Bab 7. Rei Kanie

379 39 5
                                    

Aku sedang menyimak pelajaran dengan serius ketika kurasakan ponselku bergetar. Daren yang menyadari hal itu langsung menoleh kearahku dengan alis terangkat seakan bertanya 'siapa?'. Aku langsung mengeluarkan ponselku dan menatap layarnya.

Nomor tidak diketahui.

"Angkat aja nih?" Tanyaku pada daren.

Aku takut mengangkatnya karena sekarang sedang pelajaran matematika. Bukan karena pelajarannya yang membuatku merinding tapi yang mengajar. Bu Yati. Bu yati adalah salah satu dari 10 guru terkiller se-SMA murni. Semua orang bakal merinding kalo dengar dia marah. Dari rambut sampai bulu ketek, bulu mata, alis. Merinding semua.

"Angkat aja. Sapa tau penting." Jawab daren sambil sesekali menoleh kearah Bu yati yang sedang menyalin di papan tulis.

Aku dengan sedikit ragu menjawab telepon tersebut. Langsung saja suara cewek menyambar seperti petir.

"Woy.. Lo lagi belajar?"

Kuakui aku sedikit terkejut dengan teriakan wanita itu. Aku melirik kearah daren yang terlihat penasaran.

"Sapa nih?" Hanya itu kata-kata yang menjadi jawabanku. Atau lebih tepatnya yang terlintas di otakku. Wanita itu menghembuskan nafas nya tidak sabaran.

"Ini gue." Katanya dengan nada lelah

Iya. Gue.. gue siapa?? Buset dah nih cewek .. emang dia kira aku paranormal. Dia ngeluarin suara aku udah bisa nebak dia siapa. Ya kali.. presiden bersuara aja kalo nggak aku lihat pasti aku nggak bakalan tau kalo dia yang bersuara.

"Gue siapa?" Ucapku akhirnya.

"Yona. Cepetan keruang OSIS sekarang. Emergency! Warning! Danger!"

Aku sedikit menjauhkan ponselku saat wanita itu berteriak. Yona? Seketika itu juga aku kembali ke jam istirahat kemarin. Saat dia tersenyum dengan manisnya. Saat dia berbicara dengan lembut. Dan bayangan semua adegan terlintas kembali.

Eh.. aku kenapa nih? Kenapa bayangin cewek galak itu. Dia kan mak lampir. Hilang. Hilang. Stop. Stop.

"WOY!!" Aku tersentak mendengar teriakan yona.

"Emangnya ada apa?" Tanyaku mencoba mengontrol perasaanku. Sejenak aku merasa bingung dengan perasaanku.

"Aduh. Banyak tanya. Kesini aja kali.... aduh apaan sih felic? Bentar dong! Gue lagi ngomong nih." Ucap yona. Kutebak tadi dia sedang berbicara kepada felic.

"Cepetan kesini. Felic udah keringat dingin nih. Udah dulu."

Yona memutuskan sambungan. Oke.. kuakui dari tadi suaranya sedikit bergetar seperti sedang ketakutan. Lalu apa maksudnya dengan felic berkeringat dingin? Apa urusannya coba? Dan tadi dia bilang ini warning, danger, emergency? Apaan coba??

Aku menatap daren yang sedari tadi setia menunggu percakapanku selesai.

"Kayaknya bahaya." Ucapku pendek.

"Maksud lo?" Tanyanya dengan kening berkerut.

"Yona bilang ada emergency, danger, warning. Terus katanya felic..."

"Felic kenapa?!"

"Dia..."

"Kenapa dia?!"

"Dia cuma..."

"Cuma apa?!"

"Bacot lo. Dia cuma keringat dingin kata yona. Setidaknya itu yang dibilang yona tadi. Kita nggak tau mungkin sekarang dia udah pingsan saking daruratnya nih berita." Kataku panjang lebar. Seketika itu wajah daren memucat. Dia terlihat sangat terkejut.

Behind The Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang