PART DUA

4.9K 304 8
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 07:15 WIB, tapi Sheril belum datang. Kemana dia? Pasti dia bersantai-santai karena hari ini masih bebas. Hm, tipikal Sheril.

Aku, Grace, Gandi, dan Randi, -mereka kembar- sekarang sedang berada di kantin, menunggu Sheril.
           
"Sheril kok belum dateng ya?" tanya Randi.

"Palingan juga dia agak siangan ke sekolahnya." cibir Grace.

Gandi hanya mengangkat bahu cuek, "Gue ke kelas Sheril dulu ya, kali aja dia udah dateng." ucap Gandi sambil berdiri.

"Iya gih sana," Randi mengibaskan tangannya.

Gandi berjalan menjauh.

Aku, Randi, dan Grace mengobrol hal-hal yang random.

"Tahu enggak?" Grace mengkibaskan rambutnya.

"Apaan?" tanyaku datar.

Grace mengerucutkan bibirnya, "Responnya gitu banget, Ra."

Aku memutar bola mata, "Gue enggak tahu lo mau ngomong apa, Grace."

"Gue juga gatau gue mau ngomong apa." ucap Grace polos.

"Pikun dasar," cibir Randi, "Lo duduk sama abang gue, Ra?" tanya Randi padaku.

Aku mengangguk, "Iya. Kalian bertiga enak, sekelas." keluhku.

"Yang sabar ya. Pasti garing sebangku sama si Gandi," Grace terkekeh.

Randi menghabiskan minumannya -yang entah ke berapa gelas-,"Entar kalo udah biasa enggak kok, Ra."

"Eh, Sheril duduk sama siapa?" tanyaku.

"Sendiri. Yang lain udah punya temen sebangku semua soalnya." jawab Grace.

Aku menganggukan kepalaku.

^^

Setelah Gandi dan Sheril bergabung di kantin, kita menghabiskan pesananan masing-masing, dan langsung duduk di pinggir lapangan, nyari udara segar sambil melihat siswa-siswi yang lagi MOS.

Saat aku sedang melihat murid-murid yang sedang di beri arahan oleh panitia, tiba-tiba Sheril dan Grace berdiri dari duduknya, "Mau pada kemana?" tanyaku.

"Mau ke kelas." jawab Sheril, "Grace pengen tidur katanya. Mau ikut?"

"Temenin gue aja Ra, entar gue
sendirian, Si Randi 'kan gabung sama anak-anak basket." ucap Gandi tiba-tiba sambil melirik Sheril sekilas.

Aku mengerjapkan mata.

"Jadi gimana? Lo mau disini aja Ra?" tanya Sheril tersenyum.

Aku hanya bisa mengangguk kaku, dan memperhatikan Sheril dan Grace yang semakin menjauh.

Huh! Gandi kenapa minta temenin coba. Oke Laura, tenang. Tarik napas, buang, tarik napas, buang, tarik napas, buang. Kamu harus mulai terbiasa dengan ini. Masa iya sama sahabat sendiri canggung gini. Ck. Hening.

Gandi berdehem, "Ngomong dong, Ra."
                     
"Ngomong apaan?" Aku mengerutkan dahi, bingung.

"Nah gitu dong. Ngomong, jangan diem aja." ucap Gandi.

"Apaansih Gan? Gajelas lo." Aku tertawa kecil.

Gandi hanya menatapku dan tersenyum.

Tawaku berhenti. Gandi jarang tersenyum, dan sekarang, "Kenapa?" tanyaku pada Gandi.

"Enggak, gapapa." Gandi tersenyum. Lagi.

Aku memalingkan wajahku ke arah lain. Detak jantungku abnormal. Gini nih, kalo ditinggal berdua sama Gandi, pasti kayak gini. Lagian Gandi kenapa senyum terus coba, kerasukan setan kali ya.
             
"Liatin apasih, Ra?" tanya Gandi tiba-tiba.

Aku menengok kearah Gandi.

Gandi. Dia, tepat beberapa senti di depan mukaku, sedang melihat ke arah lapangan, mencari-cari objek yang tadi ku perhatikan.

Dia kembali melihat ke arahku, kaget. Ya sepertinya itu yang dia rasakan, karena mata dia melotot ke arahku. Aku mendorong mukanya menjauh, lalu mengembuskan napas pelan.

Gandi menggaruk tengkuknya salah tingkah, "Uhm... ma-maaf, Ra."

"Gue nggak bisa napas kalo muka lo deket-deket gue."

"Maksud lo, Ra?"

Aku mengerjapkan mata, "Eh? Apaan? Emang tadi gue ngomong apaan?"

Gandi mengerutkan dahinya, "Engga ada. Yaudah lupain aja." ucapnya.

Aku hanya mengangguk ragu.

"Woi! yang lain pada kemana?" tanya Randi yang sekarang sudah duduk di sampingku.

"Ke kelas. Grace ngantuk katanya." jawabku sambil tersenyum.

Randi manggut-manggut, "Kenapa bang? Kok lo diem aja?" tanyanya ke Gandi.

"Gapapa." jawab Gandi singkat.

"Ck. Singkat. Padat. Jelas. Tipikal Gandi, hm?" cibir Randi.

Aku terkekeh kecil, "Jangan gitu dong Ran, dia 'kan abang lo sendiri."

Gandi menempeleng kepala Randi, "Denger tuh! Nggak sopan lo sama abang sendiri!"

"Gaya lo! Kita cuman beda lima menit doang Gan." cibir Randi.

"Biarpun cuman lima menit, tetep aja gue abang lo. Yang keluar duluan kan gue." sewot Gandi.

"Iya abang, iya. Kayak cewek lo!"

Aku mengerjapkan mata, baru kali ini aku melihat Gandi seperti ini.

"Kenapa?" tanya Gandi dan Randi bingung.

Aku menggeleng, "Gapapa. Mending sekarang kita ke kelas yuk, nyusul Grace sama Sheril." ajakku.

"Yuk! Pasti Grace lagi ngorok deh. Hahahah." ucap Randi sambil tertawa.

Aku dan Randi berjalan menuju kelas. Gandi, dia ngintilin kita dari belakang, sambil bersedekap. Enggak tahu deh kenapa, aneh.

^^

Grace sedang duduk di depan kelas dengan wajah ditekuk, "Kenapa sayang?" tanya Randi sambil merangkul bahu Grace.

"Sayang-sayang pala lo peyang!" Grace menepis rangkulan Randi.

"Kenapa sih, Grace?" tanyaku sambil duduk di sampingnya.

"Sheril nyebelin! Masa dia ninggalin gue sendiri pas gue lagi tidur coba...," Grace mengerucutkan bibirnya.

"Dia pulang? Kok ngga bilang-bilang?" tanya Gandi.

Grace mengangkat bahunya.

"Yaudah kita juga pulang yuk!" ajak Randi, "Engga ngapa-ngapain ini disekolah nya juga."

"Bentar. Gue ngambil tas dulu." Aku berdiri dan berjalan menuju kelas.

"Kok enggak nungguin gue?" tanya Gandi, yang sekarang baru memasuki kelas. Kelas kosong. Cuma ada kita berdua.

Aku melihat ke arah Gandi, "Gue lupa." ucapku pelan.

Gandi mengambil tasnya dan berjalan mendahuluiku, "Kok ninggalin?" tanyaku.

"Gue lupa." ucapnya datar.

Ck. Dasar Gandi.

***
Kritik dan saran nya ditunggu ya:v
Wajib vomment.  Gakdeng, canda wkwk
Vomment if you like it! Thanks^^

Let It FlowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang