapkan.

"Hey," aku mendongak mendengar suara itu. Gandi.

"Ngapain di sini?" tanyaku bingung.

"Nyari buku, tapi nggak ada. Dan gue ngeliat lo di sini sendirian, yaudah gue duduk di sini, nemenin lo." ucapnya santai.

Aku nggak tahu kenapa Gandi jadi kayak ini, jadi sedikit berubah dan kadang, dia suka muncul tiba-tiba kalau aku sedang sendirian.

"Mau sampe kapan di sini terus?" tanya Gandi.

"Sampe jam kosong abis, gue bosen di kelas." jawabku tanpa mengalihkan perhatian dari novel yang sedang ku baca.

"Novel apa sih Ra?" tanya Gandi penasaran.

"Judulnya Cewek, penulisnya Esti Kinasih," jawabku masih di posisi yang sama.

"Itu novel udah lama 'kan? Kok baru baca?"

"Bukan baru baca sih, gue cuman pengen baca novel ini lagi. Ceritanya seru, jadi gue nggak bosen. Eh? Kok lo tahu kalo novel ini udah lama?" tanyaku sambil melihat ke arah Gandi.

"Gue tahu, Sheril udah baca buku itu soalnya."

Sheril lagi, batinku.

"Ceritanya kayak gimana sih, Ra?" tanya Gandi lagi.

"Ya gitu, seru deh pokoknya. Mau baca?" tawarku.

Gandi menggelengkan kepalanya dan mengacak rambutku pelan, "Gue liatin lo baca aja deh."

Aku menatap Gandi tidak percaya, "Lo apain rambut gue?"

Gandi tersenyum, "Gue bakal sering ngacak-ngacak rambut lo kayaknya, gapapa 'kan?"

Aku nggak tahu harus gimana, harus jawab apa, yang jelas, Gandi itu nggak jelas, sikapnya beda-beda. Aku bingung, tapi aku seneng dia kayak gini. Seneng banget.

"Kok malah senyum-senyum gitu sih?" tanya Gandi bingung.

"S-siapa yang senyum?" tanyaku gugup.

"Lo senyum-senyum Ra. Sama satu lagi," Gandi menggantungkan ucapannya.

"Satu lagi? Apaan?" tanyaku penasaran.

"Kenapa ibu perpus senyum-senyum ngeliatin kita?"

Aku langsung menengok ke belakang, dan di sana, ibu perpustakaan sedang tersenyum melihat aku dan Gandi, aku tersenyum kecil dan kembali melihat ke arah Gandi, "Mungkin, ibu perpustakaan nya lagi error kali ya," ucapku pelan.

"Hush ... lo kalo ngomong tuh ya," Gandi menyentil dahiku, "jangan ngaco."

Aku mengerucutkan bibirku mendengar perkataan Gandi.

Tanpa mereka sadari, mereka semakin akrab dan mulai menunjukkan sifat dan sikap mereka yang sebenarnya.

^^

"Mau ngapain nih?" tanya Grace yang sedang merebahkan badannya di tempat tidurku.

"Terserah, gue ikut aja." jawab Sheril sambil memainkan ponselnya.

Aku hanya mengangkat bahu menanggapi ucapan mereka. Karena besok adalah hari minggu, mereka -Sheril dan Grace- menginap di rumahku. Aku memperhatikan Grace dan Sheril secara bergantian, mereka sedang sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.
Grace yang sedang menatap langit-langit kamarku, dan Sheril, dia sibuk dengan ponselnya.

"Kamar lo nyaman banget, Ra. Gue suka," celetuk Grace.

Aku mengangkat sebelah alisku  "Masa?"

"Iya Ra. Tanya aja sama Sheril," ucap Grace tanpa memandang Sheril yang sedang serius dengan ponselnya.

"Sheril lagi terbang ke dunia lain, Grace," ucapku sambil melirik Sheril sekilas.

"Sheril, kalo gue ngomong itu dengerin dong!" teriak Grace tepat di telinga Sheril.

Sheril melempar ponselnya karena kaget mendengar ucapan Grace, "Lo gila ya?! Untung kelemparnya ke kasur, coba kalo ke bawah, bisa rusak nih hp. Lagian kenapa teriak-teriak sih?!" protes Sheril.

"Suruh siapa lo sibuk sendiri, gue ajak ngomong malah dikacangin," cibir Grace.

"Berisik deh lo berdua. Ntar dimarahin kalo berisik terus," ucapku jengah.

"Iya-iya maaf," ucap mereka kompak.

"Btw, yang bikin gambar di langit kamar lo kak Tara 'kan?" tanya Grace.

"Iya, kenapa?" tanyaku.

"Bagus. Kak Tara emang cowok idaman," Grace tertawa kecil.

Sheril menoyor kepala Grace pelan, "Dasar lo. Bang Dion mau dikemanain ha?"

"Eh, lupa. Tenang Sher, bang Dion tetap di hati," ucap Grace lalu tertawa.

"Najis," ucapku dan Sheril bersamaan.

"Kita maen Truth or Truth yuk!" ajak Sheril.

Aku tersenyum jail, "Yakin?"

"Oke, gue mau," jawab Grace.

Sheril tersenyum miring, "Iya gue yakin. Lo harus ikut, Ra."

"Oke gue ikut." jawabku santai.

"Dimulai dari siapa?" tanya kita bersamaan.

"Cie ... kompak," ucap kita. Lagi.

Kita bertiga saling tatap dan tertawa bersama.

"Gue dulu deh," ucap Sheril setelah tawanya berhenti.

"Oke, mm ... mau nanya apa ya gue?" tanyaku pada diri sendiri.

"Sheril, lo ada hubungan apa sama Alvian?" tanya Grace.

"Temen," jawab Sheril santai.

"Lo lagi chatan sama siapa tadi?" tanyaku pada Sheril.

"Alvian sama Gandi," Sheril menjawab dengan santai.

Deg. Harusnya lo jangan nanyain pertanyaan itu Ra, sakit sendiri 'kan denger jawabannya, batinku.

"Cie ... chatan sama cogan. Lo pilih mana diantara mereka?" Grace tersenyum jail.

"Sekarang giliran lo, bukan gue," cibir Sheril.

Drrttt ... drrttt ... drrttt ...

"Ponsel siapa tuh?" tanyaku dan Sheril kompak.

"Gue," Grace tersenyum memperlihatkan deretan giginya dan menjauh dari aku dan Sheril.

Aku tadi melihat layar ponsel Grace, dan aku tahu siapa yang menelepon Grace. SD. Siapa SD? Kenapa Grace sering ditelepon oleh orang itu?

"Ayo lanjut-lanjut," ucap Grace setelah sambungan teleponnya terputus.

"Siapa SD?" tanyaku dan Sheril cepat.

Grace terdiam. Dia menatapku dan Sheril bergantian.

*****
Yuhuuuuu :v
Gue kembali membawa part lima. Sorry kalo ada typo.
Vomment if you like it. Thanks.

Let It FlowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang