19

203 26 71
                                    

By : Icha_Chu

Dia Kim Jongin. Pria yang aku kenal pertama kali adalah pria yang sangat baik. Mata coklatnya, rambut hitamnya, kulit tan nya, dan suara sedalam lautannya selalu membuatku jatuh cinta padanya. Tangan hangatnya yang selalu menggenggamku dan bahunya yang selalu menjadi sandaranku, dialah satu-satunya.

"Kai..." Panggilku padanya yang sedang membaca sebuah buku.

Aku tahu dia suka membaca. Dia hanya menatapku dengan tatapan -kenapa? Aku tersenyum padanya dan dia pun membalas senyumanku.

"Kau mau coklat panas?" Tanyaku padanya. Mengingat ini musim dingin jadi meminum coklat panas akan sangat nikmat.

"Boleh sayang" Jawabnya dan kembali kepada buku bacaannya.

Aku segera menuju ke dapur guna untuk menyiapkan dua cangkir coklat panas. Sedari tadi rasanya aku terus saja tersenyum. Setiap bersama dengan Kai aku selalu tersenyum, entahlah mungkin aku sudah gila. Yeah, gila karena cinta dari Kim Kai.

Setelah aku selesai bergelut dengan coklat panas, akhirnya selesai juga. Aku mengangkat nampan berisi dua cangkir coklat panas dan beberapa biskuit yang akan cocok bersama.

"Biar kutebak, kau pasti membuatnya dengan cinta" Ujar Kai sesaat setelah menyesap coklat panasnya. Tak tahu harus membalas dengan apa, aku hanya tersenyum.

"Aku bisa tahu, karena rasanya sangat enak!" Pujinya lagi dengan kumis coklat diatas bibirnya.

"Aishh, apa kau sengaja melakukannya? Seperti anak kecil saja" ungkapku sambil membersihkan coklat yang ada diatas bibirnya dengan tisu.

"Ia tersenyum dan kembali menghadap ke buku yang sebelumnya ia baca"

Terkadang jika ia sedang sibuk dengan dunianya sendiri, aku merasa bosan. Kalian bisa membayangkannya bagaimana bosannya kalian jika hal yang sama terjadi seperti itu?

2 jam kemudian

"Sayang?" Panggilnya mencoba memastikan apakah aku masih terlelap.

Sepertinya membuat ia juga kesal akan menyenangkan. Dia bisa merasakan kebosanan yang sama dengan yang kurasakan saat ia sedang sibuk sendiri.

"Kau sudah tidur?" Tanyanya lagi.

"Ya" Jawabku dan ia tertawa renyah.

"Kau sedang marah padaku?" Ia membalikkan badanku agar mengahdap padanya.

Aku menatapnya dan mencoba untuk membuat raut wajahku sejelek mungkin.

"Jadi kau benar-benar sedang marah padaku?" Ulangnya dengan senyuman yang masih terpampang diwajahnya.

"Jangan bebicara padaku," Sahutku dan kembali tidur.

"Huh, dia manis sekali jika seperti ini" Gumamnya dan aku tentu masih bisa mendengarnya.

Cahaya matahari menulusuk kedalam kamarku, ah maksudku kamar kami. Aku menoleh ke samping dan mendapati pria berkulit perunggu ini masih terlelap dengan wajah lucunya. Jika sedang seperti ini rasanya ingin sekali aku memeluknya, sebelum kuingat bahwa sekarang aku sedang berakting untuk marah
padanya.

Aku keluar kamar dan menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. Yah walaupun ceritanya aku sedang marah, tapi tetap saja aku harus memenuhi tuntukanku sebagai seorang istri.

"Good morning, sayang" Bisiknya tepat ditelingaku. Ia memelukku daro arah belakang. Bisa kurasakan napasnya berhembus halus di tengkukku.

Aku membalikkan tubuhku dan mencoba menatapnya.
"Kan sudah kubilang, Kai. Aku sedang marah padamu, jadi kumohon jangan berbicara padaku" Timpalku menekuk alis mengaplikasikan raut wajah kesal.

"Astaga, kalau seperti ini rasanya aku ingin membawamu ke ranjangku" Lontarnya,

"Bodoh" Gumamku berusaha tidak mempedulikannya.

Dua piring pancake dan susu hangat menemani sarapan kami di pagi yang dingin ini. Selama sarapan juga kami saling berdiam diri. Sebenarnya dia terus mencoba untuk berbicara padaku, tapi aku terus saja mengacuhkannya. Dan anehnya lagi ia malah membalasnya dengan senyuman.

"Aku sudah selesai," Ia membersihkan bibirnya dengan tisu, "Aku pergi, kau jaga rumah baik-baik" Lanjutnya dan melangkah pergi setelah meraih tasnya.

Kurasa dasinya belum tersimpul rapi.

Dia berbalik sebelum keluar dari pintu.
"Jam tujuh malam, aku akan menjemputmu. Kau dandan yang cantik, oke" Lontarnya.

Astaga, dasinya masih berantakan. Aku tidak bisa membiarkan yang seperti ini.

Menghilangkan gengsi, dan menepis semuanya aku mengahmpirinya dan merapikan simpul dasinya.

"Kau sudah tidak marah lagi?"
Tanyanya saat aku sedang menyimpul dasinya.

"Jangan ge-er!" Balasku setelah menyelesaikan tugasku.

"Gomawo" Ucapnya mengecup keningku dan segera berangkat.

Jam yang bertengger manis di dinding ruang keluarga telah menunjukkan pukul 06.15. Dan kini aku juga sudah siap untuk pergi dengan Kai. Entahlah, aku tidak tahu kemana ia akan membawaku pergi. Mungkin sekedar makan malam di restoran.

Lima menit lagi sudah pukul tujuh dan suara klakson mobil sudah terdengar di luar rumah. Sepertinya itu dia.

Aku membuka pintu mobil dan kudapati ia sedang tersenyum padaku. Aku sungguh sangat suka dengan senyumannya.

"Kau selalu cantik seperti ini, aku suka" Ucapnya dan kemudian melajukan mobil setelah aku selesai memasang seat belt.

"Kita mau kemana?" Tanyaku.

"Nanti kau juga akan tahu sendiri" Jawabnya masih fokus dengan jalan raya.

Kami pun tiba di sebuah restoran klasik yang terlihat sunyi. Apa ini benar-benar bisa disebut restoran? Sepertinya aku sempat melayang dalam pikiran sendiri hingga lupa pada Kai. Namun, ia kemudian membuyarkan lamunanku dan segera menggenggam tanganku memasuki restoran itu.
Sebenarnya restoran ini cukup nyaman, tapi aku sendiri bingung, kenapa bisa sesepi ini?

Alunan musik merdu nan manis melantun di udara. Asap mengepul keudara keluar dari steak hati angsa yang telah berada dihadapan kami. Sungguh aku sangat suka dengan steak hati angsa.

"Hmm, rasanya lezat sekali" Pujiku. Setelah merasakan rasa gurih yang meleleh di dalam mulutku ini.

"Suka?" Tanya pria dihadapanku lagi-lagi dengan senyumannya.

Aku hanya mengangguk.

Selang beberapa saat, kami telah selesai. Namun tetap memilih duduk disini sambil menyesap coklat panas. Memang benar jika coklat panas sangat cocok untuk cuaca dingin begini.

"Aku punya sesuatu untukmu" Lontarnya. Aku menatapnya.

Dia mengeluarkan sebuah boneka beruang dari sebuah paper bag. Bonekanya memang tidak begitu besar, tapi itu sungguh menggemaskan.

"Untuk apa?" Tanyaku lagi. Tunggu dulu, sejak kapan boneka ini ada disana?

"Tidak untuk apa-apa" Jawabnya seadanya. Dia memang selalu seperti itu kan? Bertanya seadanya dan menjawab pun seadanya.

Setelah kuperhatikan, ternyata boneka ini boneka Nini Bear. Dan tunggu dulu, benda berkilauan apa ini?

Aku melihat sebuah benda berkilauan melilit di leher boneka itu. Aku meraihnya dan ternyata itu sebuah kalung.

Aku menatap Kai bingung, dan dia malah asik tertawa. Apa ini?

"Untukmu sayang," Jawabnya lagi kemudian ia berdiri dan memasangkan kalung itu ke leherku.

"Aku mau, kau jangan marah lagi padaku. Aku tahu kau sebal, maka dari itu aku juga minta maaf" Bisiknya di telingaku.

"Rasanya aku ingin menangis saja," Ucapku menundukkan kepala.

"Jangan menangis, karena hatiku akan sakit" Ucapnya tersenyum padaku.

Ya Tuhan, pria ini begitu mencintaiku. Dan aku juga benar-benar sangat mencintainya. Kumohon satukan kami selamanga dan jangan pisahkan kami.

DRABBLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang