Mengikhlaskan rasa ku

14 2 0
                                    

*Pulang sekolah

Tak terasa waktu merenggut pelajaran dengan begitu cepat, dengan lelah otak yang masih tersisa aku berhambur keluar kelas.

Hari ini semua sibuk dengan aktifitasnya masing-masing.
Saat istirahat tadi teman-teman sudah pamit ingin pulang duluan masing-masing jadilah Reyna sendirian menyusuri koridor,sedangkan Bian entah dia menghilang kemana begitu bel pulang berbunyi setelah menerima sebuah panggilan dari ponsel nya.

"Segitu pentingkah penelfon tadi, sampai-sampai harus meninggalkan ku sendiri,uhhh terkutuklah teman-teman ku tega ninggalin aku pulang sendirian."Reyna melirik jam tangan cantik yang melingkar di tangan nya.
Sialnya ini bukan jam makan siang kakak nya mungkin sudah terlewat kan karena waktu sudah menunjuk pukul 13.30

Reyna terkejut saat langkah nya berhenti karena sebuah cekalan tangan menghentikan langkahnya.
Matanya membulat ketika melihat seseorang yang sedari tadi di carinya ada di depanya menatapnya intens dan tersenyum tipis padanya .

Vino, membawanya berjalan mengikuti langkah pelanya,tanpa bertanya dia mengikuti langkah itu.
Entah harus menepis genggaman tangan itu atau tetap membiarkannya karena sejujurnya dia merindukan genggaman tangan Vino.
Setelah kejadian beberapa minggu berlalu itu,Vino baru kali ini muncul di hadapannya.Jujur hati Reyna mencarinya bahkan mungkin merindukannya.

Berdirilah Reyna dan Vino di atap sekolah,tempat yang menjadi favorit Bian kini dia pijaki dengan musuh besar Bian.

Keduanya masih saling diam, Vino berdiri di ambang tepi atap menatap kosong langit yang membiru dan terselimut awan putih dengan terik matahari yang mulai menguning .

"Apa kabar?"suara itu mengejutkan Reyna yang juga hanyut dalam kebisuan
"Hmm baik, kamu?"Reyna berusaha tenang dalam menjawabnya karena jujur diantara gugup, rindu dan takut dia seolah menangkap sosok Vino yang dulu,Vino yang tetap dalam ketenangan dan misteri.
"Tak sebaik yang kamu lihat, maaf aku menghilang tanpa ada kabar pasti membuat kalian kwatir, tapi jika aku masih di anggap teman oleh kalian?"
"Kau masih teman kami Vin, tak ada yang berubah."ucap Reyna.

Vino berbalik dan tersenyum miris, setelah apa yang selama ini terjadi dan rahasia besar itu terungkap pantaskah dia masih di anggap teman.

"Aku kesini untuk berpamitan."
Deg...
Jantung Reyna seakan berhenti mendengar kata-kata Vino baru saja itu artinya Vino akan pergi tapi kenapa separuh hatinya seakan tak merelakan tapi separuh lagi ingin melepaskannya.
"Maaf aku amat menyakitimu dengan masa lalu buruk ku, aku membiarkanmu menangis dan terluka tentang apa yang telah aku lakukan,mungkin kamu kecewa aku tau itu"
Reyna masih terdiam

"Maaf rey, selama ini aku hanya mencintai mata kamu, mata yang sama dengan seorang dari masa lalu ku yang jujur sampai saat ini masih ada dihatiku dengan sejuta rasa bersalah."
Ada rasa nyeri di dada Reyna, selama ini Vino hanya menganggap dia mirip dengan seorang dimasa lalunya itu, dengan adik Bian yang telah disaakitinya.

Vino mendekat ke arah Reyna, menepis jarak di antara mereka mungkin jarak mereka hanya sejengkal dari wajah masing-masing.
Reyna tersentak saaf Vino menggenggam tangannya.

"Tapi, seiring berjalannya waktu aku bisa melihat mu dengan sosok yang berbeda dari masa lalu ku, aku mengenalmu dan aku tahu kamu bukan dia dan kenyamanan itu hadir sampai seorang datang dan mengingatkan memori masa lalu ku."
Reyna tahu siapa yang di maksud Vino.

