Masih memikirkanya

10 2 0
                                    

Keesokan harinya Bian tampak menyusuri koridor sekolah nya, hari ini memutuskan masuk sekolah karena bagaimana pun juga sekolah juga penting untuk nya dan juga dia tidak ingin mengecewakan seseorang.

Sesampainya di kelas.
Mata Bian menangkap sosok Reyna tengah bercanda tawa dengan kedua sahabatnya,Bian menyunggingkan senyum nya sejenak lalu melangkah masuk menuju kursi nya tanpa ingin mengganggu candaan Reyna dengan temannya.

Seperti biasa duduk dengan ekspresi dingin menatap jendela, itulah Fabian .
"Hmmm...rupanya
Reyna benar, apa pun yang terjadi di depan mata nya dan juga masa lalu nya itu bukan bearti hidup nya tak bearti apa_apa."

Bian sudah hanyut dalam pikiranya sendiri.

Entah magnet jenis apa yang Reyna punya,setiap ucapan nya selalu ingin Bian turutin.
Ucapan nya seperti perintah yang apabila di langgar dia seakan menyesal.

"Makhluk salju  udah masuk nichh!"celetuk Reyna sembari mengembangkan senyumnya, sembari memandang Bian,sontak Bian pun tersadar dan keluar dari dunia pikir nya, sementara itu entah apa yang Reyna rasakan yang jelas dalam hatinya dia bersyukur Fabian baik-baik saja.

"Hey Bian, udah baikan lho?" tanyaDinda yang di ajak bicara hanya menanggapi dengan anggukan.
"Syukurlah, loe udah baikan. Reyna hampa tanpa loe  ..!" celetuk Vio sembari nyengir.
"apaan sichh loe, nggak juga kali gue gak  hampa." bela Reyna sembari memandang Sinis Bian dan Bian pun hanya menatap nya bingung.
Reyna memandang Bian sedikit lama.
"Gue bersyukur bi loe masuk !"batin nyaa lalu tersenyum sejenak dan berusha asyik lagi dengan teman-temannya.
"Nahh tuhh kan, nglihatin Bian terus ."goda Vio,sembari menyikut lengan Reyna.
Reyna melototi kedua sahabatnya dan mereka pun tertawa.

Waktu mengikis setiap detik dan membawa Bian dan Reyna duduk di atas atap sekolahan .
Tempat favorit baru Bian.
"huhhhh...sumpahh capek gila tau nggak.ngapain sichh kita kesini?"keluh Reyna masih tampak ngos-ngosan mengatur nafasnya karena harus menaiki tangga sampai ke lantai 5 sekolahnya.
Bian tersenyum tipis lalu mengacak rambut Reyna jail.
"Gue butuh ketenangan dan disisni tempat nya"
"iyaaa tapi nggak harus disini kan Bian ,lihattt kita capek naik tangga mana panas lagi."gerutu Reyna mencebik kesal.

"cerewet banget sichh loe, udah diem dulu.ayo sini...!"Bian mnggamit tangan Reyna menyuruhnya mengikuti langkah nya menuju sisi kanan rooftop sekolahnya dan tampaklah sebuah bangku dengan suasana teduh karena terhalang bangunan sejenis tandon air yang sangat tinggi.
"duduk gih...!" suruhnya dan Reyna pun menurut.

Bian duduk bersandar sembari menyilangkan tanganya di depan dada dan memejamkan mata.
Reyna meliriknya tak mengerti.
"Jadi gue diajak kesini buat nemenin dia tidur, ihhh menyebalkan sekali!"gerutunya kesal lalu mencari kesibukan sendiri dengan handphone nya.

Merasa tak ada yang menarik dalam hp nya karena hp nya benar-benar sepi notifikasi pesan ataupun line, itu wajar karena baru saja paketan data Reyna habis.
Dia mulai jenuh dan mulai  memejamkan matanya, mengikuti yang dilakukan Bian,merasakan hembusan angin memeluknya,menelusuri setiap helai rambutnya .

Bian membuka mata nya, setelah merasa orang di sampingnya sedikit menggeser posisi duduknya.
Bian yang melihat Reyna, seolah terpaku dengan pesona Reyna.
Sementara itu dalam pejaman mata, Reyna merasakan Bian memperhatikanya terus.

"Sampai kapan loe lihatin gue , suka ya loe ma gue?"celetuk Reyna sembari membuka matanya dan memandang Bian seolah mengintimidasi.
Membuat Bian sedikit kikuk .

"Siapa bilang gue suka, yaa Nggak lah.Cewek ceroboh n nyebelin kayak loe."
Reyna merengut kesal
"Hmmm cewek ceroboh dan nyebelin loe bilang?terus kenapa waktu itu loe nyuruh Vino buat jauhin gue?"terang Reyna berusaha ingin tahu

Dinamika Cinta Reyna  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang