BAB 3. Felicia Carvel

557 52 7
                                    

Hari ini aku dan yona benar-benar dibuat terkejut dengan penemuan kami. Memangnya apa yang telah kami lakukan sampai-sampai orang ini sangat dendam. Wah.. bahaya nih.

"Yon.. lo nggak pernah bunuh orang kan?" Ucapku hati-hati tanpa mengalihkan pandangan dari surat ditangan yona.

"Nggak kayaknya." Ucap yona ragu-ragu. Aku langsung membelalak menatapnya.

"Kayaknya? Lo kok nggak yakin?" Tanyaku sambil mengernyit.

Masa dia tidak ingat kalau misalnya dia sudah bunuh orang? Bisa bahaya kalo begini ceritanya. Aduh.. merindingkan akunya..

"Yah.. namanya juga preman. Pasti kerjaannya berantem. Kalo lawan gue udah tepar yah gue tinggalin. Masa gue harus meriksa denyut nadinya?" Ucap yona "oh astaga.. gue pernah ngebunuh..."

Aku langsung membelalak mendengar perkataannya yang terputus karena dia membungkam mulutnya sendiri.

"Lo...lo..." aku sampai tidak dapat berbicara.

"Gue... pe-pernah ngebunuh ..... nyamuk." Ucapnya sambil menatapku dengan mata bersinar geli. Aku langsung menjitak kepalanya. Yah... hanya aku satu-satunya yang berani menjitak yona si preman sekolah.

"Somplak lo, gila lo, sarap lo." Ucapku berkali-kali.

"Yaelah.. woles kali. Lagian kayak gini ditanggapin. Lagian ini orang bukan cuma ngincar gue, tapi dia ngincar lo juga. Jadi kalau bukan gue, pasti lo yang pernah bikin anak orang end?" Ucapnya sambil menggaruk-garuk dagunya seakan-akan dia adalah detektif sherlock holmes.

"Enak aja situ. Gue belum pernah bikin end siapapun. Eh...ada sih satu." Ucapku tiba-tiba. Kulihat yona memutar matanya malas.

"Jangan bilang nyamuk!"

"Nggak! Nggak!" Ucapku sambil menggeleng serius.

"Terus? Eh.. lo beneran?"

"Iya.. gue pernah ngebunuh..." jeda sejenak. ".. lalat."

"Ya elah somplak. Gue kira beneran. Tau-taunya lalat. Gila lo ah.." ucap yona sambil menjitak kepalaku.

Kami berdua tertawa terbahak-bahak bersama. Memikirkan kalau-kalau yang ingin balas dendam pada kami adalah seorang psikopat salah kirim surat. Atau psikopat buta huruf. Atau.. mungkin saja saudara lalat yang kubunuh. Tentu saja tidak mungkin!!

Tiba-tiba saja terdengar teriakan dari arah lapangan. Kami semua langsung melompat berdiri dan berhamburan menuju lapangan.

Setibanya dilapangan, aku dan yona dibuat bertanya-tanya oleh kerumunan orang-orang yang sedang terlihat ketakutan. Tanpa banyak omong aku dan yona langsung menghampiri kerumunan tersebut. Tapi tetap saja mustahil untuk dapat sampai didepan. Eittss.. enggak ding. Yona bisa mengatasinya.

Kulihat yona menepuk punggung orang yang berada didepannya tapi yang ditepuk hanya menggeram sedikit. Yona menatap laki-laki itu garang.

"Minggir!!" Ucap yona dengan nada kesal. Laki-laki itu langsung menoleh secepat kilat dan menganga melihat yang menepuknya adalah yona. Seketika itu juga dia membuka jalan dan menepuk pundak orang didepannya. Dan akhirnya tepuk menepuk pundak terjadi bagaikan rantai hingga kami sampai dibarisan paling depan.

Dan betapa terkejutnya aku melihat pemandangan mengerikan yang disuguhkan didepanku. Perutku langsung terasa mual. Jessy si culun tengah tak sadarkan diri dengan banyak luka cambuk disekujur tubuhnya. Aku langsung membekap mulutku menahan rasa mual. Karena tidak sanggup melihat lagi aku memalingkan wajah kearah bagian taman kecil yang letaknya tidak jauh dari situ. Namun ada benda aneh yang menggangguku.

Behind The Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang