BAB 1. Yona Rosehalf

1.3K 71 25
                                    

Aku berlari menyusuri jalanan yang dipenuhi oleh orang berlalu-lalang. Bukannya mau melarang tapi kenapa semua orang harus menggunakan jalanan ini disaat aku sedang membutuhkannya. Dengan langkah-langkah cepat aku berlari kearah gerbang.

Baiklah sekarang aku sangat yakin bahwa aku adalah gadis tersial dalam sejarah. Bagaimana tidak?? Hari ini si merah--motor kesayanganku--sedang sakit a.k.a bannya kempes. Jadi dengan berat hati aku menggerakkan kaki-kakiku untuk berjalan.

Sampai didepan gerbang aku menormalkan nafasku yang tadinya terengah-engah. Dasar kutu kuprat. Gara-gara motor sialan itu aku berlari kesekolah.

Aku melangkah perlahan masuk ke gerbang saat seseorang--tanpa malu--memanggil namaku.

"Yona!"

Aku berbalik kebelakang siap-siap akan memangsa orang yang berani mati itu. Kulihat seorang gadis dengan wajah cantik, rambut hitam lurus sebahu, dan kulit agak kecoklatan berlari kearahku. Dan semua pikiranku mengenai menendang perut, menempeleng wajah, menjambak rambut--oh.. aku tidak mungkin melakukan yang terakhir itu--langsung punah karena orang yang memanggilku adalah satu-satunya temanku atau boleh dikatakan satu-satunya yang ingin berteman denganku. Felicia Carvel atau biasa kupanggil Felic.

"Ada apa?" Tanyaku saat felic saat sudah berada di sampingku.

"Nggak ada apa-apa. Kebetulan aja kita datengnya barengan. Yah.. gue panggil aja lo." Ucapnya.

Kami berjalan beriringan menuju kelas diirongi tatapan-tatapan angker dari murid-murid lain yang sangat takut padaku. Tentu saja, mereka sudah pasti takut kepadaku, si bos preman nomor satu se-SMA Murni. Berani melawanku berarti berani mati. Itulah mottoku. Sangat gila, bukan?? Tapi itulah aku. WUAHAHAHA..

Aku mendaratkan bokongku kekursi dengan sangat keras lalu langsung meluruskan kakiku ala-ala bos.

"Eh.. lo udah pernah ketemu sama Ketos baru kita nggak?" Tanya felic tiba-tiba. Langsung saja aku menatapnya heran.

Memang benar. Beberapa hari yang lalu kami mengadakan pemilihan ketos baru karena ketos yang lama kedapatan sedang mengkonsumsi benda haram menjijikkan a.k.a narkoba. Jadilah kami harus memilih ketua osis baru. Ya karena aku adalah cewek dengan tingkat kerajinan diatas rata-rata, aku hanya asal coblos saja tanpa memerhatikan siapa yang kucoblos. Alhasil aku tak mengetahui siapa orang yang berhasil menjadi ketua osis baru.

"Nggak."

"Ya elah.. padahal gue pengen tau tuh orang mukanya yang mana." Ucap felic sambil menunjukkan muka masam.

"Situ kepo amat. Gak baik neng kepoin urusan orang." Ucapku sok sarkatis.

"Apaan sih bang? Kan maksud gue pengen tau siapa tuh ketos supaya gue tau sifat tuh ketos kayak gimana. Gimana kalo tuh ketos ternyata suka menyalahgunakan jabatannya. Kan bahaya!" Ucap felic panjang lebar. Aku hanya mengangguk-angguk tanda mengerti.

Karena tidak mau mendengar celotehan panjang lebar dari cewek disampingku. Aku langsung memakai headset dan mendengarkan lagu-lagu metal yang bisa bikin telinga meledak--kurasa orang-orang yang mengatakan itu hanya melebih-lebihkan. Tapi semua ini biasa menurutku.

***

Hari ini aku pulang agak lebih awal. Bukannya selama ini aku tidak pernah pulang tepat waktu. Hanya saja aku merasa tidak nyaman dirumah. Rasa-rasanya aku mau gantung diri jika berada dirumah. Bukan karena rumahku membawa hawa-hawa pembunuhan tapi karena dua orang--atau tepatnya orang tuaku--selalu saja membuat ulah dirumah. Telingaku serasa ingin meledak jika mendengar teriakan-teriakan pertengkaran mereka.

Setiap dua orang sok sibuk itu berada di rumah suasana rumah selalu saja ribut. Selalu dihiasi dengan pertengkaran tanpa ujung. Jika rumah membuat emosi mereka bangkit kusarankan agar mereka tak usah kembali kerumah saja. Aku sudah terbiasa hidup sendiri. Karena itu pula aku jarang memercayai orang--bukan jarang, melainkan sulit.

Behind The Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang