PART DUA PULUH SATU

2.4K 170 10
                                    

Waktu bisa merubah segalanya. Sam dan Rara sebangku sejak satu minggu yang lalu. Mereka sering belajar bersama, ke kantin bersama, ke perpus bersama, kemana-mana bersama. Pokoknya, dimana pun ada Rara, disitu ada Sam. Hal itu membuat Gandi sulit untuk mengobrol dengan Rara.

Bel istirahat berbunyi lima menit yang lalu dan Gandi belum beranjak dari tempat duduknya. Ia menelungkupkan kepalanya di atas meja. Gandi menegakkan tubuhnya karena sebuah tepukan di bahunya.

"Kenapa nggak ke kantin?" Sheril duduk di samping sahabatnya.

"Males jalan." jawab Gandi.

"Lo udah nyoba ngobrol sama dia lagi?"

"Cape, Sher. Gue cape usaha," ucap Gandi kesal. "Lagian kayaknya, Laura santai-santai aja tuh. Dia biasa aja gitu, kayak nggak ada galau-galaunya. Gue sama dia jadi kayak dulu, bahkan ini lebih parah."

Sheril menghembuskan napasnya, "Yaudah kalo gitu. Dia itu cuman pura-pura, Gan. Percaya deh sama gue, dia cuma pura-pura semuanga baik-baik aja. Terus bukannya apa-apa nih ya ... dua minggu lagi UN, mending lo jangan terlalu mikirin masalah ini."

"Iya gue tau." jawab Gandi singkat.

Sheril menepuk-nepuk bahu Gandi lalu berjalan meninggalkan Gandi sendirian.

^^

Kesempatan tidak datang dua kali. Sam bukannya memanfaatkan ini sebagai peluang untuk dia mendekati Rara, tapi waktu yang membuatnya seperti itu. Renggangnya hubungan Gandi dan Rara membuat Sam bisa bersama terus dengan Rara.

Sam tidak tahu apa yang membuat Rara dan Gandi jauh, dia sudah menanyakan tentang hal ini pada Rara. Dan Rara tidak pernah mau menjawab alasannya.

"Nanti jadi?" tanya Sam pada Rara. Mereja berjalan beriringan di koridor sekolah.

"Lo jangan sampe telat." jawab Rara.

Sam berjalan duluan lalu berbalik menghadap Rara.

"Jangan jalan mundur gitu. Nanti kalo lo jatoh, gue bakal ketawa," Rara tertawa pelan.

"Songong ya nih anak."

"Apaan? Gue bener, nanti kalo lo jatoh gue bakal ketawa."

Sam tetap berjalan mundur dan saat di depan pintu kelas, dia menyenderkan tubuhnya pada pintu kelas, "Aww ...," ringis Sam.

"Tuh 'kan," Rara mentertawakan Sam yang jatuh, ternyata pintu kelas tidak terkunci.

"Bukannya bantuin, malah ketawa," gerutu Sam.

"Mampus," ucap Rara ditengah tawanya. Dia membantu Sam berdiri sambil tertawa.

"Stop nggak?!" ucap Sam kesal.

"Bodo amat," Rara memasuki kelas sambil tertawa.

"Rara, usapin punggung gue kek," gerutu Sam sambil berjalan mengikuti Rara.

Rara tertawa lagi mendengar ucapan Sam, dan tawanya hilang saat matanya bertemu dengan mata seseorang. Dia mengalihkan pandangannya lalu berjalan ke tempat duduknya.

Sam yang menyadari perubahan pun langsung duduk di samping Rara lalu menepuk-nepuk punggungnya, "Sakit ... usapin."

"Kayak anak kecil," cibir Rara.

"Kamu tuh nggak boleh gitu ya sama pacar sendiri. Masa gitu banget sih, gue putusin coba."

"Yaudah putus," ucap Rara santai.

"Anjir," Sam menyentil jidat Rara, " kesel gue sama lo."

Rara memutar bola mata kesal, "Sama. Kesel juga sama lo."

"Gue nggak perlu tim KP buat mutusin lo," Sam mencebik.

Rara memutar kedua bola matanya mendengar ucapan Sam.

^^

Gandi mendengar semua pembicaraan itu dengan tangan mengepal. Dia baru tahu kalau ternyata Sam dan Rara pacaran. Dan kenapa sahabatnya nggak ada yang ngasih tahu dia? Gandi hanya bisa memendam kekesalannya karena guru pelajaran Fisika sudah memasuki kelas. Dia belajar dengan pikiran yang melayang kemana-mana.

^^

Gandi menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. Dia menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan menerawang.

Kata Alvian, Laura suka sama gue. Tapi kenapa dia malah jadian sama Sam? Terus, apa alasan Laura marah sama gue selama ini? Telpon dia? Tanyain semuanya? Harus gitu? Oke gue coba.

Gandi bangkit lalu duduk di atas tempat tidur dengan seragam sekolah yang masih dia pakai.

"Halo," ucapnya setelah panggilan tersambung.

"Halo Gandi, kenapa?"

"Kok lo yang ngangkat?"

"Gue lagi di rumah Rara. Kenapa?"

"Lauranya mana?"

"Di kamarnya."

Tuttt ... Tuttt  ... Tuttt ...

Gandi mematikkan sambungan telponnya.

Gandi membanting hpnya pelan, "Malahan David yang ngangkat 'kan! Tau gitu gue nggak nelpon Laura tadi."

"Gandi, jangan lupa belajar," ucap Mama daei luar kamar.

"Iya Mah, iya." Gandi membuka seragamnya lalu mengganti pakaian.

Gandi menatap pantulan dirinya di cermin lalu mendecak, "Yaudahlah. Intinya, lo harus lupain Laura mulai sekarang. Fokus belajar buat persiapan UN yang udah ada di depan mata. Forget her!"

*****
Yuhuuuu :v satu atau dua part lagi menuju ending. Makasih buat kalian-kalian yang udah baca+vote yaaa:*
Vommentnya jangan lupa;)
Buat sider, sampe kapan sider terus? Disiderin itu nggak enak loh. Rasanya tuh, kek kita nggak dianggap sama doi *asek kek yang punya doi aja* Ini udah mau ending lohh, udahanlah sidernya :v
Btw, maaf kalo ceritanya gajelas:'v

Let It FlowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang