Waktu berlalu, pulang sekolah ini gue langsung cabut tanpa pamit langsung ke kedua sahabat gue.
Gue hubungi mereka lewat WA kalau gue pulang duluan dan ada urusan penting.Berbekal sebuah kertas dari Thalita, aku menembus jalanan raya yang begitu terik.
Hari ini aku bawa motor ,dengan sebuah alasan yang sangat rumit tadi pagi.Dari alamat rumah Bian, arahnya sama dengan rumah ku tapi sedikit lebih jauh rumah Bian.
Tapi tak apalah, aku cuma ingin tau keadaannya.
Orang itu harus menjelaskan semuanya.Aku berhenti di depan sebuah rumah berpagar teralis warna coklat yang menjulang tinggi, aku cocokin alamatnya dan sama.
Ku perhatikan sekilas rumah itu,rumah yang sangat besar dan tertutup.
Semua di keliling tembok tinggi.
Aku turun dan berjalan ke arah gerbang itu."Apa ini rumahnya?"pikir ku karena ini benar-benar sepi.
Ku pencet tombol yang ada di sisi kanan gerbang.
Berulang kali tapi tak kunjung ada yang membukanya."Gimana masuknya coba."pikir ku sembari mengintip ke area dalam perkarangan rumah, yang sumpah cantik banget suasannanya.
Taman yang sangat indah, tatanan rumput yang menghampar rapi dengan berbagai tanaman hias yang terawat,begitu teduh dengan pohon besar yang menjuntai-menjuntai dahan dan daunya.Tiba-tiba gerbang itu terbuka dan membuat ku terkejut.
Dan keluar lah seorang bapak-bapak seperti satpam tapi tidak berbaju satpam.
"Maaf ,nona cari siapa?"
"Ehh maaf pak, apa ini benar rumahnya Fabian?saya temannya."terang ku sopan."Benar,silahkan masuk dulu."terang bapak itu membukakan gerbangnya dan aku beranjak mengendari motor ku untuk masuk, sembari ku menoleh ke arah bapak itu sembari mengangguk tanda terima kasih ku.
Hawa sejuk memeluk ku, begitu ku masuki halaman rumah Bian.
Sangat begitu asri dan sejuk.
Ak melangkah ke arah pintu utama rumah itu, motor ku ku biarkan berdiri cantik di sisi kiri teras rumah ini."Tok...tok.."
ketukan pintu ku yang pertama , berharap segera di buka kan.
Tapi entah kenapa jantungku rasanya mau copot saja, sedari tadi tidak bisa berhenti berdetak normal."Tenang, Reyna loe nggak seharusnya kayak gini.Ini hanya Bian dan Bian sahabat loe."bathin gue setenang mungkin.
Gue ketuk pintu itu lagi dan tak berapa lama pintu itu pun terbuka.Tampak seorang perempuan paruh baya,dandanannya biasa dan baju nya pun terlihat biasa.
Aku yakin mungkin ini pembantu rumah ini."Maaf Non cari siapa?"tanya nya ramah,dan sekarang aku yakin kalo dia adalah pembantunya karena panggilannya sangat sopan dengan ku.
"Maaf bi, saya temanya Fabian.Apa Bian nya ada?"
Bibi itu tampak terdiam berpikir sejenak,tampak raut kekhawatiran terukir jelas diwajahnya."Syukurlah nona kesini, saya harap nona bisa bantu saya."ujar Bibi itu,dan membuat ku semakin bingung
"Ada apa bi?apa Bian baik-baik saja?"tanya ku".Den Bian sudah 2 hari ini tidak keluar kamar, sehari setelah Aden pulang dari Rumah sakit wajahnya begitu lemah dan tampak memar-memar. Setiap Bibi mengantarkan makanan Den Bian selalu nolak, Bibi takut kalau den Bian sakit non."terang Bibi itu terlihat sangat khawatir,mendengar penjelasan Bibi membuat hati ku seakan perih, kenapa Bian sampai seperti itu.
"Ayo non, saya tunjukin kamar nya.Tolong nona minta den Bian makan karena Bibi khawatir."
Akhirnya aku pun di persilahkan masuk.
Bibi itu membimbingku menelusuri tangga untuk naik ke lantai atas.
Sungguh rumah Bian aku akui sangat indah, interiornya unik dan berbau khas gaya eropa.
Tapi kemegahan rumah ini seolah suram,tak terdengar suara apa pun kecuali langkah kami.
Sunyi dan sepi, seperti kehampaan menyelimuti rumah ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dinamika Cinta Reyna
Teen FictionMungkin aku menyukaimu sejak lama, tapi kenapa aku tidak bisa mencintaimu lebih lama? Mungkin karena masa lalu mu yang sulit berdamai dengan hati ku. - Reyna Ku kira hanya dendam yang aku punya saat aku pergi, tapi ternyata aku melihat cinta di hati...