Dia Kembali

3 1 0
                                    

Reyna menghentikan laju motor nya setelah baru saja keluar dari sekolah.

Sebuah getaran di saku seragam nya memaksa Reyna untuk berhenti sejenak.
Dia merogoh smartphone nya dan melihat nama pemanggil yang tertera pada layar.

Beberapa deret angka tertera disana, Reyna mengenyitkan dahinya seolah berpikir ini nomor siapa? Dia tidak mengenali nomor itu.
Segera Reyna menggeser simbol hijau dan mendekatkan Hp nya ketelinga.
"Hallo..."ucapnya
Tidak ada suara siapa pun dari seberang telefon, dan itu membuat Reyna semakin penasaran.
"Hallo, ini siapa ya?" ucapnya lagi.
"Ini aku!" suara dari seberang telefon membuat Reyna terkejut, jantungnya serasa mau copot. Dia sangat mengenali pemilik suara itu.

"Vino..?" ucapnya ragu.
"Iya.."
"Ohw...hmm, ada apa?" Reyna masih sedikit tak percaya, setelah sekian lama Vino menghilang dan sekarang menghubunginya.
"Bisa kita bertemu?"
Deg...
Jantung Reyna seolah berhenti, Vino memintanya untuk bertemu.
Tapi kenapa?

"Hmm, boleh. Dimana?" tanya nya berusaha dengan suara, meskipun dia kini sedikit gugup.
"Cafe biasa, sekarang bisa?"
"Baiklah."
"Terima kasih."
"Hmm, iya sama-sama Vin."

Tuttt..tutt...
Panggilan itu pun berakhir. Reyna masih berdiam diri di atas motornya, menggengam erat Hp nya.
Dia masih tak percaya, Vino memintanya bertemu.
Setelah selama ini menghilang, apa yang dilakukan Vino pun Reyna tidak tahu.
Reyna bergegas dan berusaha membunuh rasa penasaranya.

                                   ***
Disinilah mereka, duduk berhadapan di sebuah meja cafe. Di meja mereka sudah tersedia  2 gelas  minuman dingin, dan 2 piring kentang goreng.

"Bagaimana kabar kamu?" tanya Reyna memecah keheningan, sementara Vino seperti biasa.
Dia bersikap tenang dan hanya tersenyum tipis.

"Baik, seperti nya kamu juga baik-baik saja?"
Reyna mengangguk.
Entah kenapa dia merasa sangat canggung sekali sekarang.
Dia mengingat pertemuan terakhirnya bersama Vino dulu.

"Selama ini kamu kemana?"
"Kau ingin tahu?" bukannya menjawab Vino malah memberikan pertanyaan yang membuat Reyna bungkam.
"Hmm, baiklah tidak perlu kamu jelas kan, ada apa menemuiku." Reyna mencoba bersikap biasa, dia mengambil stik kentang dan memakannya santai.
"Aku hanya rindu."

Reyna berhenti mengunyah, pernyataan Vino seolah menohok hatinya.
Vino merindukannya. Dia memandang Vino sekilas lalu beralih ke sebuah gelas minuman yang ada di meja, dan segera menegaknya pelan.

"Hmmm, iya kita sudah lama tidak bertemu." ucap Reyna sembari meletakan gelas minumannya.
"Bagaimana sekolah?"
"Baik."
"Teman-teman?"
"Mereka semua baik, dan kita sedang fokus ujian."
"Hmmm, kau benar. Mungkin hanya aku yang tidak akan mengikuti ujian bersama kalian."

Reyna terdiam, sejujurnya dia ingin menanyakan banyak hal ke Vino tapi dia ragu melakukannya.
"Bagaimana Fabian?" pertanyaan Vino membuat Reyna terkejut, Vino menanyakan tentang Fabian.
"Hmm , dia baik dan masih sangat menyebalkan seperti biasannya."
Jelas Reyna sembari tersenyum, seolah mengingat segala tingkah Fabian selama ini.

"Apa dia orangnya?"
Lagi-lagi pertanyaan Vino membuat Reyna kelu, dia tidak mengerti apa maksud Vino.
"Yang membuatmu tidak bisa menjawab pertanyaan ku waktu itu." lanjut Vino, dan kini Reyna mengerti maksud dan tujuan Vino.

"Kau datang untuk meminta jawaban ku?"
"Tidak, karena aku sudah tahu."
"Maaf." ucap Reyna lirih dan masih bisa terdengar Vino.
"Tidak ada yang perlu di maafkan, aku datang untuk meminta bantuan mu."

Reyna mengenyitkan dahinya, penasaran.
"Tolong, minta Dia menemuiku ! Ada yang harus aku katakan dan ingin aku tahu,"
"Mungkin itu tidak mudah, tapi kamu bisa melakukannya."
Reyna terdiam sejenak, dia berpikir apa bisa menemukan 2 orang yang masih berseteru ini.

"Akan aku usahakan, tapi aku butuh waktu untuk menjelaskannya."
"Baik lah, aku akan menunggu. Tapi aku harap itu tidak lama, karena aku tidak bisa berlama-lama disini."

"Kamu mau kemana?"
"London, " jawaban Vino mampu membuat Reyna terkejut, Vino akan pergi keluar negeri dan itu semakin membuat jarak di antara mereka.
Sebenarnya entah apa yang dirasakan hati Reyna, dia hanya tidak ingin membuat Vino terluka karena hati nya yang plin-plan.
Dia hanya ingin tetap berteman dan bertemu, jauh hanya akan membuatnya ingat kalau hatinya pernah mempermainkan Vino.

" Aku akan memulainya dari awal disana. Dan untuk itu aku harus menemui Fabian."
"Baiklah, aku akan membantu mu." ucap Reyna lembut, kini dia sadar mungkin ini yang terbaik untuk Vino.

"Aku akan menunggu."
Reyna mengangguk dan memulai menikmati stik kentangnya lagi.
Dan Vino masih saja memandangi Reyna lama.
Sejujurnya dia sangat merindukan Reyna, tapi dia sadar dia bukanlah seseorang yang diharapkan Reyna lagi.
Kedatangannya kesini bukan untuk menagih sebuah jawaban, karena dia sudah tahu jawaban apa  yang akan diberikan Reyna.
Walaupun sampai kapan pun, sulit melupakan sosok Reyna dalam hidup nya nanti.

                                                      ***

Reyna menghempaskan diri ke ranjang king size nya, setelah pertemuanya dengan Vino membuatnya banyak pikiran.
Dia menerawang langit-langit kamarnya, dia teringat permintaan Vino untuk bisa menemui Fabian.
Tapi dia bingung, bagaimana dia bisa membujuk Fabian.
Sejauh ini Reyna pun tak berani jika mengungkit lagi nama Vino di depan Fabian.
Dia hanya tidak mau, masa lalu terulang lagi.

"Entahlah, bagaimana pun caranya? Akan aku pikirkan besok, gue lelah sekali sekarang." gerutunya perlahan memejamkan mata nya.
Dia tidak peduli tentang seragam yang masih melekat ditubuhnya.
Dia hanya ingin tidur.

                                           ***

Keesokan paginya, Reyna sudah berada di kelas 10 menit lebih awal dari biasanya.
Dia hanya ingin segera memberitahu Fabian mengenai Vino.

Dia tersenyum saat melihat Fabian melangkah masuk, tapi dilain sisi dia bingung harus mengatakan apa.

"Pagi!" sapa nya, dan Fabian memberinya seulas senyum dan mengangguk sembari duduk di bangkunya.

"Hmm, loe ada waktu nggak ntar pulang sekolah? Ada yang perlu gue bicarin."
Fabian tampak berpikir, dia menatap Reyna aneh. Biasannya tanpa meminta ijin atau apa Reyna akan selalu merepotkannya.
Pikiran nya beralih pada kondisi Mama nya di Rumah sakit, mungkin memenuhi permintaan Reyna tidak masalah. Mengingat kondisi Mama nya yang membaik akhir-akhir ini.

"Loe kog tambah diem, kalo nggak bisa hmm lain waktu boleh. Mungkin besok bisa?" tanya Reyna lagi
"Sepertinya begitu penting, sampek loe nggak sabar gitu?" jawab Fabian

Reyna menggigit bibir bawahnya, dia bingung harus berkata apa.
Dia tidak mungkin mengatakan kemauannya langsung.

"Iyaa begitulah, sedikit." ucap Reyna asal.
"Baiklah, ntar pulang sekolah tunggu di parkiran."
Reyna tersenyum ke arah Fabian, akhirnya dia berhasil mengajak Fabian.

Segera dia merogoh smartphone milik nya dan mengetik kan sebuah pesan untuk Vino.
Dia hanya bisa membuat Fabian bertemu dengan nya tanpa disengaja.
Karena dia pikir mengatakan secara langsung hanya akan mempersulit keadaan.

"Okey, thanks Bian!" ucap Reyna.
Dibalas anggukan oleh Fabian, selanjutnya Fabian memilih menyibukan diri dengan buku nya dan membiarkan Reyna sibuk dengan benda pipih yang dipegangnya.

Waktu berjalan lambat menuju bel pulang sekolah, sedari tadi Reyna gelisah sembari melirik jam tangan nya.

"Loe nggak sabaran mau jalan sama gue?" ucap Fabian sedikit berbisik, karena sekarang masih berlangsung di pelajaran terakhir.

"Hmmm, nggak lah. Gue cuma ingin pelajaran ini segera berakhir." ucap Reyna kesal sendiri, padahal dia hanya takut Fabian akan marah jika nanti bertemu Vino.

"Ohw gitu, terus ngapain lirikin tuhh jam?"
"Daripada gue nglirikin loe, lebih baik gue nglirikan nih jam gue!"
"Gue nggak minta loe nglirikin gue!"

Mendengar ucapan Fabian membuat Reyna sedikit geram, dia melihat Fabian jengah.
Benar-benar debat dengan Fabian itu tiada ujungnya, tapi itu lebih baik daripada melihat Fabian berdiam diri seperti patung salju dikutup utara.
Akhirnya Reyna pun memilih memalingkan wajahnya ke samping menghadap tembok, kepalanya dia senderkan di bangku.
Dia tidak peduli dengan guru nya yang mencatat ratusan tulisan di papan, dia leleah dan hanya ingin bernafas sejenak.















#tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 04, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dinamika Cinta Reyna  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang