Bab 12. Felicia Carvel

325 32 0
                                    

Kejadian hari ini benar-benar membingungkan. Dimulai dari mayat Mona yang ditemukan di gudang. Orang tak dikenal muncul. Dan pertengakaran Yona dan orang tak dikenal itu.

Setelah melihat Yona pergi menjauh dan mendengar gadis yang tadi bertengkar dengan Yona--atau lebih tepatnya yang dibentak Yona--menangis dengan kencang. Kesadaranku kembali dan aku langsung menariknya ke Ruang Osis berniat untuk menenangkannya. Dia duduk disalah satu kursi sementara aku duduk disampingnya dan mengelus punggungnya. Rei dan Daren langsung ikut duduk dihadapan kami.

"Lo.. mm.. siapa?" Ucap Daren terbata-bata. Gadis itu mengangkat kepala dan mengusap air matanya. Kini wajahnya terlihat sangat sembab.

"A-aku temen sekelas Yona pas SMP. Namaku Keysha Anjelita. Kita punya kenangan masa lalu yang buruk." Ucap gadis yang bernama Keysha itu. Kami bertiga melongo. Pasti kenangan buruk itu sangattttt sangat buruk. Karena sikap Yona tadi sangat menyeramkan.

"Memangnya kenangan buruk kalian seperti apa sampai Yona seperti tadi?" Ucap Rei dengan mata tertuju ke Keysha. Aku dan Daren ikut melihat kearah Keysha ingin mendengar penuturannya.

Keysha menarik nafas lalu mengangguk pelan.

Flashback ON

Yona sedang duduk dibangku panjang di taman sekolahnya. Dia sedang menunggu kakaknya yang sampai sekarang belum datang juga. Dia dan kakaknya akan pulang bersama.

Tidak lama kemudian, kakaknya muncul dengan nafas terengah-engah. Yona langsung bangkit dan tersenyum kearah kakaknya.

"Lama nunggunya?" Ucap Roland. Roland Veulend adalah nama kakak Yona. Dia adalah anak bandel disekolahnya. Umurnya terpaut 2 tahun dengan Yona. Dia sangat senang berkelahi. Menurutnya tawuran adalah hidupnya. Tapi dia sangat baik pada orang tuanya dan Yona. Dia sangat menyayangi keluarganya.

Yona menggeleng. "Nggak kok. Ayok pulang!! Laper!!" Ucap Yona dengan nada dimanja-manjakan. Sang kakak tertawa sambil mengacak gemas rambut sang adik. Dia benar-benar menyayangi adiknya ini. Roland bahkan rela mengorbankan nyawanya demi adiknya ini.

Kedua kakak beradik itu memasuki mobil. Belum juga memasang kunci terdengar bunyi ponsel milik Roland.

Keysha calling...

Roland mengangkat alisnya lalu mengangkat telepon dari sahabat adiknya itu.

"Halo, key."

"....."

"Apa? Yaudah kamu tunggu kita disitu!"

Roland mematikan sambungan telepon dan menatap adiknya. Yona yang bingung mengerutkan kening.

"Yon. Kita ke sahabat kamu dulu yah! Dia kayaknya butuh pertolongan." Langsung saja Yona mengangguk mendengar nama sahabatnya disebut.

Dengan kecepatan tinggi Roland membawa mobilnya menuju tempat yang disebutkan Keysha. Sampai disana dilihatlah Keysha yang tengah berdiri dengan air mata bercucuran didepan sebuah gedung tua. Yona langsung menghampiri dan memeluk sahabatnya itu. Roland ikut menghampiri Keysha.

Saat Roland sampai didepan Keysha. Keysha mengangkat kepala dan memandang Roland dengan tatapan meminta maaf. "Maaf kak Roland." Ucap Keysha.

Yona dan Roland yang tidak mengerti maksud perkataan Keysha mengerutkan kening meminta penjelasan. Belum sempat Roland bertanya 15 orang berpakaian serba hitam muncul membawa berbagai macam alat penyiksaan. Roland yang sudah mulai mengerti hanya menghembuskan nafas lelah dan kesal. Dia tahu bahwa orang-orang ini mengancam Keysha untuk memancingnya kesini.

Yona yang tidak mengerti apa-apa hanya memandang bingung kearah orang-orang berpakaian hitam tersebut. Dan tidak lama kemudian baku jotos antara sang kakak dan orang-orang tersebut terjadi. Yona yang tidak mengerti hanya memeluk Keysha yabg kembali menangis.

Roland semakin kewalahan menghadapi orang-orang itu. Tak disangka-sangka pecahan botol yang sangat tajam kini menancap di dadanya.

"Kakak!!!" Teriak Yona yang melihat kakaknya yang kini jatuh berlutut.

Karena merasa kesakitan yang amat sangat kini Roland jatuh tersungkur ketanah. Inilah kesempatan para penghajar itu memukulinya hingga tak sadarkan diri. Yona yang cemas langsung menghubungi polisi.

Orang-orang yang puas menghajar Roland kini balik menghadap kearah Yona dan Keysha. Mereka berjalan menghampiri kedua gadis yang ketakutan itu.

"Terima kasih atas bantuan mu gadis kecil. Karena kau kami dapat membalaskan dendam pada orang itu." Ucap salah satu dari orang-orang tersebut. Yona yang terkejut langsung menoleh ke Keysha. Keysha menatap Yona dengan sorot minta maaf. "Apa kau adiknya Roland? Manis juga."
Yona langsung menepis tangan laki-laki tersebut. Entah darimana keberaniannya berasal. Baru saja laki-laki itu akan menamparnya terdengar suara sirine yang bersahut-sahutan. Mobil polisi berdatangan. Para penjahat itu mulai berlari menjauh. Yona yang khawatir langsung berjalan menghampiri kakaknya yang daritadi tak bergerak.

Yona memeriksa denyut nadi dan nafas sang kakak. Dan tak ada hasil. Nadinya yak lagi berdenyut dan tak ada lagi nafas yang keluar dari hidung sang kakak. Dilihatnya pecahan botol yang menyangkut tepat dibagian jantung sang kakak. Yona tau kini ia telah kehilangan sosok kakak yang selalu melindunginya. Yona akhirnya menangis kencang sambil memeluk mayat sang kakak. Keysha yang mulai mengerti keadaan berusaha menenangkan Yona. Namun Yona menepis tangan Keysha.

"Menjauhlah dariku. Kaulah penyebab kematian kakakku." Ucap Yona dengan mata memerah. Keysha yang terkejut dengan ucapan Yona hanya dapat membekap mulut sambil menangis.

Polisi membawa Roland kearah ambulans. Yona dan Keysha ikut kerumah sakit dengan mobil polisi. Yona dan Keysha terus-tetusan menangis.

Sampai dirumah sakit mayat Roland langsung dibersihkan dan dibawa ke ruang mayat. Yona terus-terusan menangis sambil memeluk tubuh pucat sang kakak. Kedua orang tua Roland dan Yona muncul. Mereka sangat terkejut dengan berita yang diterimanya. Langsung saja mereka menghampiri Yona. Bukannya menghibur, Ibu Yona malah menampar Yona. Yona yang terkejut dengan sikap ibunya hanya memegang pipinya dengan mata melotot.

"Kau benar-benar anak pembawa sial!! Pasti karena kau kakakmu meninggal?! Jawab!!" Ucap ibunya emosi. Yona hanya dapat menganga mendengar ucapan ibunya. Keysha juga begitu. Dia merasa sangat bersalah. Dia bahkan rela ditampar, dijambak bahkan dipukuli oleh orang tua Roland, bukan Yona yang harus disalahkan tapi dia.

Semenjak hari itu Yona berubah terhadap Keysha. Keysha yang tidak tahan dengan rasa bersalahnya akhirnya memutuskan untuk pindah keluar negeri. Dia mengetahui kabar Yona dari salah satu temannya saat SMP dulu. Keysha selalu memantau Yona. Dan Keysha kembali merasa bersalah saat tau Yona berubah menjadi badung.

Akhirnya Keysha berinisiatif untuk kembali menemui Yona dan menjelaskan semuanya.

Flashback OFF

Aku menganga mendengar cerita dari mulut Keysha. Bahkan aku ikut menitikkan air mata. Siapa sangka Yona mengalami penderitaan seperti itu? Aku tidak habis pikir.

"Jadi dulu sifat Yona bukan seperti ini?" Tanyaku.

Keysha mengangguk. "Dulu dia adalah anak yang sangat manis, baik, dan lucu. Dia selalu tertawa dimanapun. Dia selalu membawa keceriaan. Dan juga .. dia sangat menyukai warna pink." Keysha lalu tersenyum mengingat kenangannya dengan Yona itu. Kini terbongkar sudah rahasia dibalik sikap Yona. Itu sebabnya aku merasa selama ini Yona sangat berbeda. Dan aku tahu kenapa tatapannya berbeda ke ibu ku setiap dia bertemu dengan ibu. Dia pasti merindukan perhatian ibunya yang selama ini salah paham padanya.

Rei bangkit berdiri dan berlari keluar dari Ruang Osis. Aku yakin dia berniat menyusul Yona. Bukannya aku kurang peka, kurasa ada yang berbeda antara mereka berdua.

"Sudahlah.. lo jangan sedih!" Ucapku. Keysha mengangguk dan menghapus air matanya.

Semoga kak Roland membantu mereka berdua dari alam sana.

-------------

Woahh..
Udah kebongkar
Tapi belum sih.. intinya belum terbongkar sepenuhnya. Pokoknya stay baca aja.

Behind The Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang