Murid-murid berlalu-lalang di koridor sekolah. Ada yang mengobrol, bercanda, berargumen, pacaran, belajar, ngemil, bahkan menangis -kayaknya dia abis putus sama pacarnya-.
Gandi berjalan di koridor sambil memainkan ponselnya. Walaupun sudah menabrak orang beberapa kali, dia tetap fokus pada ponselnya. Pokemon Go, ya, dia sedang bermain permainan yang sedang hitz itu. Saking fokusnya pada ponsel, saat dibelokan koridor, dia menabrak -lebih tepatnya ditabrak- orang yang sedang berlari.
Ponsel Gandi terlepas dari tangannya, Gandi jatuh terjengkang dengan seseorang yang berada di atas tubuhnya.
Awalnya, Gandi ingin memarahi siapa pun orang yang telah menabraknya itu. Ponselnya terpental, permainannya tertunda, dan dia terjengkang di koridor yang ramai. Tapi saat dia ingin menyemprot si pelaku, dia membulatkan matanya. Dia tahu betul siapa yang ada di atas tubuhnya ini, walaupun orang itu memalingkan wajahnya, dia tahu siapa cewek ini.
"Lau ... Laura," Gandi tertawa pelan sambil menepuk bahu cewek yang ada di atas badannya.
Laura cepat-cepat bangun tanpa melihat ke arah Gandi. Dia membereskan seragamnya yang kusut lalu melihat ke sekeliling. Siswa-siswi yang ada disitu tertawa melihat tingkah Rara.
Rasanya gue pengen jadi kecil sekarang juga. Keciiiiiiiiiiill banget. Lebih kecil dari semut, batin Laura.
"Lo nggak apa-apa 'kan?" Gandi mengusap bahu Laura. Dia mengambil ponsel yang berada tidak jauh dari posisinua dan menyuruh murid yang berada di dekat mereka untuk bubar.
Rara menutup mukanya dengan telapak tangan lalu menggelengkan kepalanya.
"Malu ...," suaranya teredam karena telapak tangan yang masih menempel.Gandi menuntun Rara yang masih menutup mukanya ke taman. Dia tertawa saat melihat Rara yang ragu melangkahkan kakinya.
"Lagian kenapa bisa lari-larian gitu sih?" tanya Gandi setelah mendudukan Rara, "coba turunin tangan lu, Lau, udah sepi kok. Kita lagi di taman."Rara menurunkan tangannya perlahan, dia menatap Gandi dengan pipi yang merah karena menahan malu. Dia memalingkan mukanya saat Gandi tertawa.
"Sorry ... sorry ... lo lucu sih," Gandi mengacak puncak kepala Rara.
"Mau diceritain nggak nih jadinya?" tanya Rara dengan bibir mengerucut.
"Gimana-gimana? Kenapa bisa gitu?"
"Jadi gini ... 'kan tadi gue lagi maen ToD sama Grace, Sheril, Salsa. Terus pas giliran gue, gue milih Dare, eh si Grace ngasih Darenya parah. Kalo yang lain sih mending."
"Emang Grace ngasih Dare apa?"
"Dia nyuruh gue megang salak. Dia maksa gue, terus pas gue lari dia ngejar gue. Gue kira dia masih ngejar, jadi gue cepetin larinya, eh tiba-tiba gue nabrak lo deh. Dan begonya, ternyata Grace berenti ngejar gue," Rara memukul bahu Gandi, "ngeselin banget 'kan. Malu-maluin, untung gue nabrak lo, coba kalo cowok lain, bisa malu sampe mampus gue."
"Waw ... Laura ngomongnya panjang banget," Gandi menggeleng-gelengkan kepalanya, "cepet banget lagi."
"Ish," Rara menghentakan kakinya.
"Emang kalo cowoknya gue nggak malu gitu?" Gandi mengangkat sebelah alisnya, "terus ... ada apa sama salak?"
"Gue nggak suka salak, gue takut takut salak. Pokoknya gue anti salak. Fix. Dan soal gue malu apa nggak nabrak lo, jawabannya, gue malu. Tapi nggak malu banget. Soalnya 'kan lo sahabat gue."
Gandi tersenyum miris mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Rara.
"Oh iya ... sahabat. Oh iya lagi ... yang waktu itu gue meluk lo, anggep aja itu pelukan persahabatan ya."Rasa kesal Rara hilang saat mendengar ucapan Gandi. Dia medelik, "Maksud lo?"
"Maksud gue ... udahlah. Lupain aja soal gue meluk lo itu. Oke?"
Rara menggelngkan kepalanya lalu berjalan meninggalkan Gandi. Sementara yang ditinggalkan hanya diam menatap Rara dari belakang.
Dia meluk gue, dia bilang dia nyaman. Terus tiba-tiba dia nyuruh gue ngelupain hal itu? Ck. Terus selama ini, perhatian dia sama gue, itu cuman sekedar perhatian dari sahabat, gitu? Ish dia itu cowok apa bukan sih? batin Rara kesal.
^^
Kantin penuh dengan siswa-siswi yang kelaparan, mereka berusaha keras untuk memesan makanan, menerobos, mendorong, bahkan sampai ada yang jatuh karena mengijak tali sepatunya sendiri.
Gandi memperhatikan Rara dan Sheril yang sedang mengantri didepan gerobak mie ayam. Sebenarnya, Rara yang menjadi titik fokusnya. Rara jadi pendiam di kelas, dia kembali menjadi Rara yang dulu. Dan Gandi bingung dengan perubahan Rara. Gandi masih betah memperhatikan Rara, sampai mata mereka bertemu. Rara menatapnya dari sana, tapi hanya sebentar. Karena setelahnya, Rara memalingkan mukanya.
"Lo kenapa sih?" tanya Alvian yang melihat Gandi tidak seperti biasanya.
"Gue salah apa ya sama Rara? Kok dia jadi berubah kayak dulu lagi," ucap Gandi dengan pandangan yang masih terfokus pada Rara.
"Mungkin karena tadi pagi lo nggak berangkat bareng dia."
"Bukan itu, dia tahu kenapa gue nggak bisa bareng dia."
"Mungkin karena kejadian tadi pagi."
"Tadi pagi? Soal tabrakan? Kita biasa aja kok. Eh bentar ... tadi pagi," Gandi melotot menatap Alvian, "tadi pagi gue bahas soal gue yang meluk dia."
"Meluk?!" tanya Alvian kaget.
"Aish ...," Gandi mengacak rambutnya, dia jadi membeberkan hal yang seharusnya tidak diketahui oelh sahabatnya itu.
"Woy Gandi, lo meluk Rara? Meluk gimana sih? Di mana lo meluk dia?" tanya Alvian tidak sabar. Untung mereka cuma berdua, coba lalo ada Randi. Bisa-bisa satu sekolah tahu kalau Gandi meluk Rara.
Karena Gandi bingung harus menjawab apa, jadi dia menceritakan kejadiannya pada Alvian. Kejadian saat dia memeluk Rara dan kejadian tadi pagi.
"Bego."
Kata pertama yang keluar dari mulut Alvian saat Gandi selesai bercerita. Gandi menatap Alvian kesal lalu menjitak kepalanya.
"Lo bego banget sih, Gan. Anjir," Alvian menggeleng-gelengkan kepalanya heran.
"Kenapa sih? Gue salah lagi?"
Alvian menepuk jidatnya, "Lo tuh, kalo jadi cowok harus peka dikit."
"Kek lu nya peka aja waktu sama Sheril dulu," cibir Gandi.
"Jangan bahas gue, oke? Itu udah berlalu. Yang penting sekarang gue udah lumayan peka sama kode-kode cewek."
"Terserah lo."
"Lo itu bego, Gan. Lo udah bilang, lo nyaman pas meluk dia, terus lo malah nyuruh dia lupain hal itu. Ckckck. Selama ini ... gue ngeliatnya, lo itu perhatian banget sama Rara, dan dia ngerespon lo. Kayaknya nih ya, dia suka sama lo. Dan sekarang, lo nya kayak gini. Kan tai."
"Kok lo yang nyolot sih?" protes Gandi.
"Lo bego sih, jadi gue nyolot."
"Stop bilang gue bego!"
"Siapa yang bego?" tanya Randi yang baru saja duduk di depan mereka.
"Lo." jawab Gandi dan Alvian kompak.
*****
Happy reading! Vommentnya jangan lupa. Jangan sider terus:*
And ... Happy satnight guys! :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Let It Flow
Teen FictionAku bingung dengan perasaanku sendiri. -Laura Veronika Do not expect, Let it Flow. Cover by: Fara Publish: Jum'at, 18 Maret 2016