Kedua orang tua Grace dan Bryan merasa bahagia saat mendengar kabar anak-anak mereka sudah jadian. Ini berarti perjodohan mereka berjalan sesuai dengan yang mereka inginkan sejak Bryan dan Grace masih kecil.
Grace belum pernah merasa sebahagia ini sebelumnya. Semenjak ia menjadi kekasih Bryan, ada saja cara Bryan untuk membuat hidupnya bahagia. Meskipun setiap sampai di kantor dan pulang kerja, Grace penuh kecemasan berharap tidak ada yang melihatnya naik atau turun dari mobil Bryan. Grace tidak ingin karyawan lainnya berpikir yang tidak-tidak atau malah baik di depan namun menusuk di belakang.
Siang ini Grace mendapat tugas dari kepala divisinya kembali untuk mengantarkan laporan kepada Bryan. Ini adalah kali ke tiga Grace mengantarkan laporan kepada Bryan. Tak terasa sudah dua bulan lebih Grace bekerja di sana.
Grace segera menuju ke ruangan Bryan yang berada di lantai tujuh. Setelah mengetuk ruangan Bryan, Grace segera masuk ke dalam ruangannya setelah mendengar ijin masuk dari si empunya ruangan.
Saat masuk, alangkah terkejutnya Grace melihat Bryan bersama seseorang yang tak asing di matanya. Seorang gadis mungil cantik yang kini sudah menoleh ke arahnya. Gadis ini sedang berdiri merangkul mesra Bryan yang sedang duduk di depan meja kerjanya.
"Pe per pemisi pak, maaf saya mengganggu. Saya ingin menyerahkan laporan ini pak.", ucap Grace yang berusaha sedatar mungkin.
"Hai Grace. Lo kerja di sini?", ucap gadis itu sontak membuat Bryan menoleh ke arahnya yang masih merangkul Bryan.
"Grace kamu masuk aja, ngapain berdiri di pintu? Kamu duduk. Kamu tunggu aku seperti biasa.", ucap Bryan tegas.
"Ba baik pak", ucap Grace yang sudah menahan tangis. Mata nya sudah mulai berkaca-kaca.
Grace segera duduk di depan Bryan. Kursi di sebelahnya sudah terisi dengan tas dan blazer milik Gladys. Bryan kemudian bangkit dari tempat duduknya, membuat rangkulan Gladys akhirnya terlepas.
"Mending kamu ikut aku ke ruangan Deny. Kita bahas di ruangan Deny", ucap Bryan kemudian keluar dari ruangan tejrlebih dahulu.
Gladys kemudian segera mengambil tas dan blazernya beserta dokumen yang di bawanya pergi keluar sambil tersenyum menyusul Bryan.
"Tunggu. Bukannya Deny hari ini lagi keluar kota? Ok Grace, jangan berpikir negatif. Mereka lagi bahas masalah pekerjaan. tadi mereka berdua mesra banget. Tapi mereka berdua cocok banget. Kayak pasangan serasi.", ucap Grace yang masih berusaha menahan air matanya turun.
Grace mengipas-ngipaskan area matanya dengan kedua tangannya. Grace teringat kembali dengan kejadian saat dirinya disebut sebagai selingkuhan Boy, sahabatnya sendiri. Air matanya kini tak dapat dibendung, kini Grace sudah meneteskan air mata.
Grace berusaha untuk menghapus air matanya. Sudah setengah jam ia menangis. Setelah dirasa air matanya tidak menetes lagi, Grace pun memutuskan untuk meninggalkan ruangan Bryan. Rasanya ia ingin sendirian hari ini.
Grace segera kembali ke lantai tiga dan melapor ke kepala divisinya untuk ijin pulang cepat karena tidak enak badan. Untungnya kepala divisinya mengijinkannya dan mengirim staff yang lain untuk menunggu di ruangan Bryan.
Grace segera menuju lift, menunggu lift terbuka bersama rekan kerjanya yang ingin naik menuju ruangan Bryan, sedangkan Grace menekan tombol turun. Tak lama tanda lift turun menyala, Grace pamit duluan dan saat lift terbuka dilihatnya ada sepasang pria dan wanita di dalamnya. Grace tak melihat kedua wajah orang yang ada di dalamnya. Yang ia tahu, sekarang matanya sudah semakin buram tak dapat melihat wajah siapapun dan ia ingin segera pulang.
Grace masuk ke dalam lift tersebut dan bersender pada dinding lift agar dapat menopang tubuhnya. Saat pintu lift sudah tertutup, Grace hanya tahu tiba-tiba ada yang menopang tubuhnya dari belakang dan tiba-tiba semuanya gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORGETFUL LOVE
RomansaNyokap tuh nyebelin banget. Masa setiap temennya dateng pasti berujung dengan kalimat "Gimana kalau anak kita dijodohin?". Emang gue gak laku? Yah walau kenyataannya gue belom pernah pacaran dan gak ada cowok yang deketin gue. Gue juga sadar diri ka...