"Selama ini aku mencintai mu dalam diam dan dingin ku, aku menyayangi mu lebih dari seorang sahabat tapi aku terlambat menyadarinya sampai saat masa lalu itu terungkap, aku tahu kamu kecewa tapi aku bisa apa."

Mata Reyna seolah memanas, entah kenapa kesedihan matanya tak bisa ia sembunyikan.
"Maaf, terlambat menyadarinya disaat setengah hatimu sudah termiliki orang lain."
Vino menangkup wajah Reyna yang masih tertunduk sedih.

"Maafkan aku."lirih Reyna teriring isak tangis yang membuat Vino menggeleng dan menghapus lembut air mata Reyna.
"Kau tak perlu minta maaf, aku yang bodoh menyadarinya dan mungkin aku yang harusnya pergi dari dulu dan tak hadir disini kau tahu keberadaanku disini adalah sebuah penyesalan dari masa lalu ku Rey."

Vino akhirnya memeluk tubuh ringkih Reyna, dia merasakan isak tangis Reyna di dadanya, sesak dan sakit mungkin iya,tapi apalah dia tak bisa memiliki sosok yang ada di dekapannya sekarang.

Dia sadar dengan merelakannya dia akan bisa memperbaiki masa lalunya karena setiap dia melihat mata Reyna dia mengingat seorang dari masa lalunya yang kini telah berada disisi Tuhan.

Reyna Pov.
Aku masih terisak di dada bidang seorang yang selama ini ada di separuh hatiku,entah kenapa aku hanya mampu mencintai nya dengan separuh saja, aku sendiri tidak tau.
Mungkin karena tentang Vino yang selama ini menjadi misteri aku belum bisa memberikan hatiku padanya sepenuhnya.

Hingga masa lalu itu terungkap yang membuat hatiku teramat sakit seolah tak terima dengan kenyataan bahwa yang seolah sempurna seperti Vino telah melakukan dosa yang tak pernah terbayangkan oleh ku.

Aku merasakan belaian di rambutku aku merasakan kenyamanan disana tapi entah kenapa aku sudah biasa mungkinkah aku sudah mengikhlaskan separuh hatiku itu?"

Vino menangkup wajahku dan menatapku intens mau tidak mau aku tenggelam dalam tatapan matanya.

"Aku menyayangimu walau tak bisa memiliki mu, aku mencintaimu Reyna tapi aku harus melepaskanmu." ujar Vino yang langsung membuat air mata ku jatuh sungguh ini seperti perpisahan yang teramat menyedihkan.

Aku membisu dan tak membalas pernyataan cinta pilu itu entah kenapa hatiku seolah terkunci dan sulit membukanya disaat aku ingin membukanya.

"Aku tidak perlu jawaban Rey, aku hanya ingin menyampaikan karena aku tahu kamu belum menemukan jawaban di hati kamu maafkan aku yang tak bisa bertahan untuk menyakinkanmu karena aku harus pergi."

"Kemana?tanya ku padanya dia tersenyum
"Menebus kesalahan ku dan memperbaiki semuanya maaf aku tidak bisa mengatakanya."
"Aku, minta maaf vin."ucapku akhirnya dan lagi dia memeluk ku, nyaman itu yang aku rasakan.

"Jangan lupakan aku Rey, awas saja kalo sampai melupakan ku." ujarnya menatap ku dan menyentil hidung ku.
Aku tersenyum dan menganngguk .

Akhirnya kami menikmati jingga sore di rooftop sekolah menikmati sisa kebersamaan kami .
Hingga aku tersadar dan teringat tentang Bian yang tak ada kabar sampai sesore ini,biasanya dia akan bawel jika tak ada dari kita yang saling mengabari entah sejak kapan aku menjadi dekat dengannya meskipun masih terikat kata sahabat, aku tak mau merusak kenyaman itu karena aku belajar dari seorang di sampingku ini karena Cinta mungkin tak harus memiliki.

"Ohw..bicara apa aku ini, masak iya aku suka sama Bian, ihh tidak-tidak!" umpatku dalam hati sembari memggeleng cepat dan membuat Vino bertanya

"kenapa?"tanpa bersuara dan aku hanya membalas nya dengan cengiran khas ku.hehehe.

Dinamika Cinta Reyna  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang