Aku mengamati gadis yang baru saja masuk kedalam ruangan ini dengan tatapan menilai. Bukannya mau sok tau, tapi kurasa ada yang aneh dengan gadis ini. Entah apa itu. Tapi ya sudahlah. Bodo Amat.
Aku langsung mengajukan tujuan kami memanggilnya karena jujur saja aku muak melihat muka penuh air matanya itu. Seakan dia sedang melakoni adegan dimana sahabatnya mati gantung diri. Ehh.. itukan memang terjadi padanya.
"Lo sahabatnya Mona kan?" Ucapku tak ingin bertele-tele. Aku masih memasang muka kejamku walau aku tahu kalau dia pasti sedang sedih. Tapi aku tidak mau munafik dengan berpura-pura simpati. Walaupun aku sedih, aku tidak ingin mengumbar kesedihanku. Karena aku benar-benar benci menangis dan aku juga tidak ingin menangis.
Gadis itu menarik nafas lalu mengangguk pelan. Dan.. iyuhh dia menyedot ingusnya dengan sangat tidak elite. Kuakui aku juga begitu tapi suara tarikan nya sangat menggema diruangan hening ini. Dapat kulihat yang lain juga ikut menatapnya dengan mulut ternganga.
Aku berdeham. "Dimana lo pagi tadi?"
Gadis itu menatapku. Dia terlihat akan membuka mulut dan.. oh jangan lagi! "Aku tadi di toilet saat mendengar bahwa ada mayat di gudang."
Syukurlah dia tidak melakukan hal menjijikkan itu lagi.
"Mm.. ada saksi yang bisa menegaskan lo ada disana saat itu?" Rei yang daritadi hanya bungkam kini membuka mulut. Gadis itu menggeleng.
"Ok. Nama lo siapa?" Ucap Rei lagi.
"Kelly. Kellysha Anita."
"Ok. Lo boleh balik sekarang!" Ucapku tegas. Kulihat gadis itu ragu-ragu.
"Boleh aku ikut membantu memecahkan misi ini? Aku sangat ingin tau siapa yang tega melakukan ini pada sahabatku." Ucap gadis itu pelan. Aku mengangkat sebelah alisku heran.
Dan kurasa ini bukanlah... ide yang bagus.
Kulihat Rei dan Felic sudah akan mengangguk. Sementara Daren kini mulai berkoar.
"Bagus juga sih kalo lo membantu. O--"
"NO!!" Suaraku menggelegar memotong ucapan Daren yang semakin bodoh menurutku. Kenapa disini ada 3 otak yang tidak dapat memikirkan apa akibat keputusan bodoh mereka.
Daren yang tadi terlonjak karena teriakanku kini menatapku heran. Begitu juga dengan Felic yang daritadi hanya diam. Berbeda dengan Rei yang menatapku tajam. Rasanya mau kucolok matanya. Tapi heii.. dia sudah menolongku dan aku bukanlah orang yang tidak punya rasa terima kasih. Bahkan aku sering hampir kelepasan membuka masa laluku setiap kali aku hanya berdua dengannya.
"Pertama, kita belum terlalu kenal. Siapa tau lo punya niat terselubung lain. Kedua, nggak ada yang bisa mastiin lo di toilet saat itu. Karena CCTV bagian sana rusak. Ketiga, gue bukanlah orang yang mudah percaya dengan orang lain. Apakah alasanku cukup?"
Kulihat ketiga anak tanpa otak itu terlihat berfikir. Tidak lama mereka mengangguk mengerti.
"Sepertinya alasan Yona masuk akal juga." Ucap Rei sok bijaksana. Aku mengangkat bahu pongah saat dia menatapku.
Hei.. aku pantas bersikap sombong. Karena itulah aku. Huahaha
Gadis itu terlihat sedih namun tetap menerimanya. Tidak lama kemudian dia sudah lenyap kebalik pintu. Aku langsung berdiri berniat untuk keluar. Namun lenganku dicekal oleh seseorang. Aku menoleh dan menatap Rei--oknum yang mencekal tanganku.
"Gue tau lo punya alasan lain."
Aku mengangkat alis. "Betul. Cewek tadi keliatan aneh.. dan.. udah gue bilang gue nggak mudah percaya sama orang."
Aku lalu berjalan keluar dari ruangan tersebut namun baru membuka pintu aku sudah dikejutkan oleh penampakan seseorang. Oke kuakui.. dia bukan hantu.. hanya persis hantu. Dia berdiri dihadapanku dengan ata melotot. Kuakui aku juga melotot sekarang. Bayangkan saja kau bertemu dengan orang yang tak kau temui selama kurang lebih 3 tahun.
Gadis didepanku ini melotot dengan mata maksimal. Dandanannya masih sama seperti dulu dengan gaya stylish dengan pernak pernik wanita di tubuhnya. Style nya yang sangat girly. " Yo.. Yona?" Ucapnya terbata.
"Lo??" Ucapku pelan. "Ngapain lo disini?"
Jangan sampai dia membongkar rahasiaku. Atau semuanya akan hancur. Reputasiku selama ini. Tidakk.. aku tidak akan membiarkannya.
"Gu-gue.. gue kangen sama lo." Dia memelukku dengan sangat erat. Aku yang terkejut tentu saja tak dapat bergerak. Kulihat Rei, Daren dan Felic keluar dari ruang Osis. Langsung saja aku menepis tangan Keysha. Yah nama wanita dihadapanku ini Keysha. Dan dia adalah sahabatku semasa SMP kelas 1 dulu. Tapi dia meninggalkanku dengan luka pahit yang mengubahku ini.
"Jangan sok kenal sama gue. Gue bukan Yona yang lo kenal dulu." Ucapku dingin. Keysha terkejut dengan ucapanku dan menatapku dengan mata berlinang air mata dan sorot mata yang sangat kubenci. Sorot mata kasihan.
"Jangan nyakitin diri lo sendiri, Yon! Gue datang kesini buat nyadarin lo kalo hal di masa lalu itu bukan kesalahan lo!" Ucapnya pelan. Memangnya dia tau apa tentang masa laluku? Dia malah enak-enakan kabur kesana-kemari.
"Lo nggak tau apa-apa tentang masa lalu gue! Dan ingat.. gue nggak akan pernah percaya sama orang yang bahkan kabur dari kenyataan." Ucapku tepat disamping telinga Keysha. Rei, Daren dan Felic yang daritadi hanya ternganga tidak mengerti mulai tersadar.
"Dan... inget.. gue masih ingat alasan kejadian di masa lalu. Lo tau? Gue bukan pelupa." Ucapku dingin sambil berjalan meninggalkan Keysha dan 3 orang yang berdiri layaknya patung. Kudengar Keysha menangis dengan keras tapi bodoh amat.. rasa sakitku lebih besar dari dia.
Karena dia hidupku berubah. Karena dia keluarga ku kini berbeda. Karena dia aku bukan aku yang dulu.
Aku berjalan tak tentu arah sampai aku menyadari bahwa kini aku berada di atap. Aku berjalan menuju pembatas atap dan menghirup udara dengan rakus. Entah kenapa dadaku terasa sangat sesak. Aku memegang dadaku dan menunduk menggigit bibir. Aku tau bahwa sekarang aku ingin menangis tapi aku bukan anak cengeng yang sedikit-sedikit menangis. Aku akan menahan tangisan itu walaupun sangat susah. Bayangan masa lalu kembali menghantui ku. Alasan aku berubah menjadi anak kurang ajar seperti sekarang.
"Lo harus belajar dari masa lalu." Ucap seseorang dibelakangku. Aku langsung menoleh dan melihat Rei sedang berdiri dengan dua tangan di saku celana nya. Dia berjalan mendekatiku dan berhenti saat dia benar-benar sudah dihadapanku.
"Tau apa lo tentang masa lalu gue?" Ucapku dingin. Dia menatap mataku dalam dan aku membalasnya dengan tatapan tajam.
"Gue nggak tau rasanya jadi lo. Tapi dendam itu nggak boleh dipelihara. Sesakit apapun penderitaan yang diberikan orang itu." Ucap Rei masih dengan menatap mataku dalam. Jarakku dan dia kini bahkan tak cukup 1 meter. Matanya yang tajam itu seakan mengunciku untuk tak mengalihkan pandangan darinya. Entah kenapa tiba-tiba mataku mengabur dan kurasakan air mata jatuh kepipiku.
Aku menangis.
Rasanya sangat sakit. Dan kuakui aku benci menangis. "Lo nggak tau rasanya jadi gue gimana.. sakit.. sakit banget. Hidup gue hancur. Gue rasanya nggak pengen hidup." Tangisanku semakin kencang. Kurasakan dua tangan kekar milik Rei menarikku mendekatinya. Dia melingkarkan dua tangannya di bahuku. Rei memelukku. Entah kenapa rasanya sangat nyaman. Aku membenamkan wajahku di dada bidangnya.
"Lo tau? Gue bahkan pernah berniat mengakhiri hidup gue. Gue tawuran buat cari mati. Tapi kenapa tuhan selalu nyelamatin gue?! Kenapa dia harus bikin gue hidup menderita? Kenapa nggak cabut aja nyawa gue?!" Ucapku dengan tangisan semakin menjadi-jadi.
"Tuhan pasti punya jalan lain buat lo. Dia pasti udah nyiapin kebahagiaan buat lo diakhir." Rei mengeratkan pelukannya membuatku semakin merasa nyaman. Dengan jarak sedekat ini aku dapat mencium bau maskulin dari tubuh Rei. Dan tanpa kusadari jantungku berdetak dua kali lebih cepat sejak dia memelukku tadi.
---------------
Gaje ya? Sorry..
Kehabisan ide nih
Dan aku juga lagi sibuk banget .. maaf karena slow update. Tpi aku usahain jadi fast update dehh..
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Girl
Mystery / ThrillerYona Rosehalf. Seorang gadis SMA yang mempunyai kepribadian sangat jauh dari kata sempurna. Tukang bolos, langganan guru BP, tukang palak. Semua ada pada Yona. Tapi apakah itu kepribadian aslinya atau ada rahasia lain? Rei Kanie. Seorang ketua OSIS...