Sinar mata yang ku rindukan

10 3 0
                                    



"Pagi papa! Pagi Kakak ku yang super nyebelin."sapa Reyna pada papa dan juga kakaknya, yang hanya di balas dengusan kecil, Reyna terkikik melihat tampang suram kakak nya itu dia pun duduk di kursi samping papa nya untuk memulai sarapan paginya.
"Pagi sayang."jawab papanya mengelus puncak kepala anak kesayangan nya itu,sementara Edward hanya menatapnya datar.
"Bagaimana tidur kamu, nyenyak ?"
Reyna menggeleng sembari mengunyah roti yang sudah lengkap dengan selai coklat kesukaannya.
Papa nya memandangnya penasaran.

"Hmmm akhir-akhir ini Reyna kog sering pusing dan mimpi aneh."
Papa dan edward menghentikan aktifitas makanya a dan saling pandang .
"Mimpi apa dek?kini Edward yang bersuara.
"Yahh...nggak jelas sich, tapi seperti  sebuah kecelakaan ."
"Paa.... Apa Reyna yang nyebabin mama pergi?"kini muka Reyna tampak murung,dia teringat almh.Mamanya, selama ini Reyna hanya tahu mamanya meninggal karena kecelakaan dan bersama dirinya.
Dia seolah menganggap mungkin itu karena dirinya tapi jujur Reyna tak bisa mengingat apa-apa tentang kecelakaan itu ,semenjak kecelakaan itu pula Reyna memiliki trauma naik mobil yang ngebut.
Reyna akan sangat ketakutan dan histeris ketika dia berada di dalam mobil yang melaju kencang.

Reyna benar-benar lupa kejadian kecelakan yang sudah 2,5 tahun itu berlalu,dia sama sekali tidak ingat .yang dia tahu Reyna sudah pindah negara dan menjalani pemulihan.
"Sayang, jangan ingat-ingat lagi ya, semua akan baik-baik saja, papa yakin mama sudah bahagia disamping Tuhan."
Reyna mengangguk mengerti dan melanjutkan makanya.
Dalam diam edward berpikir apa mungkin efect hipno terapi itu sudah memudar sehingga Reyna bermimpi buruk lagi."bathin Edward sembari memandang papa nya khawatir seolah keduanya memikirkan hal yang sama.

Di sekolahan...

Bian dan Reyna pun sekarang duduk sebangku, kemarin bian maksa Lala untuk pindah ke bangkunya dan langsung di iyakan oleh lala.
Entah apa alasan Bian yang jelas dia hanya ingin menjaga Reyna.

"Bi, udah ngerjain PR Fisika belum?"tanya Reyna begitu dia mendaratkan bokongnya ke kursi samping Bian.
"Udah, kenapa?"
"Pinjem, cuma 2 nomor aja kog gue nggak selesai ngerjain kemarin."
Bian menatap Reyna heran tidak biasanya Reyna malas mengerjakan tugas.
"Tumben, kenapa?
Reyna hanya membalas dengan senyuman tipis begitu Bian mengambilkan buku nya.
Yahh beruntung,Bian bener-bener perfect,Reyna akuin otak Bian memang jenius.
"Gue semalem tiba-tiba pusing banget ya udah gue nggak bisa lanjutin ngerjain soalnya gue milih tidur dulu sebentar, ehh malah keblabasan sampek pagi."terang Reyna sembari menyalin Pr nya dengan cepat.
Pernyataan Reyna hanya ditanggapi "O" saja oleh Bian.
Tapi tak bisa dipungkiri ada kekhawatiran yang tersirat dalam hatinya.
Karena yang dia tahu akhir-akhir ini Reyna tampak tidak baik-baik saja.

Seperti angin yang berhembus perlahan,begitu juga waktu yang menggerus dalam bisu.
Jam istirahat berlalu 10 menit yang lalu.
Kali ini Reyna lagi-lagi tidak mood untuk makan di kantin, dia memilih duduk menyendiri di taman sembari membaca sebuah buku novel hasil hunting buku bareng Dinda waktu lalu.

Reyna tampak tenggelam dalam cerita yang dia baca, sampai tidak sadar akan kehadiran seseorang yang berdiri di sampingnya .
Reyna baru tersadar ketika sebuah benda dingin menempel di pipinya, sontak dia mendongak dan di dapatinya Fabian yang tersenyum geli sembari menempelkan botol minuman dingin ke pipi Reyna.
"Ishh...Bian , ganggu dech!"Reyna mencebik kesal lalu meneruskan bacanya.
"Serius amat baca nya, sampek gue di anggurin."celetuk Bian, yang kini memilih duduk di samping Reyna.

Entah kenapa mereka menjadi sedekat ini,seperti sahabat yang sudah kenal lama .
Reyna melirik Bian sekilas, lalu mencoba memahami maksudnya lalu dia menutup novelnya.

"Sorry, lagian lho datang-datang ganggu gue."
"Gue nggak niat kog, hanya saja gue nggak lihat loe di kantin jadi gue kesini."
Reyna tersenyum penuh arti lalu melirik minuman di tangan Bian, jujur dia sedikit haus.
"Nggak usah dilirik, nichh buat loe!"
Reyna nyengir sekenannya lalu menerima minuman dari Bian
"Thanks."ucapnya sebelum menegak minuman itu hampir setengah.

Dinamika Cinta Reyna  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang