PART ENAM BELAS

3K 190 5
                                        

Rara menelungkupkan kepalanya di atas meja. Di kelas masih sepi, sepertinya dia datang terlalu pagi. Rara kembali teringat dengan gambar yang dikirim Gandi semalam. Gambar Rara yang dibikin oleh Gandi dari hasil candidnya.

^^

Gandi meminum susunya dengan cepat, "Udah telat nih, Mah. Randi lo buruan kek, lama banget makannya."

"Iywa-iywa bhentawr. Hikit lagwi nwih," ucap Randi dengan mulut yang penuh makanan.

"Ssttt ... nggak boleh ngomong kalo lagi makan, ntar kamu keselek. Lagian kalian 'kan naik motor. Kenapa takut banget telat sih? Entar bawa motornya ngebut, biar cepet sampe," ucap mama mereka berdua.

"Ada ya, mama kayak gitu, nyuruh anaknya ngebut," Gandi geleng-geleng kepala, "gue duluan. Gandi berangkat, Mah. Assalamu'alaikum," Gandi mencium tangan mamanya.

"Wa'alaikumsalam. Hati-hati ya, jangan ngebut."

Gandi menggelengkan kepala mendengar ucapan mamanya. Tadi disuruh ngebut, sekarang disuruh jangan ngebut. Mama labil. Gandi memakai helm lalu menstarter motornya dan melajukannya dengan kecepatan sedang.

Sesampainya di sekolah, Gandi berlari di koridor yang sudah lumayan menuju kelasnya. Gandi memasuki kelasnya dengan napas ngos-ngosan.

"Tumben, telat," ucap Rara.

"Kesiangan," ucap Gandi yang masih mencoba untuk menstabilkan napasnya kembali.

Rara menganggukkan kepalanya dan kembali mengobrol dengan Sam.

^^

Gandi memperhatikan Rara yang sedang mengobrol dengan Kikan di bangku depan. Dia tersenyum saat melihat senyuman Rara yang menurutnya manis.

"Ngeliatin mulu gebetan gue lo," ucap Sam yang entah dari kapan sudah duduk di samping Gandi.

Gandi mendengus, "Dia sahabat lo, dan dia gebetan gue."

"Sahabat yang jadi gebetan," Sam tersenyum lebar.

Gandi menjitak kepala Sam, "Jangan ngambil dia dari gue."

"Dia dulu suka sama gue, Gan," Sam tertawa kecil.

Gandi menaikkan sebelah alisnya, "Dulu, itu dulu. Sekarang, ya sekarang."

"Terserah lo deh," Sam berdiri dan berjalan keluar kelas.

"Mau kemana?" tanya Rara tiba-tiba.

Sam berhenti berjalan lalu menengok ke belakang, "Ke kantin, gue bosen, Ra."

"Ikut," Rara berdiri dan berjalan menghampiri Sam.

"Yuk!" ajak Sam sambil manggenggam tangan Rara.

Gandi hanya memperhatikan mereka berdua dalam diam. Dia bingung dengan cara apa dia harus membuat Rara suka padanya. Dia bingung bagaimana cara agar dia dan Rara bisa menjadi dekat, bukan dekat dalam artian sahabat, tapi dekata dalam artian gebetan.

Gandi mengeluarkan ponselnya dari saku, dan membuka aplikasi LINE. Dia membuka grup chat dengan Alvian dan Randi.

Chat Grup

Gandi: Cara ngedeketin cewek gimana sih? Cara buat cewek peka sama perasaan gue gimana?
Randi: Lo kerasukan setan apaan?
Alvian: Lo kerasukan setan apaan? (2)
Gandi: Gue serius.
Randi: Kodein terus.
Alvian: Lo mah santai-santai aja sih. Gue liat dia lewat tadi sama David.
Randi: Wait!
Randi: Siapa cewek yang dimaksud sama kalian? Rara?
Alvian: Yup. Rara, sahabat kita.
Gandi: Laura my mine.
Randi: Kok gue baru tau?
Alvian: Karena lo kudet.
Gandi: Udah ah. Gue mau ke kantin.
Alvian: Orang ketiga itu setan, Gan.
Gandi: Bodo amat..

Gandi menyimpan ponselnya ke saku lalu berjalan keluar kelas. Otaknya berpikir keras, bagaimana cara membuat Rara peka dengan perasaannya. Rara sudah tahu kalau Gandi menyukainya. Tapi Rara tidak memberikan respon apa pun. Dan Gandi bingung harus berbuat apa.

^^

Rara meminum jus jeruk yang dia pesan. Dia melihat ke sekeliling kantin yang masih sepi. Maklum, masih jam pelajaran. Tapi karena kelas dia tidak ada guru, dia memutuskan untuk ikut ke kantin bersama Sam. Dia lelah belajar terus, dan hari ini, sepertinya dia tidak akan belajar sendiri. Khusus untuk hari ini, dia akan menghabiskan waktu dengan membaca novel atau main.

"Ngelamunin apaan sih, Ra?" Sam yang melihat Rara dari tadi melamun pun menegurnya.

Rara nyengir lalu menggelengkan kepalanya, "Bosen." ucapnya.

"Nanti pulang sekolah mau kemana? Ada acara?" tanya Sam.

"Hai," Gandi tiba-tiba datang dan duduk di samping Rara, "cek ponsel lo, Ra."

Rara menaikkan sebelah alisnya. Dia mengabaikan pertanyaan Sam, lalu mengambil ponselnya yang ada di saku. Dia mengerutkan kening saat tidak melihat apa pun yang aneh pada ponselnya. Tidak ada notif apa pun. Tapi, saat dia mau menyimpan ponselnya kembali, ponsel miliknya bergetar. Rara menghela napas, dia melihat ponselnya lalu menengok ke arah Gandi.

Gandi: Laura, ntar pulang sekolah gue mau ngajakin lo main. Harus mau.

Gandi tersenyum lebar saat Rara menatapnya. Dia menyimpan ponselnya tanpa berniat menunggu jawaban dari Rara.

Sementara Sam, dia melihat Gandi dengan kesal.

"Nanti pulang sekolah mau kemana? Ada acara apa nggak, Ra?" tanya Sam lagi.

"Eh?" Rara menengok ke arah Sam, "gue mau main, Sam. Kenapa emang?"

"Oh, nggak. Tadinya gue mau ngajakin lo belajar bareng." jawab Sam.

"Gue hari ini males belajar, Sam. Kapan-kapan aja ya," Rara tersenyum kecil.

^^

Bel pulang sekolah sudah berbunyi lima menit yang lalu. Rara dan Gandi sedang bersama sahabat-sahabatnya di kelas 12 IPA2. Sheril, Alvian, Grace, dan Randi memperhatikan Gandi yang kelihatan aneh.

"Lo kenapa deh?" tanya Alvian.

"Nggak. Gue gapapa. Udah belum sih nyalinnya? Lama amat," ucap Gandi pada Randi yang sedang menyalin catatan jam pelajaran terakhir tadi.

"Duluan aja sana," ucap Randi akhirnya.

"Lo sama Rara mau kemana sih?" tanya Grace.

"Main."

"Belajar."

Rara dan Gandi menjawab pertanyaan Grace bersamaan, tapi dengan jawaban yang berbeda.

"Kata lo, lo mau ngajakin gue main, Gan." ucap Rara bingung.

Gandi menggaruk tengkuknya, salah tingkah, "Iya, main maksudnya."

Alvian dan Randi tertawa melihat Gandi yang seperti orang bodoh.

"Abang udah gede ya, seneng dede," ucap Randi so' manis.

"Najis. Jijik." Gandi menarik tangan Rara keluar dari kelas, "duluan." ucapnya.

Rara melambaikan tangannya sambil tersenyum. Dia berjalan di samping Gandi dalam diam. Tidak mau berkomentar apa pun. Gandi nggak bakal nembak 'kan? batinnya.

"Eh? Kok ke tempat parkir motor?" tanya Rara.

"Kita naik motor," Gandi tersenyum lalu menuodorkan helm pada Rara.

Rara melepas genggaman tangan Gandi lalu meenggeleng, "Nggak. Gue ngak mau. Pokoknya gue nggak mau."

Gandi menyimpah helmnya di jok motor lalu mendekatkan badannya pada Rara, "Nggak bakal kenapa-kenapa kok, Laura. Percaya sama gue," ucapnya.

"Gue takut, Gan."

Gandi menangkup kedua pipi Rara lalu tersenyum, "Kalo lo naik motornya sama gue. Lo pasti aman. Udah ayo!" Gandi memakaikan helm dikepala Rara. Lalu menaiki motor ninjanya. Sebenernya, ini motor Randi. Gandi sengaja meminjam motor ini untuk mengajak Rara jalan-jalan.

"Ayo naik," Gandi tersenyum pada Rara yang sedang menatapnya ragu. "Percaya sama gue," ucapnya tersenyum menenangkan.

*****
Part 16 gaes! Selamat membaca, jangan lupa vomment biar gue semangat lanjutinnya wkwk. Makasih yang udah baca cerita ini:*

Let It FlowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang