01

886 71 97
                                    

By: ChimJr_Park


Aku melangkah mundur beberapa langkah hingga terasa punggungku menyentuh tembok dibelakangku. Dengan lemah pisau yang ada digenggamanku terlepas begitu saja sampai terbanting ke lantai. "Ini kesalahan kalian yang sudah membuatku terpaksa melakukan ini" ucapku dengan suara bergetar menatap darah yang membanjiri kedua tanganku
***

"Mejanya selalu saja berantakan seperti ini jika sudah bekerja" tatapku pada meja milik Jimin dihadapanku. Jimin sedang ada rapat penting makanya ia sedang tidak ada diruangannya. Akhir-akhir ini memang ia sangat sibuk karena perusahaan yang dipimpinnya ini sedang dalam masa berkembang pesat.

Meja kerjanya sudah hampir selesai kubereskan tinggal beberapa kertas lagi yang harus disusun. Namun tiba-tiba saja mataku tertuju pada sebuh kotak kecil berwarna hitam saat aku membuka laci mejanya. Karena penasaran aku segera membuka kotak tersebut dan ternyata didalamnya ada sepasang anting yang sangat cantik beserta lipatan kertas kecil. Aku membuka lipatan kertas itu dan membaca tulisan didalamnya.

'Terima kasih sudah membantuku dan mendukungku dalam bekerja sampai sejauh ini. Aku mencintaimu. Maukah kau menjadi pacarku?'

"Aw, Jimin sangat manis. Mungkinkah ini untukku?" Batinku setelah membaca pesan dikertas itu. "Aku akan menunggunya sendiri yang memberikannya padaku." Aku segera meletakkan kembali kotak itu ke tempatnya semula dan melanjutkan membereskan dengan perasaan senang yang menyelimutiku.
***

"Anting ini seharusnya menjadi milikku, jadi tidak seharusnya kau memakainya" ucapku pada tubuh seorang wanita yang telah terbujur kaku dihadapanku dengan darah yang telah menghiasi tubuhnya. Dengan kasar dan paksa aku melepaskan anting yang dipakainya. Dan dengan langkah gontai aku berjalan menuju seorang pria yang sedang terikat disebuah kursi. Dia adalah Jimin, pria yang sangat aku cintai dan bahkan bisa membuatku tergila-gila sampai saat ini.

"Yeri, sadarlah! Hentikan semua ini!" Ucap Jimin dengan tenaga yang apa adanya. Tampaknya ia sudah kehabisan tenaga setelah terus memberontak ingin membebaskan diri sedari tadi.

"Tak sadarkah kau jika selama ini aku selalu melakukan apapun untukmu agar kau sadar jika aku menyukaimu?" Tanyaku pada Jimin sambil mengelus wajahnya yang sudah dibanjiri air mata dan keringat, namun ia tetap saja terlihat sempurna dimataku.

"Tapi cara yang kau lakukan ini sangat salah apalagi kau sudah membunuh Hayoung, sahabatmu sendiri" ucapnya dengan nada putus asa dan menatapku dengan mata teduhnya.

"Ini bukan salahku! Ini salahmu sendiri yang memilih Hayoung, Hayoung dan Hayoung sampai kau melupakanku!" ujarku dengan nada yang meninggi, "padahal aku yang lebih bekerja keras dan selalu ada untuk membantumu dibandingkan dengan Hayoung. Bahkan aku rela melakukan apapun untukmu!" Ujarku sambil berjalan untuk memungut pisau yang tergeletak begitu saja dilantai.

"Hentikan, Yeri! Maafkan aku, aku salah namun perasaan tidak bisa dipaksakan dengan cara yang seperti ini, Yeri! Kalian berdua adalah wanita yang sangat berharga untukku, kita sudah bersama sejak awal jadi tidak seharusnya ini semua terjadi" Mohon Jimin dengan suara tertatih yang bagiku malah terdengar seperti permohonan untuk mempercepat kematiannya.

"Bohong! Yang ada dipikiranmu hanyalah ada Hayoung seorang, tidak pernah ada diriku, bahkan sedikitpun! Kau sudah menyakitu hatiku, Park Jimin! Tapi tenang saja karena aku memaafkanmu hanya saja jika aku tidak bisa memilikimu maka tidak ada juga yang boleh memilikimu!" Ujarku sambil berjalan cepat ke arahnya dan menusukan pisau yang berada ditanganku tepat dijantungnya.

"Sekarang kau pasti bisa merasakan sakitnya yang kurasakan. Kita impas dan sekarang kau adalah milikku, selamanya hanya untukku tanpa penolakan" ujarku sambil memakai anting yang sedari tari ada digenggamanku dan kemudian memeluknya tubuh Jimin yang sudah tidak bernyawa.

DRABBLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang